[38] Thanks Ya Cil

1.6K 329 32
                                    

Jisung terkekeh pelan melihat netra kekasihnya yang berkaca-kaca. Gemas rasanya melihat Minho masih berusaha menutupi bagian mata, padahal jelas-jelas semua orang disitu sudah tahu.

Iringan piano dari Hitomi telah berakhir, dan detik itu juga Minho langsung berhambur kedalam pelukan sang bunda. Om Thalla yang melihatnya hanya bisa tersenyum teduh, tak menyangka bahwa putra satu-satunya telah sedewasa ini; bahkan telah memiliki seorang pacar yang super duper cerewet seperti Jisung.

"Bundanya aja nih yang dipeluk? Ayah engga?"

Wanita paruh baya yang cantiknya tak terkikis oleh usia itu menempatkan jari telunjuk didepan bibir; memberi kode untuk mantan suaminya agar membiarkan Minho memuaskan tangisnya terlebih dahulu.

Om Thalla merengut, membuat bunda satu anak itu akhirnya merentangkan tangannya lagi agar sang mantan suami dapat ikut berpelukan.

"Kak Ji gaikut pelukan?"

Jisung menggeleng pelan dengan senyum manis yang terus merekah. "Gak deh, belum anggota keluarga."

Hitomi terkekeh mendengarnya, "soon to be kok."

"Aamiin banget sih. Anyway kemampuan piano kamu keren banget Hell, sepuluh jempol dari aku."

"Hehehe makasih kak, hasil les dari umur empat ku gak sia-sia berarti."

Baru saja Jisung mau terkejut heboh, namun namanya lebih dulu dipanggil oleh dua dari tiga orang yang tadi sibuk cosplay jadi teletubbies.

"Jidann,"

"Hadirrr, kenapaaa??"

"Ini Liannya peluk gih, kasian dari tadi gak berhenti-berhenti nangisnya."

Bener aja, Minho emang beneran masih berusaha menghentikan tangisnya dalam diam, membuat Jisung gemes sendiri liat kelakuan pacarnya.

Jisung mah nurut aja, langsung lah dia samperin kekasihnya dengan senyum menggemaskan andalannya.

"Kak Lian, kita belum huggie!"

Detik itu juga Jisung langsung tenggelam didalam pelukan Minho. Di puk-puknya punggung lebar milik yang lebih tua. Sebenarnya Jisung juga sedikit sedih, karena dia bisa membayangkan bagaimana perasaan Minho yang baru saja diberi surprise oleh kedua orangtuanya yang notabenenya telah berpisah.

"Kamu bilang kamu belum bisa pulang dari rumah nenek?"

Si manis tertawa, itu mah hanya akal-akalannya saja, padahal mah dia udah pulang dari kemarin sore, dan untungnya Minho nggak sadar akan hal itu.

"Itu mah akal-akalan aja sih bro."

Yang lebih tua berdecak, namun tak dapat dipungkiri kalau ia sangat senang dengan setiap akal-akalan dari kekasih manisnya.

"Terus ini rencana siapa? Ayah sama bunda kok bisa sampai sekongkol gini? Tumben banget."

Ya gimana ya, selama ini ayahnya tuh selalu sibuk, dan untuk mendapatkan momen bersama dengan ayah dan bundanya itu sangat sulit, itulah mengapa Minho sampai kelepasan menangis tadi.

Selama ini ia hanya berangan-angan tentang hari spesial yang dihadiri oleh kedua orangtuanya, walau pikirannya selalu memerintahkan untuk berhenti berharap. Karena ya dia tahu diri lah, orangtuanya aja udah pisah, jadi terkesan egois jika dia menuntut hal itu.

"Rencana Jidan, tante Lilly, dan om Thalla~"

"Kok bisa? Ayah gak sibuk?"

"Tadinya sih, tapi om Thalla akhirnya ngorbanin jadwal rapat dia. Om Thalla keren kan!"

Entah sudah berapa kali Minho terkejut hari ini, yang pasti fakta yang baru saja didengarnya adalah hal paling mengejutkan yang pernah ia dengar.

- Going Dumb -

"Kak Iyan nggak makan?"

Minho noleh sekilas lalu kembali menatap kedepan, netranya seakan nggak mau lepas dari pemandangan didepan sana; dimana kedua orangtuanya sedang asyik bernyanyi bersama dengan Hitomi sebagai pengiring.

"Mau lihat ini dulu. Momen langka Ji, mau ku abadiin dipikiranku."

"Hehehe, pasti senang banget ya?"

Yang lebih tua menarik pinggang ramping Jisung mendekat, posisinya ia ubah sedemikian rupa hingga akhirnya tubuh mungil Jisung dia peluk dari belakang dengan pucuk kepala si manis yang dijadikan sebagai tumpuan dagunya.

"Bahkan kata banget pun gak cukup Ji. Kamu tau gak, kalau kejadian ini persis seperti apa yang selama ini aku harapin—"

Minho menjeda ucapan ketika suaranya terasa sedikit bergetar, sepertinya hari ini ia sedang sangat emosional.

"— ayah sama bunda udah pisah dari lama, tapi aku tau mereka itu masih punya tempat special di hati masing-masing. Cuman emang sayangnya gak cocok kalau udah disatuin. Kalau udah bersatu tuh mereka susah ngebatasin diri, yang satu terlalu posesif, yang satu lagi nggak bisa ngertiin kesibukan pasangannya. Untungnya saat itu aku udah ngerti, kalau ayah bunda bareng terus, yang ada gak bakal berakhir baik. Jadi aku nggak pernah marah pas tau mereka mutusin buat pisah."

Jisung mengusap punggung tangan yang melingkari pinggangnya. Ia tahu, Minho sedang menahan tangis dibelakang sana.

"Tapi ya namanya juga anak, pengennya mah punya keluarga yang selalu utuh, jadi nggak bisa bohong juga kalau aku kangen banget ngelihat momen ayah bunda gini."

Minho menyamankan pelukannya pada Jisung, lalu dikecupnya pucuk kepala pemuda manis kesayangannya. "thanks ya Cil, buat semua usaha kamu sampai bisa wujudin hal seberharga ini."

Tbc

Cie kangen yh?

Klo kangen komen dong, biar gak sepi 🤙🏻

Going Dumb ; Minsung (end)Where stories live. Discover now