1 5 - Other Way

187 80 24
                                    

"Terus kalian ngomongin apa?" tanya Vera keesokan paginya dengan penuh semangat setelah mendengar bahwa aku dan Nathan bertelepon semalam.

Aku mengangkat bahuku acuh.

"Gak penting. Dianya gak ada kerjaan."

"Wah, berarti pendekatan, tuh." Vera menyimpulkan sepihak. "Ngomong-ngomong, suara lo kenapa dah, Ren?"

Aku tersenyum masam, tidak menyangka Vera menyadarinya.

Akibat kemarin penuh kejadian menegangkan, terutama kemarin pagi sewaktu jantungku terjatuh di jalan, aku terlalu banyak berteriak. Tenggorokanku jadi terasa aneh dan serak, membuat nada suaraku jadi berbeda juga.

"Kemarin kebanyakan teriak," jawabku singkat.

Vera terbahak.

"Kebanyakan teriak bisa jadi serak gitu, ya? Makanya, lo training teriak setiap hari. Pasti nanti-"

"Buat apa juga gue teriak-teriak setiap hari?" potongku tak habis pikir. "Gue udah sumpek ditempelin makhluk dengan pita suara nyaring kayak lo, so I'm not gonna be the one."

Vera tergelak membuatku juga ikut tertawa.

"Kalo Rega," kataku tiba-tiba teringat kejadian kemarin. "Gue kemarin ketemu pacarnya waktu pulang nungguin Ibu."

"Terus?" tanya Vera penasaran.

"Gue ngerasa ada yang janggal aja," kataku. "Kayak gimana, ya? Kalo gue ngeliat lo sama Tora dibandingin ngeliat Rega sama Fanya, itu beda jauh. Padahal sama-sama pacaran."

"Tipe pacaran orang kan, emang beda-beda." Bel masuk menjeda kalimat Vera sesaat. "Ada yang emang manis di mana aja, ada yang manisnya kalo berduaan aja. Terserah orangnya."

Aku mengangguk-angguk mengerti.

"Kalo lo pasti tipe yang pertama."

"JELAS!" Vera menyibakkan rambutnya. "Lo besok pacaran harus tipe pertama juga. Biar pada tau kalo dia pacar lo!"

"Dih, katanya terserah orangnya. Ya, suka-suka gue dong!" Aku mulai mengeluarkan buku untuk jam pelajaran pertama.

"Eh, tapi ada juga tipe yang hubungannya sengaja disembunyiin dari orang-orang. Apa namanya, tuh?" Vera memejamkan matanya erat, berusaha mengingat istilahnya. "Backroad?"

Beberapa pasang mata menoleh dengan terkejut ke arahku yang tiba-tiba terbahak-bahak.

"AHHAHHAHA BACKROAD?!" Air mataku nyaris keluar saking hebatnya. Vera mendengus, wajahnya terlihat memendam rasa malu.

"Emang apa?"

"Backstreet dong, dasar udel kuaci!"

"Ck, sama aja. Street sama road artinya juga sama," bantah Vera tidak terima. Aku masih saja tertawa sambil mengusap mataku.

"Padahal gue yang udah lama gak pacaran aja tau, masa lo nggak?"

"Tauk, kita kemusuhan," pungkas Vera bersamaan guru masuk. Aku terkekeh.

"Berani musuhan sama gue?"

💨💨💨

"Ver, maafin gue.."

Vera masih saja mengabaikanku sejak pagi gegara insiden "backroad". Mengingatnya saja, aku harus menahan diri untuk tidak menyemburkan tawa lagi.

"Tuh!" Vera tiba-tiba menudingku. "Lo masih nahan ketawa! Gak tulus minta maafnya!"

Vera berjalan lagi ke arah kantin, dan aku juga masih mengikutinya.

"Toh, permohonan maaf nggak selalu buat memperbaiki kesalahan. Bisa aja cuma buat menjaga hubungan supaya tetap jalan."

Vera tidak merespon kalimat puitisku membuatku menghela nafas. Dia mulai serius.

"Gue beliin bakso, ya?" tawarku saat kami mulai memasuki kantin. Vera melirikku sekilas.

"Beranak?"

"Iya, beranak." Bisa kudengar dompetku meraung-raung. Aku tersenyum masam.

"Oke, sama es jeruk, ya!" Vera langsung menampilkan senyum manisnya, membuatku semakin menunjukkan senyum masamku.

"O-oke."

Vera bergabung dengan teman-teman kekasihnya. Aku menghela nafas lalu pergi ke kios bakso yang kudatangi kemarin dan memesan makanan.

Padahal makanan paling mahal di kantin itu bakso. Gue beli paling seminggu sekali. Ini udah dua hari beli bakso mulu, yang makan orang lain lagi, batinku muram lalu duduk tepat di tempat yang aku duduki kemarin bersama-

Rega.

Seketika semua kejadian kemarin terlintas di benakku. Luka yang sempat dijahit oleh obrolan Nathan dan celetukan Vera terbuka lagi. Aku mengeryit sakit.

Ternyata begini rasanya putus padahal belum pacaran.

Pesananku datang. Aku membayar lalu membawa itu semua ke meja. Kulihat Vera tengah asyik mengobrol dengan lengan Tora melingkari pundaknya. Wajah cueknya yang dia tampilkan padaku tadi hilang entah ke mana.

Sandiwara yang hebat.

"Waaah, makasih Rena!" ucap Vera begitu aku meletakkan pesanannya di meja. Aku mengangguk lesu lalu duduk di sebelah Ivan. Tidak bernafsu makan akibat tenggorokan yang tidak bisa diajak bekerja sama. Apalagi masalah "backroad" tadi, aku tertawa terlalu keras membuatnya semakin sakit saja.

"Kemarin Peter, hari ini Vera. Berarti besok gue ya, Ren." Aku mendengus mendengar pernyataan Tora.

"Gak usah sungkan-sungkan, Tor. Gue cari kumpulan lain aja."

Yang lain langsung tertawa mendengar kalimatku. Aku berdeham-deham, berusaha menyamankan sedikit tenggorokanku yang semakin susah dikendalikan ini. Aku menoleh ke seisi meja.

Satu, dua, tiga, empat, lima, en-

Loh, kurang satu?

"Wah, Nath. Lo harus kurang-kurangin bolos, deh!" ujar Tora tiba-tiba. "Setiap lo bolos pasti ada kejadian seru soalnya!"

"Bener banget!" timpal Ivan. "Kemarinnya lo bolos, Vera sama Rena dateng. Kemarin malah Rega pacaran!"

Ah, iya. Rega tidak ada.

Mood-ku semakin jelek saja saat mendengar Ivan menceritakannya dengan penuh semangat.

"Sama yang katanya sepupunya itu?" tebak Nathan membuat Ivan mengangguk-angguk.

"Kok lo tau?"

"Keliatan. Kalo sepupu gak akan segitunya," jawab Nathan lalu memakan makanannya.

"Dan sekarang Reganya ngilang," sahut Vera. "Ke mana, ya?"

Aku ikut melihat ke sekeliling. Sekaligus mencari siapa tahu ada tanda-tanda Fanya. Tapi tidak ada juga. Apakah mereka memang-

Aku mengepalkan tanganku erat. Sudah cukup! Untuk apa aku mengorbankan mood-ku seharian hanya untuk dia? Toh, dia juga tidak tahu perasaanku. Aku juga masih bisa bahagia dengan cara yang lain.

Aku menatap ke orang di hadapanku sekilas. Nathan tampak menangkap bola mataku lalu menaikkan alisnya, seakan bertanya "kenapa?"

Kepalaku menggeleng dengan senyum kecil terukir membuat Nathan menyerngitkan keningnya sejenak sebelum menoleh ketika Peter mengajaknya bicara.

Ya, aku masih punya cara lain.

💨💨💨

bcs a broken heart isnt an end of everything<3 keep moving!

*up setiap sen, rab, jum

WiFi [End]Where stories live. Discover now