[7] Loh, Kok Ada Penyusup?

2.8K 531 17
                                    

"Kayak begini bener kan tante?"

Kira-kira sudah hampir dua jam Jisung menjadi asisten kokinya tante Lilly, dan sebenarnya hal ini sudah sering terjadi. Dimana tante Lilly yang menghubungi mama Jane untuk meminta izin meminjam sang anak bungsu guna mengurangi rasa sepi yang selalu ia rasakan, lalu Jisung yang akan dengan senang hati mengoceh tentang apapun yang ia inginkan sambil membantu tante Lilly memasak.

Ya, mengingat dulu Minho tak tinggal disini jelas membuat tante Lilly hidup berdampingan dengan rasa sepi.

"Bener kok Ji, tolong dicuciin lagi ya sayang."

Si manis menurut, lalu dengan segera melakukan tugasnya dalam diam.

"Jidan tumben hari ini diem mulu? Lagi ada masalah kah?"

"Hah? Oh, engga tantee~ Jidan lagi latihan jadi pendiam. Soalnya kata kak Bri kalau ngga banyak ngomong itu jadi cool gitu. Jidan kan mau jadi cowok cool."

Tante Lilly tertawa mendengar alasan Jisung. Menurutnya Jisung itu terlalu polos, bahkan tak jarang anak itu mempercayai pernyataan-pernyataan aneh yang diucapkan sang kakak.

Walau sebenarnya untuk kali ini alasan yang baru saja Jisung ucapkan hanya akal-akalan Jisung saja.

Karena yang sebenarnya terjadi adalah Jisung yang masih memikirkan perkataan Minho kemarin. Bahkan kalimat itu terus melekat dipikirannya semalaman penuh.

Belum lagi keesokan paginya sang mama mengatakan bahwa tante Lilly minta untuk ditemani lagi; yang berarti ia harus berada di tempat yang sama dengan Minho selama beberapa jam kedepan.

Kalau kata lagu dangdut mah, Jisung lagi gegana, alias gelisah, galau, merana.

"Selesaii!! Ada yang bisa Jidan bantu lagi ngga tante??"

"Udah sih Ji, ini tinggal yang ribet-ribetnya. Kamu bangunin Lian aja gih, tuh anak begadang lagi kayaknya."

Jisung tersenyum tipis kemudian mengangguk, yah ga mungkin kan dia nolak. Mau ngeles apa coba dia? Bunda anak satu itu kan paling tau kalau Jisung selalu antusias buat ketemu anak gantengnya itu.

Akhirnya mau ngga mau Jisung naik ke lantai atas dan menuju kamar yang telah diarahkan oleh tante Lilly sebelumnya.

Cklek!

"Permisi. . . Jidan masuk ya,"

Jisung berbisik sambil melangkah pelan menuju Minho yang masih bergelung dibalik selimutnya.

"Kak Lian, bangun kak, udah siang."

Si tampan bergumam pelan, namun sepertinya masih belum ingin meninggalkan dunia mimpinya.

"Kakk, disuruh bangun sama bunda."

"Hmm."

"Kak Lian bangunnn, kata tante Lilly kakak belum sarapan kan? Bangunnn!!"

Wajah tampannya merengut lucu, dengan kedua tangan yang kembali memeluk guling, "iihh, Lian masih ngantuk bundaa."

Jisung berhenti sejenak. Bibir mungil itu spontan membentuk senyuman tipis. Kalau dugaan Jisung ga meleset, Minho itu sebenarnya anak tunggal yang manja dan clingy ke bundanya, cuman kadang suka kehalang gengsi.

"Bobonya dilanjut nanti siang aja kak, sekarang sarapan dulu. Kasian tante Lilly udah masak, masa ngga di makan."

Si tampan kembali mengulat. Perlahan tapi pasti, kedua matanya mulai mengerjap guna membiasakan cahaya yang masuk melalui jendela kamarnya.

"Loh, kok ada penyusup?"

"Sorry, disuruh tante Lilly buat bangunin."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Jisung langsung bergegas kembali ke dapur.

- Going Dumb -

"Bun, tadi yang bangunin Lian siapa sih? Kok tumben bukan bunda yang bangunin,"

Netra legam itu mengikuti gerak gerik sang bunda yang sibuk menyiapkan makanan untuknya.

"Tadi Jidan yang bangunin kamu. Kenapa? Kamu gak marahin dia kan?"

"Eh? Enggaa, Lian cuman nanya."

Setelah selesai menyiapkan lauk pauk untuk sang putra, wanita cantik itu akhirnya mendudukkan diri dihadapan Minho.

"Oh bagus deh, abisnya tadi dia kayak yang ketakutan gitu langsung izin pulang ke bunda."

"Ooh. . ."

"Kalian lagi ada masalah bukan sih? Jidan tadi kayak yang gak semangat gitu pas bunda minta tolong bangunin kamu."

Minho bungkam. Fokus dengan makanan yang ada dihadapannya adalah salah satu usaha untuk menghindari tatapan menyelidik dari sang bunda.

"Bunda harap kalian gak ada masalah apa-apa deh ya. Soalnya Jidan itu orangnya perasa banget, tapi jago nyembunyiin emosi aslinya. Kamu tau sendiri dia orangnya super duper ceria. Padahal mah bunda yakin aslinya dia banyak nyimpen yang sedih-sedih sendirian."

"Heem bun."

Yang bisa Minho lakukan saat ini hanya mendengarkan kalimat demi kalimat yang bundanya utarakan sambil menyantap sarapannya.

"Makanya bunda mau bilang ke kamu, jangan pernah jahatin Jidan. Asal kamu tau yang selama ini nemenin bunda kalau bunda lagi kesepian tuh dia, anaknya juga ngga pernah aneh-aneh, attitude nya bagus banget, walau emang kadang antusiasnya suka berlebihan sih. Tapi itu tandanya dia benar-benar suka sama hal itu."

Yang sedari tadi mendengarkan akhirnya membuka mulut, "berarti semua tingkah lakunya setiap ketemu Lian itu—"

"Iya, seratus point buat Lian. Dia antusias, karena dia benar-benar suka sama kamu."

Tbc

Aku up sebelum tugas kembali menyerang :')

-200721-

Going Dumb ; Minsung (end)Where stories live. Discover now