[19] Calonnya Lian Dong. Gemes Kan?

2.8K 467 103
                                    

Sudah dari pagi Jisung di culik sama sepasang bunda dan anak ini. Awalnya tante Lilly iming-iming ke mama Jane kalau dia kangen sama anak gemes itu, tapi udah siang begini belum dipulangin juga si Jisungnya. Tadi udah sempet mau dipulangin sih, tapi Minho keburu pulang dari kampusnya, jadi ditahan lagi deh.

Biasalah, masih lovey dovey tuh dua anak muda.

Sekarang itu mereka lagi makan siang bareng dimeja makan. Keadaannya masih terkendali sih, tapi kadang obrolannya tante Lilly sama Jisung gak bisa di rem, apalagi tu dua orang kalau udah nemu hal yang bisa di gibahin susah banget buat diberhentiin. Minho sampai pusing sendiri, ni calon sepasang menantu dan mertua cocok banget kalau udah gibah.

Akhirnya dia cuman bisa diem, biarin mereka ngegibah. Sebelum akhirnya si manis keselek sendiri karena terlalu semangat.

"Kan, makanya kalau makan tuh jangan sambil gibah."

Minho ngomel, tapi tetep bangkit buat ngambilin Jisung minum. Jisung masih batuk-batuk bahkan setelah minum segelas air pemberian Minho, akhirnya diusap-usap lah punggung sempit itu sama yang lebih tua.

"Mau minum lagi?"

Tante Lilly yang masih ada disana cuman diem aja, maklumin keadaan yang bikin dia ngerasa jadi manusia transparan. Duh enak juga ya bisa nyaksiin kebucinan anak sama calon mantu sendiri.

"Engga. . ."

"Masih sakit ngga?"

Jisung diem, capek dia tuh abis batuk-batuk. Jadi dia cuman bengong, gak ngejawab pertanyaan Minho sebelumnya.

"Jidann?? Makan lagi ngga?"

"Kamu lanjut makan aja dulu Lian, Jidannya masih ngumpulin energi itu."

Akhirnya tante Lilly buka suara, paham dia tuh kalau Jisung masih ngumpulin nyawa setelah insiden keselek tadi.

Minho nurut, tapi tatapannya gak lepas dari sosok mungil disampingnya.

Tok! Tok! Tok!

"Siapa?"

Minho angkat bahu singkat; pertanda kalau dia juga gak tau siapa yang baru aja ngetuk pintu mereka. Tante Lilly pun inisiatif bangun dari duduknya, lalu nyamperin tamunya.

Setelah bundanya ninggalin mereka berdua, Minho langsung narik pelan dagu Jisung; dia tuh khawatir sama tupai rabies kesayangannya.

"Masih sakit?"

"Udah enggaa,"

"Kapok ngga?"

"Huum, sowwy."

Minho senyum tipis lalu ngusak surai kecoklatan Jisung. Sampai akhirnya sang bunda nyamperin mereka dengan seseorang yang amat sangat dia kenal jalan mengikuti bundanya.

"Anakmu gak bilang tuh, katanya ayah udah ngabarin kamu?"

Jisung noleh cepat.

'Ayah?'

"Hehehe, lupa bun. Ayah juga ngabarinnya pas Lian udah mau tidur, jadi Lian cuman iya-iya aja semalam."

Jisung mati kutu ditempatnya, duh ini mah kode merah, alias bahaya tingkat atas. Bisa-bisanya ketemu sama ayahnya doi disaat lagi gak siap gini. Mana dia cuman pakai kaos sama celana training pula.

"Yaudah atuh a, ikut makan aja. Ini aku sama anak-anak juga masih makan."

"Yang ini siapa Ly?"

Minho nyengir lebar, "calonnya Lian dong. Gemes kan?"

Pria paruh baya itu menatap mantan istrinya seolah bertanya, 'beneran?'. Setelah dapet anggukan dari mantan istrinya itu, dia langsung ngambil posisi duduk di bangku yang masih kosong.

"Perasaan masih mending yang ayah kenalin ke kamu waktu itu deh."

- Going Dumb -

Jisung hela nafas, sekarang dia lagi ada di kamar Minho buat nemenin pemuda tampan itu mengerjakan tugas. Semenjak kepulangan ayahnya Minho, dia jadi diem terus. Entah karena masih nervous atau masih kepikiran sama semua kata-kata tuan Atthala.

Si manis perhatiin dirinya sendiri; lagi-lagi teringat dengan komentar tuan Atthala tadi.

"Mira yang anggun, baik, sopan, kamu lewatin. Sedangkan yang kayak bocah urakan gini malah kamu pilih. Mabok kamu nak?"

Jisung cemberut, dia kan gak bocah-bocah banget kali. Dia akuin sih, dia emang pecicilan, tapi kalau soal attitude dia masih bagus kok.

"Kepikiran sama kata-kata ayah ya?"

Jisung noleh, dapetin Minho lagi natap khawatir ke arahnya dengan laptop yang masih ada dipangkuan pemuda tampan itu.

Tak kunjung mendapatkan jawaban, akhirnya si tampan menaruh laptopnya dan mulai mendekati Jisung.

Tangannya menepuk-nepuk lutut si manis yang ditekuk; memberi kode agar Jisung meluruskan kakinya. Setelah lurus, Minho langsung nidurin kepalanya diatas paha kecil itu.

"Maafin ayah ya? Rem dimulutnya emang suka blong."

Jisung senyum tipis, ambyar banget sama sisi softnya Minho. Akhirnya dia ngangguk sambil mulai usapin surai legam yang lebih tua.

Ingatannya jadi kembali ke saat-saat dimana dia sakit hati sama perkataan Minho yang gak tersaring. Terjawab sudah darimana pemuda tampan itu mendapatkan mulut remlessnya.

"Sama aja gak sih sama kamu?"

Minho cemberut, enak aja dia disamain sama ayahnya. Segini tuh dia masih 70% lebih mending daripada mulut sang ayah.

"Enak aja, aku gak separah ayah."

"Masa sih? Jidan waktu itu sampai nangis loh kak,"

Minho meringis; tubuhnya berubah menjadi menyamping, lalu salah satu lengannya ia gunakan untuk melingkari pinggang ramping dihadapannya.

"Iya, soal yang waktu itu aku minta maaf ya. Gak lagi-lagi kok aku bikin kamu nangis, mending bikin seneng aja, biar aura cantiknya keluar terus. Abis itu makin bucin tolol deh aku."

Tbc

Oiya gais, datenya lianjidan ada lanjutannya sedikit nih, udah di post di acc tiktok ku. Mungkin lain kali kalau lagi gabut aku bikin vid tentang lianjidan lagi deh aw. Usn tiktok ku sama kayak usn wattpad ku kok (petcrji).

-290821-

Going Dumb ; Minsung (end)Where stories live. Discover now