1 0 - Relationship?

227 100 86
                                    

"Kalo nomor dua gimana rumusnya?"

"Dua?" Aku langsung mengecek nomor yang disebutkan Vera dari telepon. "Yaelah, Ver! Ini kan, materi kelas sepuluh. Masa lo lupa?"

"Justru itu," Vera berdecak. "Kenapa harus terus mengungkit yang sudah lewat?"

Aku tersenyum geli. Besok ulangan fisika dan kini aku dan Vera tengah membahas soal-soal bersama lewat telepon. Yang membuat kesal adalah kami baru ingat setelah sampai di rumah masing-masing. Jika ingat dari awal, mungkin bisa membahas bersama di rumah Nathan.

Kan, lebih enak.

"Pake rumus hukum kekekalan momentum," jawabku akhirnya.

"Yang mana lagi itu?" Vera terdengar frustasi di seberang. "Tau gini tadi gak usah main, hiks. Gue lemah banget kalo fisika."

Aku tersenyum geli. "Bentar gue ambil minum dulu. Lo coba kerjain itu dulu."

Aku turun sejenak ke dapur, mengambil segelas air, lalu menangkap keberadaan Ayah dan Ibu yang sepertinya tampak berbicara serius di ruang tamu.

Ayah menangkap keberadaanku.

"Ata, sedang apa?" tanyanya langsung.

"Mengambil minum."

Ayah hanya mengangguk sedangkan Ibu mengamatiku seperti menungguku masuk ke kamar lagi. Aku bergegas menaiki tangga karena sepertinya Ayah dan Ibu tidak ingin aku mengetahui obrolan mereka.

Apakah ini berkaitan dengan mood Ibu yang akhir-akhir ini menurun? Atau..

Sudah ayo, berpikir positif. Semoga saja perencanaan pemasangan WiFi. Hehe.

"Ren! RENA!" Vera terdengar berteriak dari seberang membuatku tertawa kecil.

"Heyo, I'm back! Kenape?"

"Lihat apa yang gue kirim ke lo!"

Aku langsung membuka room chat-ku dengan Vera. Ada sebuah foto. Siapa?

"Itu Nathan sama Sheryl waktu masih pacaran," jelas Vera. "Gue dapet dari akun lamanya Sheryl."

Aku hanya ber-oh ria sambil mengamati foto tersebut. Tampak latar belakang bioskop dengan Sheryl memegang kamera sambil tersenyum ceria, sedangkan Nathan di sebelahnya hanya tersenyum tipis namun tampak tulus.

"Kalo dijejerin ternyata serasi banget, ya." Aku menggumam pelan.

"HAHAHAH! Renata cemburu!" Vera tertawa puas membuatku mendengus.

"Buat apa? Orang udah putus juga," ucapku acuh lalu mulai kembali fokus ke soal-soal latihan.

"Lo ngomong kayak mau jadian aja," ejek Vera. Aku hanya mencibir kecil.

"Jadi, lo akhirnya mau deketin Nath-"

"Udah ya, Ver! Cinta-cintaannya ntaran dulu. Fokus besok kita mau perang!" potongku tegas. Vera terkekeh.

"Siap!"

"Btw, berarti tadi gue tinggal ambil minum lo malah nyari begituan, ya? Gak lanjut ngerjain malah-" omelku membuat Vera tertawa terbahak-bahak namun tidak membantah.

Sudah hampir tiga jam berlalu dan akhirnya kami menyelesaikan soal ke lima puluh, soal terakhir. Vera terdengar mendesah lega.

"Udah selesai belajarnya," katanya. "Ayo bahas cinta-cintaan!"

Aku mendengus sambil memberesi buku-bukuku, memastikan tidak ada yang tertinggal untuk esok hari.

"Gue mau tidur. Bye!"

"HEH, ENAK AJA!" protes Vera langsung. "Bentar aja, sepuluh menit. Spill the tea, yah?"

Aku hanya diam sambil beranjak ke kasur, seakan memberikan izin Vera untuk berbicara.

"Jadinya," katanya memulai. "Rega apa Nathan?"

"Kok Rega apa Nathan?" Aku mengerutkan keningku sambil memasang lampu tidur.

"Lo lebih cocok sama antara mereka berdua. Gue gini-gini menilai gak cuma dari fisik, ya! Kalo sama Rega tuh bawaannya damai, kalem, ada masalah otaknya dingin semua. Jadi bakal langgeng sih, menurut gue."

"Kalo Nathan?" tanyaku penasaran setelah mendengar prediksi logis Vera.

"Nathan kan, orangnya pelit gitu. Sedangkan lo mayak. Jadi, pasti bakal sering berantem!" Vera terdengar terkikik. "Tapi seru sih, jadi ada bahan berdebat biar gak monoton."

"Berarti enak sama Rega, dong. Peluang putusnya lebih kecil," jawabku. Vera berteriak tertahan.

"Gue gak nyangka akhirnya tiba saatnya gue bicarain kisah cinta lo! Bener-bener gue nanti tau gak, sih?!"

Aku tertawa sejenak mendengar nada gemas Vera itu.

"Tapi sejak tahu ada teror adek kelasnya itu, gue jadi antara pengen tau banget sekaligus takut. Soalnya abis Rega balik, hawanya dia jadi beda. Kayak ada yang minus lah, pokoknya!"

Vera sepertinya manggut-manggut mendengarkan penuturanku.

"Ya, udah. Deketin Nathan aja kalo gitu."

"Hah? Gue?" tanyaku memastikan.

"Yaiyalah, gila! Masa gue?!" Vera bertanya dengan nada dramatis. Aku yakin dia sedang meremas bantalnya sekarang.

"Ogah banget. Kita kan, cuma ngomongin doi gue siapa. Bukan tentang pedekatenya. Lagian gue cewek, Ver. Cewek! Masa gue yang deketin duluan?"

"Idih, kolot. Emansipasi wanita, Ren. Hargai Kartini yang sudah memperjuangkan hak-hak kita sebagai wanita-"

"Beda, please. Beda."

"Beda apanya?" bantah Vera terdengar tidak terima, namun kemudian dia menghela nafas. "Khilaf lagi gue. Maksa orang lakuin apa yang gue suruh, bukan demi kebaikan mereka tapi demi kesenengan gue aja."

Aku tersenyum geli, memaklumi. "Yah, namanya juga manusia."

"Tapi kalo Rega gak bisa karena kehalang itu, Nathan aja! Apalagi dia lebih ganteng dari Rega, juga punya WiFi. Hehe."

"Percuma ya, punya WiFi tapi gak mau ngasih tau password-nya. Gue udah tanya berapa kali gak dijawab juga," keluhku lalu mematikan lampu utama karena mataku mulai panas dipancar cahayanya.

"Lo cuma butuh usaha. Deketin lagi aja, pasti bisa!" ujar Vera girang, lalu kudengar dia menepuk mulutnya sendiri yang mengangkat topik pendekatan lagi. "Ngomong-ngomong, lo suka Rega kenapa?"

"Emm," gumamku berpikir sejenak. "Gak tau, lebih suka aja. Dia kalem dan baik, bawaannya santai juga. Gak kayak Nathan, ngajak berantem."

Vera terbahak.

"Yaudah. Pokoknya siapa pun itu, harus lo pilih dari hati. Dan Ren," panggil Vera. "Gue gak bener-bener serius lo cari pacar cuma buat porotin kuota mereka. Lo juga harus cinta. Itu anak orang, punya hati juga. Jangan main-main doang."

"Iya iya, kanjeng mami. Gue taulah." Aku tersenyum geli mendengar penuturan Vera.

"Uuh, gue sayang banget sama lo! Oke deh, sampe ketemu besok! Bye, luv!"

Vera menutup telepon membuatku menghembuskan nafas lalu menatap kosong langit-langit kamar yang tampak redup karena hanya ditimpa cahaya lampu tidur.

Siapkah aku menjalin hubungan?

💨💨💨

nge ship sm rega or nathan?
hohoho ಡ ͜ ʖ ಡ

*up setiap sen, rab, jum

WiFi [End]Where stories live. Discover now