[10] Dia Sukanya Apa?

2.8K 529 87
                                    

Hari sabtu memang hari yang cocok banget buat malas-malasan, bahkan sudah lima jam berlalu dan yang Jisung lakukan hanya rebahan sambil nulis-nulis lirik gak jelas di notebook nya. Jisung tuh memang punya ketertarikan lebih sama musik, bahkan udah banyak lagu yang udah dia tulis di notebook ini, cuman emang belum ada yang pernah di realisasikan aja sih.

Bibir mungilnya tak henti-henti bergumam pelan, menyanyikan penggalan-penggalan lirik yang baru saja ia tulis.

Jika sudah seperti ini si manis sering merasa bahwa dirinya itu sangat genius dan keren. Apalagi dia suka membayangkan bagaimana kerennya wajahnya yang tengah serius menulis, 'pasti gue boyfie material banget' begitu kira-kira kalimat yang selalu ia ucapkan.

"Jidannn!! Sini nakkk~"

Si manis menghembuskan nafasnya; ketenangannya harus ditunda.

"Sebentar maaa!!"

Dengan langkah yang terburu-buru, Jisung menghampiri mamanya yang kini berada di ruang tamu.

"Kenapa ma?"

"Itu, Lian minta tolong anterin ke rumah tante Farah. Tante Lilly kan hari ini jadi tuan rumah arisan, jadi mesen kue di tante Farah."

Jisung mengumpat dalam hati, kenapa saat ia tak ingin bertemu dengan Minho justru banyak sekali kejadian yang mengharuskannya bertemu dengan orang itu. Dia kan jadi pengen marah, tapi gak tau harus marah kesiapa.

Gak mungkin marahin tante Lilly, Jisung mana tega.

"Duh ini mah, pararunten ma, Jidan lagi benar-benar males ini aduh. No tipu-tipu deh, malesnya menuju tak terbatas dan melampauinya."

"Heh, biasanya kamu semangat banget ketemu sama si Lian. Sanah gih anterin, kali aja bisa makin deket kan."

Si manis mendesah, justru ia tak menginginkan hal itu. Yang ada dia ngadepin sakit hati mulu kalau harus deketan sama Minho terus-menerus.

"Duh, skip dulu deh. Jidan mau deketin om Minhyuk si bule korea aja daripada harus deketan sama maung mulu."

"Setau mama, tante Lilly pasti ngasih kamu kue gratis sih Ji,"

"Oke, Jidan ambil hp dulu."

- Going Dumb -

"Ji ini beneran lurus aja?"

"Iya kak yaampun gak percayaan banget."

"Abis daritadi setiap gue tanyain belok kanan atau kiri lu jawabnya lurus terus, gue gamau nyasar ya bocah."

Si manis memukul pelan punggung Minho; tak peduli kalau itu akan membuat si tampan oleng atau tidak, mengingat saat ini keduanya sedang berada diatas motor yang Minho kendarai.

"Ya kalau emang jalannya lurus terus Jidan harus gimana? Ngebohong belok kanan kiri gitu? Atuh malah beneran kesasar kalau kayak begitu mah."

"Lu susah buat dipercaya Ji."

"Kalau gitu ngapain minta tolong anterin ke Jidan hah??"

"Bunda yang nyuruh,"

"Yaudah atuh, turunin aja Jidan di sini. Sok tah cari sorangan."

(Sok tuh cari sendiri.)

Minho berdecak, ini kenapa Jisung jadi sensi banget gini sih? Dia ada salah apa sampe disemprot mulu gini.

"Lu kenapa jadi galak gini sih Ji? Perasaan kemarin-kemarin gemes."

"Sorry, gemesnya Jidan vvip. Cuman khusus buat mas crush doang."

"Lah kan crush lu gue."

"Kalau kata miss Evi guru Inggrisnya Jidan mah, udah pakai 'was' alias udah lampau."

Keduanya terdiam. Minho kaget, Jisung apalagi. Masalahnya Jisung juga sebenernya masih bingung sama perasaannya. Dia gak tau dia tuh masih suka atau nggak sama Minho, nah tapi tadi dia kebawa suasana aja. Biasalah, lagi emosi akibat acara nyantainya diganggu.

"Eeeh mau kemane brooo??! Belok kanan!!"

"Anjrit tupai rabies! Bilangnya jangan dadakan bisa gasihh??"

Jujur ini kalau motonya Minho bisa ngomong, udah dia maki-maki ni dua orang. Ribut mulu dari tadi, dia kan jadi pusing.

"Ini masih jauh kah?"

"Lumayan."

"Yagusti ini bunda kenapa gak beli kue di tempat yang deket aja sih?"

"Mana Jidan tau, tanya noh sama rumput bergoyang."

Minho berdecak. Jisung menjadi tiga kali lipat lebih menyebalkan dari yang sebelumnya, Minho sampai pengen cubit pipi tembamnya keras-keras sampai pipi itu semakin melar.

"By the way Ji."

"Hm?"

"Temen lu kemarin, si Langit."

Si manis merotasikan bola matanya malas, astaga harus banget kah bahas Langit di timing sekarang ini. Jisung yang lagi sensi, kan jadi makin gondok.

"Kenapa si Langit?"

"Dia sukanya apa?"

Demi yupi lima ratusan yang dijual tante Lilly, Jisung mau nyakar wajah Minho saat ini juga. Pertanyaannya gak sopan banget buat Jisung yang belum sepenuhnya move on.

"Tanya aja sih, Instagram kan punya fitur dm. Jangan norak."

"Anjrit gak gitu, tapi—"

"Tapi apa? Malu? Yah elah, masa lu kalah sama gue kak? Gue aja kemarin deketin lu langsung gas terus."

"Yaiya, lu kan emang gak punya ma—"

Minho menghentikan kata-katanya. Sial, keceplosan lagi.

Jisung tertawa pelan, "I know. Itu rumahnya yang warna hijau."

Tbc

Nih double up nih. Gak ninggalin jejak tak totok kamu.

Going Dumb ; Minsung (end)Where stories live. Discover now