[40] Udah Ngedatenya?

1.5K 314 45
                                    

08xx-xxxx-xxxx
| yaudah kalau gamau dijemput, langsung ketemuan disananya aja ya. Hati-hati jidan

Jisung mengerjap pelan, perasaannya gelisah, namun ia tak tahu harus berbuat apa.

Sudah genap tiga hari semenjak Juyeon menghubunginya, dan dihari ini lah ia harus memenuhi janjinya. Janji untuk menemui Juyeon dan menyanggupi ajakan jalan bersama dengan pemuda itu.

"It's okay Ji, seperti kata Juna; ini usahanya yang terakhir. Dia akan ngelupain gue setelah ini."

Si manis meyakinkan dirinya berkali-kali bahwa pertemuan ini hanya akan menjadi salam perpisahan dari Juyeon untuknya.

Karena begitulah yang dikatakan Juyeon tiga hari lalu. Pemuda itu harus pindah ke New York bulan depan, itulah mengapa dia memohon pada Jisung untuk menyanggupi permintaannya; itu adalah permintaan terakhir dari Juyeon untuk Jisung sebelum akhirnya dia menyerah atas perasaannya dan pergi ke New York.

Masalah utamanya saat ini adalah dia yang tak berani untuk memberitahu kekasihnya, karena ia yakin Minho tak akan memberi izin jika ia memberitahu hal ini kepadanya.

"Gue nggak bakal macem-macem serius, gue cuman mau ngehargain perasaan Juna aja. At least antara gue dan Juna nggak berakhir buruk."

Lagi dan lagi si bungsu Alaric meyakinkan dirinya sendiri, bahwa yang ia lakukan tak sepenuhnya salah, ia hanya ingin menghargai dan menyelesaikan kisahnya dan Juyeon dengan cara yang baik.

"Kak Lian semoga kakak bisa ngertiin alasanku nanti. Maaf karena aku nggak punya nyali untuk ngasih tahu soal ini lebih dulu ke kakak."

Jisung mengangguk, hatinya sudah mantap. Ia akan menyanggupi permintaan Juyeon, dan menyelesaikan semua ini dengan cepat.

- Going Dumb -

"Loh enggak, gue lagi dirumah."

"Hah? Terus yang sama Jidan siapa dong?"

Minho mengernyit dalam, apa maksud Changbin? Pemuda itu baru saja berkata kalau ia baru melihat Jisung tengah jalan berduaan bersama pemuda lain di dalam mall.

"Kayaknya mau nonton deh bang."

Pikirannya berpikir keras, siapa kira-kira pemuda yang dekat dengan kekasihnya sampai-sampai mereka memutuskan jalan bersama. Masalahnya Jisung tak mengatakan apapun tentang rencananya hari ini, tak seperti biasanya yang selalu cerewet dan menceritakan apapun yang akan ia lakukan selama satu hari penuh.

"Uhm, Zaidan mungkin?"

"Zaidan siapa anjrit?"

"Sepupunya,"

"Ooh Idann?? Iya-iya gue inget, gue pernah diliatin fotonya sama Felix—eh, tapi kayaknya bukan deh bang."

Perasaannya tiba-tiba saja tak tenang ketika mendengar kalimat singkat itu. Kalau bukan Zaidan, lalu siapa?

Nggak mungkin kan kak Brian, Changbin pasti sudah kenal dengan anak sulungnya keluarga Alaric itu.

"Ciri-cirinya gimana emang?"

"Gue fotoin aja deh, biar lu nya bisa lebih pasti juga."

"Hm, oke. Thanks Bin."

Minho menunggu notifikasi dari Changbin dengan tidak sabar. Ia sangat penasaran dengan sosok yang berani mengajak kekasihnya keluar bersama seperti ini.

Oh jangan salahkan Minho jika ia bersikap se posesif ini. Jisung itu miliknya, dan akan selalu menjadi miliknya.

Ting!

Suara notifikasi berbunyi, membuat jemarinya bergerak secepat kilat untuk segera membuka roomchat tersebut.

Abin
| Ini bang

Minho meremat kuat ponselnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Minho meremat kuat ponselnya. Apa-apaan ini? Jisung dan Juyeon sedang jalan bersama? Mengapa Jisung tak pernah memberi tahu hal ini padanya?

"Jidan. . . Lu main dibelakang gue?"

Si tampan memejamkan mata; berusaha menahan emosi yang akan meledak kapan pun ia lengah. Tak pernah ia sangka kalau kekasih yang amat sangat ia sayangi akan merusak kepercayaannya semudah ini.

Seburuk itu kah ia sebagai kekasih sampai-sampai Jisung bermain dibelakangnya? Kesalahan apa yang ia perbuat sebelumnya sehingga mendapatkan balasan seburuk ini.

Ia tak mengerti, selama ini ia tak pernah mengekang Jisung dengan berlebihan, ia tak pernah memperlakukan Jisung dengan buruk, bahkan ia selalu mengutamakan perasaan si manis. Namun mengapa ia malah mendapatkan fakta yang mengecewakan?

"Jidan Alaric, gue harap lu punya alasan bagus buat ngembaliin kepercayaan gue ke lu."

---

"Jidan pulangg~"

"Oh udah dateng dek? Cuci-cuci gih, abis itu ke kamar. Ada yang nungguin kamu dari tadi."

Jisung mengernyit, seingatnya ia tak memiliki janji dengan siapapun sore ini. Tapi ia tak mau terlalu memikirkannya, mungkin saja Felix atau Seungmin yang datang berkunjung.

Maka dari itu ia langsung menuruti perintah kakaknya; membersihkan diri sebelum kembali beranjak menuju kamarnya dilantai atas.

Cklek!

"Lix kok lu nggak ngabarin gue dulu kalau mau da—"

"Udah ngedate nya?"

Jisung membeku ditempat. Didepan sana, ada Minho yang tengah menatap tajam kearahnya. Tak ada sapaan lembut sebagaimana biasanya Minho lakukan, yang dapat ia dengar hanya aura mengintimidasi menguar kuat dari sang kekasih.

"Rahasia apalagi yang lu sembunyiin dari gue, Jidan?"

Tbc

J i a k h B e r a n t e m 🤺🤺🤺

-151121-

Going Dumb ; Minsung (end)Where stories live. Discover now