6 6 - Bonus (1)

180 25 23
                                    

*part bonus hanya menceritakan beberapa hal yang terjadi setelah epilogue, waktu kejadian mungkin tidak benar-benar berurutan*

💨💨💨

"AKHIRNYA DOUBLE DATE!"

Aku terkekeh sambil merangkul Vera yang tampak sangat bersemangat. Yang lain juga sudah tahu aku dan Nathan berbaikan dan berbalikan, jadi semuanya beres.

Vera terus bergerak sedari tadi, tidak sabar untuk melakukan hal yang dinantinya sejak lama.

Setelah 65 chapter ya, Ver?

"Jadinya nonton apa?" tanya Tora sambil menapakkan kakinya di elevator diikuti kami.

"Apa aja yang ada," jawab Nathan.

"Yang penting jangan horor," timpal Vera.

"Dan harus ada popcorn," sahutku. Vera langsung tertawa sambil mengangguk setuju.

"Iya gak, sih? Gue pernah waktu itu pergi nonton cuma biar nikmat makan popcorn. Kayak males banget makan popcorn kalo gak lagi nonton, dan males banget nonton kalo gak ada popcorn. Dua hal yang harus melengkapi satu sama lain!"

Kami terkekeh mendengar celotehan Vera, lalu akhirnya melangkah masuk ke bioskop.

"Biar gue sama Tora aja yang mesen tiket," ucap Nathan sambil menoleh ke arahku. "Kalian yang beli popcorn."

"Oke," jawabku. "Lo mau nitip apa?"

"Gue barengin sama lo aja."

Kami akhirnya berpisah. Baru kusadari Vera tengah melotot ke arahku membuatku bergidik seketika.

"Apa?"

"Kalian kok pake 'lo-gue'? Katanya pacaran?!" tanya Vera gemas dengan nada yang tertahan.

"Aneh aja rasanya," jawabku sambil tersenyum geli. "Kalo denger lo sama Tora kayaknya comel banget, tapi begitu praktik sendiri jadi merinding."

Vera akhirnya terbahak lalu memaklumi. Kami memesan popcorn, membayar, lalu duduk menunggu karena antrean tiket cukup panjang.

"Ver,"

"Hm?"

"Gue takut pacaran."

Vera hampir saja menyemprotkan soda yang baru saja dia minum keluar. Dia menutup mulutnya sambil menatapku lebar-lebar.

"Lo berani ngomong gitu waktu akhirnya setelah sekian lama kita bisa double date?!" geramnya. "Coba bilang, kenapa lo tiba-tiba takut?"

Aku meringis, melihat Vera yang memasang ekspresi serius.

"Gue takut jauhan sama lo."

"Kok bisa?"

"Yah, karena sekarang lo punya pacar dan gue punya pacar. Bisa jadi gue cuma fokus sama pacar gue dan lo cuma fokus sama pacar lo," Aku menghela nafas. "Terima atau nggak, ya kita akhirnya makin jauh. Makin punya dunianya sendiri-sendiri. Makin lupa satu sama lain."

Aduh, kenapa jadi sedih gini?

Aku melirik Vera yang masih serius mendengarkan. Tumben, biasanya dia tidak bisa tidak tertawa setiap dua menit sekali.

"Gue sih, terima. Cuma gue belom mau itu terjadi sekarang. Paham?"

Vera mengangguk lalu tersenyum, membuatku ikut tersenyum juga sebelum berjengit kaget begitu Vera tiba-tiba terbahak.

Aku membekap mulutnya cepat sebelum menarik lebih banyak perhatian. Susahnya berteman dengan Vera, dia kadang lupa di mana dia berada sehingga bisa bertingkah seenaknya.

WiFi [End]Where stories live. Discover now