0 4 - Friendship?

271 125 71
                                    

Rumah Nathan, teman Tora, ini cukup besar. Terlihat sederhana sekaligus mewah. Tora hampir mengetuk pintu saat pintu terbuka.

"Ahoy, Nathan si tukang bolos!"

Peter memeluk orang yang membuka pintu ala lelaki, sedangkan aku mengamatinya.

Ganteng. Setidaknya di atas level Rega dan Peter. Hehehe.

Nathan menepuk bahu Peter lalu memandangi para tamunya.

"Lo pacarnya Tora, kan?" Nathan menunjuk Vera. "Gue kenal. Masuk."

Peter dan Rega sudah masuk duluan, sedangkan Tora menunggu Vera yang baru saja diberi akses masuk.

"Nah, lo siapa?"

Aku yang hendak masuk membuntuti Vera terhalang tubuh Nathan.

Aku mendongak, menatapnya yang kira-kira dua puluh senti di atasku.

"Gue temennya Vera."

"Gue gak kenal. Pergi."

Kudengar Tora terbahak-bahak, sedangkan Vera terlihat tidak berniat membantuku.

Memang benar pelit Nathan ini.

"Gue diajak ke sini sama Vera."

"Gue gak peduli. Gue gak kenal. Pergi."

Aku berdecak. Sialan Vera. Dia yang mengajak, tapi tidak mau bertanggung jawab.

Nathan hendak menutup pintu, seakan benar-benar menyuruhku pergi. Aku kelabakan dan langsung mengatakan hal yang terlintas di pikiranku.

"G-gue Renata!"

"Nah, gitu aja susah. Masuk."

Aku melongo.

"Lo modus ya, pengen tau nama gue?"

Nathan mengangkat bahunya acuh lalu mendorongku masuk. Benar-benar mendorong. Aku sampai hampir terjungkal.

"Lo-"

"Gue udah persilakan lo masuk, tapi lo malah bengong di depan pintu. Dosa."

"Dosa dari mana?!" geramku kesal. Nathan terkekeh kecil melihatku menahan emosi.

Akhirnya kami semua duduk di ruang tamu rumah Nathan. Di sana ada sofa yang ditata membentuk huruf "U", sebuah TV, serta sebuah play station beserta tumpukan kaset game.

"Kalian emang sering ngumpul gini?" Aku mulai mencoba berbaur. Tora mengangguk lalu mengambil satu stick PS.

"Lebih sering di Nathan, soalnya rumah dia yang paling deket sekolah. Jadi waktu selesai main, gue cepet balikin Rega sama Peter lagi ke sekolah biar pada pulang sendiri," jelas Tora.

"Kirain pada gak bawa motor." Vera menyahut. "Terus ngapain motornya gak di bawa sekalian ke sini aja?"

"Hemat bensin," jawab Rega singkat lalu beranjak.

"Biar Tora repot," jawab Peter membuat kami tertawa seraya melihat Tora yang memasang gestur hendak memukul.

"Juga rumahnya Nathan emang paling enak dibuat nongkrong karena orang tuanya gak cerewet kayak kita-kita," tambah Tora lagi.

"Emang di mana ortunya?" tanyaku akhirnya.

"Kerja," jawab Nathan singkat.

Nathan dan Tora mulai bermain, sedangkan Peter menunggu gilirannya. Rega sepertinya sedang di dapur.

"Kita temenan berlima dari lama," Tora menjelaskan tanpa ditanya. "Gue, Nathan, Rega, Peter, sama Ivan. Cuma Ivan jarang ikut hang out, orang tuanya ketat."

"Kok gue gak lihat Nathan tadi di sekolah?" tanyaku sambil menatap ke layar TV.

"Nathan mah, tukang bolos. Paling sering gak masuk sekolah!" jawab Peter langsung.

Aku ber-oh ria, cukup berterima kasih dengan informasi singkat dari Tora dan jawaban dari Peter. Mataku berkeliling melihat perabot rumah yang cukup minimalis di ruang yang cukup lebar. Malah terkesan kosong?

Kepalaku menengadah dan tersenyum lebar melihat benda yang sangat kuharapkan berada di rumahku juga.

"Oy Nath, itu WiFi cuma mau dijadiin pajangan?" godaku. Nathan melirikku sinis sejenak, sebelum kembali memandang ke layar TV.

"Kata Peter, lo boros."

Tora dan Vera tertawa ke arahku membuatku mendengus.

"Sepuluh menit aja, Nath."

"Gak."

"Lima menit?"

"No."

"Dua menit, deh."

"Sedetik pun, gak. Siapa tau ya, kan? Lo tengah malem duduk di depan rumah gue, nyantol WiFi, gegara lo udah tau password-nya. Pagi-pagi udah ludes datanya, gimana?"

Yang lain tertawa terbahak-bahak membuatku berdecak walaupun juga ingin tertawa mendengar pemikiran Nathan.

Boleh dicoba.

Nathan memenangkan babak pertama, membuat Tora mundur dan duduk di samping Vera. Sedangkan Peter langsung menggantikan posisi Tora.

Kulihat tangan Tora mulai merangkul Vera, membuatku langsung memutuskan pergi ke dapur menyusul Rega.

Suara dentingan gelas seakan memanduku untuk menemukan dapur yang tidak terlalu jauh dari ruang tamu. Kulihat Rega sedang sibuk menuang teh ke dalam enam gelas.

"Pembantu baru, mas?" tanyaku dengan nada bercanda. Rega menoleh ke arahku lalu tertawa pelan.

"Iya mbak, mau minum apa?"

Aku ikut tertawa lalu membantunya membuat minuman. Heran kenapa Rega mau membuatkan minuman di sini.

"Kok lo yang bikin minum?"

"Mereka itu haus, cuma males bikin minum. Gue sebagai teman yang baik ya, inisiatif."

Aku mencibir namun tetap membantu Rega. Sesekali meliriknya yang tampak telaten.

Rega sebenarnya cukup tampan. Alisnya cukup tebal dan bola matanya coklat. Walaupun kulitnya cukup gelap, namun tidak memperburuk penampilannya. Badannya juga tinggi, jadi menambah kebagusannya.

"Ren, tehnya jangan banyak-banyak."

Aku terbuyar dari lamunanku lalu terkejut melihat teh yang sudah hampir mencapai bibir gelas.

Rega tertawa melihatku yang panik. Hampir saja aku membuat kekacauan. Aku tersenyum malu lalu menuang teh yang kebanyakan itu setengahnya ke gelas lain.

"Ngelamunin apa?" tanya Rega sambil berjalan mengambil es batu di freezer.

"Hah? Nggak, kok." Aku meringis mengingat pikiranku yang sudah kemana-mana.

Beberapa saat kemudian, enam gelas es teh sudah jadi. Aku dan Rega membawanya ke ruang tamu dengan bangga.

"Wah! Sewa ART baru, Nath?" ceplos Peter begitu saja. Nathan hanya tersenyum geli, sedangkan yang lainnya tertawa. Bahkan aku yang disindir pun ikut tertawa.

Sepertinya humor Nathan ini cukup mahal.

"Rena cocok banget sama Rega," ucap Vera tiba-tiba membuatku mendelik.

"Wah, lo gatau kelakuan dia di dapur." Rega terkekeh mengingat kekacauan yang hampir terjadi.

"KENAPA? Dia ngapain lo, Ga?!" Tora berteriak histeris membuatku melempar bantal sofa ke arahnya.

"Apasih?! Gue cuma kelebihan nuang teh!" Aku balas berseru membuat yang lain tertawa, terutama Peter yang paling puas.

Aku diam sejenak kemudian tersenyum senang.

Apakah aku sungguh memulai pertemanan dengan mereka?

💨💨💨

trimakasi udh baca sampai sinii💕

*up setiap sen, rab, jum

WiFi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang