6 7 - Bonus (2)

258 31 25
                                    

*part bonus hanya menceritakan beberapa hal yang terjadi setelah epilogue, waktu kejadian mungkin tidak benar-benar berurutan*

💨💨💨

"Tante Piona deket banget ya, sama temennya itu? Suka banget nginep di sana."

Peter mengangguk sambil memakan es krim yang baru saja dia beli.

"Mereka temenan dari kecil, sejak masih embrio malah katanya. Tapi emang lengket banget, sih. Padahal udah pada jadi ibu rumah tangga, tapi kalo main ngalahin anak SMA."

Aku terkekeh sambil memakan es krim yang dibelikan Peter, seru juga mendengar bagaimana Peter menceritakan tentang Ibunya. Terdengar sangat akrab.

Kali ini dia lagi-lagi disuruh menjemput sang Ibu di rumah temannya yang dekat dengan rumahku itu. Namun tiba-tiba Tante Piona membatalkan karena ingin lebih lama sebentar di sana, membuat Peter yang tidak ingin tenaganya kemari sia-sia mengajakku keluar sebentar.

Dan lagi-lagi juga, Peter mengenakan kaos tanpa lengan, celana kolor, dan sandal jepit andalannya. Membuatku harus terbiasa melihat outfit bepergiannya.

"Lo gak ada kaos lain apa?" tanyaku karena keadaan yang hening. Peter melirik kaosnya sebentar lalu mengangkat bahunya cuek.

"Kenapa? Lo terpesona, ya?"

Aku bergidik membuat Peter langsung tertawa puas.

"Gue bisa training lo sampe dapet segini, kok. Gampang, tinggal-"

"No, thanks. Menjadi perempuan tulen itu menyenangkan walaupun cukup ribet."

Kami terkekeh sebentar, lalu melanjutkan menghabiskan es krim. Aku memandang Peter sejenak sambil berpikir.

"Lo gak mau pacaran, Pet?"

"Hah?" Peter mengernyit langsung. "Kenapa tiba-tiba ngomongin itu?"

"Yah, biar lo cepet move on dari gue."

"Yang udah balikan, kurang ajar banget sekarang."

Aku tertawa sambil mengaduh karena Peter menyentil keningku keras.

Rasanya sudah tidak sungkan lagi untuk membicarakan hal sensitif seperti ini kepada Peter. Responnya juga biasa saja, membuatku malah semakin suka untuk menggodanya.

"Lo pacaran aja sama Sheryl."

"Sheryl?" ulang Peter. "Sheryl yang mantannya Nathan itu?"

Aku mengangguk.

"Gila apa? Mantan temen sendiri dipacarin," ucap Peter kelihatan tak habis pikir. "Lagian kenapa coba, tiba-tiba nyuruh gue pacaran sama Sheryl?"

"Karena kalian kayaknya cocok!" Aku mengangguk optimis. "Kalian tuh, orang baik dengan cara yang keren. Kayak savage gitu. Keliatan sangar aja, entah kenapa."

"Lo tau imajinasi yang berlebihan itu berbahaya?" sindir Peter membuatku mendengus karena aku sebenarnya serius.

"Ya, pokoknya pertimbangin. Ini gue sebagai adek yang berbakti yang memikirkan kesejahteraan abangnya."

"Kalo gitu, gue mau tuker adek."

"BANG!"

💨💨💨

"Lo cantik banget."

"Apa, sih?!" Aku mendorong Nathan menjauh, membuatnya terkekeh lalu kembali mendekat sambil melingkarkan lengannya di pinggangku ringan, mengamati wajahku yang sudah memerah sejak tadi karena dia terus mengatakan hal yang sama.

WiFi [End]Where stories live. Discover now