0 2 - Candidate

307 131 64
                                    

"Gimana kalo yang lagi makan mendoan itu?"

"Hm?" gumamku tanpa mengalihkan pandangan dari layar handphone.

"Atau lo mau tipe jago basket?"

"Eh, liat tuh! Yang lagi jongkok sambil nulis."

"Ah, yang dibawah meja itu juga manis, Ren!"

"Di sana, yang lagi ngerangkak itu juga boleh."

Aku menghela nafas. Ucapan Vera kemarin benar-benar dibuktikannya sekarang. Sudah lebih dari dua puluh kali dia menunjuk seorang cowok yang menurutnya pantas buatku.

"Vera," selaku. "Semua cowok itu ganteng. Gue suka semua tipe yang lo sebutin. Masalahnya, tipe mereka pasti bukan gue."

"Ah, sok tau. Emang lo pernah nanyain tipe mereka?"

Aku menggeram kesal dan Vera pun diam.

Kenalkan, dia Vera. Gadis yang tiga tahun lalu sok dekat denganku sampai entah bagaimana malah aku sendiri yang tidak bisa lepas darinya. Mungkin karena dia memang memiliki kepribadian yang sangat cocok denganku?

Rambutnya pendek dan mengembang, membuatnya terlihat menggemaskan. Matanya yang cukup bulat dan bibirnya yang mungil juga menambah kecomelannya.

Dia benar-benar definisi dari babygirl.

Mataku masih terus mengarah ke layar handphone, tersenyum melihat story youtuber favoritku yang tengah bermain bersama teman-temannya, saat kurasa seseorang berjalan mendekat.

"Eh, Tora."

Aku mendongak, melihat kekasih sahabatku ini bersama tiga temannya.

"Ngapain lo ke sini?" Kudengar mulutku bertanya tanpa pikir panjang. Tora melirikku.

"Gue cuma nyamperin pacar gue. Kok sewot?"

Aku berdecak, sungguh tidak dalam mood yang baik. Tora duduk di sebelah Vera, dan tiga temannya ikut duduk di meja kami.

"Kok jadi pada duduk sini?" Vera bertanya mewakili tanda tanya di hatiku.

"Jadi, ini karena Renata."

Kalimat Tora membuatku langsung mendongak dengan tatapan "kok-gue?"

"Jadi, Ren." Tora berdeham. "Ini temen-temen gue yang masih single. Lo bisa pilih satu. Sesuai janji, setengah harga."

Vera lantas tertawa terbahak-bahak sedangkan tiga cowok itu menatap Tora tak percaya.

"Lo obral kita, Tor?"

"Salah gue apa, coba?"

"Katanya lo mau beliin kita nasi ayam kalo kita ikut duduk di sini?!"

Tora akhirnya tertawa. Mataku kemudian memandang ke arah tiga opsi yang ditawarkan Tora.

Tak ada yang terlihat mampu menopang kebutuhan kuota internetku.

Haha.

"Cuma ini?" tanyaku. "Gak ada yang lain? Yang lebih bagusan dikit gitu."

"Wah, ngajak berantem!"

"Untung cewek lo."

"Mana nasi ayam gue, Tor? Gue tabokin ke wajahnya biar ngerti."

Mau tidak mau, aku tertawa melihat respon mereka. Vera pun sampai terbatuk-batuk karena tak bisa berhenti tertawa.

Peter yang paling tidak bisa santai, beberapa kali terlihat menggulung lengan bajunya. Rega yang paling dramatis, berulangkali mengusap dadanya dengan tabah. Dan Ivan yang paling lapar, terus terdengar menyebut "nasi ayam."

"Gimana, Ren?" Tora bertanya dengan nada jenaka. Aku melambaikan tanganku seperti mengusir lalat.

"Thank you, but next."

💨💨💨

*up setiap sen, rab, jum

WiFi [End]Where stories live. Discover now