3 0 - The Day

187 71 26
                                    

double up biar ga nanggung
selamat membaca-

BTW KITA TUMPENGAN akhirnya muncul jg scene di sinopsis wkwkwkw💞

💨💨💨

"Lo sendiri, kan?"

"Hm."

"Mau gak jadi pacar gue?" Kudengar suaraku bertanya membuatku mematung.

"Lo," Jari telunjuknya menunjukku. "Nembak gue?"

Pipiku memanas, ingin cepat-cepat mengakhiri momen yang sepertinya berujung penolakan ini.

"IYE, bolot. Cepetan. Mau gak?"

Nathan diam sejenak. Sepertinya sedang berpikir walaupun wajahnya tampak biasa saja. Kemudian dia menatapku.

"Boleh, deh."

Aku mendelik mendengar jawabannya yang sedikit aneh. Dan jujur, juga sedikit menginjak harga diriku sebagai wanita di sini.

"Boleh?" ulangku. "Lo kira gue ngajak lo makan mie ayam?"

"Itu juga boleh. Lo yang bayar."

Aku diam menahan gemas dan dia juga diam, seakan melupakan fakta bahwa kami sekarang adalah sepasang kekasih.

Hening. Aku melirik benda putih yang menempel di atap, lalu menoleh ke orang di sebelahku yang baru saja kujadikan pacar dua menit yang lalu.

"Kalo sekarang kita pacaran," kataku. "Berarti gak boleh ada rahasia di antara kita."

Nathan melirikku sejenak, lalu memandang ke arah televisi lagi.

"Oke."

"Password WiFi lo apa?"

"Udah gue duga," gumam Nathan membuatku terkikik. "Ayo, Ren."

"Apa?"

"Kita putus."

"Wey, wey!" sahutku cepat disertai tawa. "Gue bercanda! Ya kali, gue ngajak lo pacaran cuma buat tau itu."

"Terus, kenapa lo ngajak gue pacaran?"

Aku terdiam. Otakku berusaha memikirkan alasan yang tepat saat jantungku sendiri sibuk berdetak dengan tempo kilat.

"Ya," Aku berdeham. "Gitu."

"Gitu gimana?" Nathan tersenyum geli.

"Ya, itulah. Alasannya sama waktu lo nembak Sheryl, sebelas dua belas."

"Sheryl yang nembak gue."

Aku terbelalak, cukup terkejut, namun tidak berniat bertanya lebih lanjut. Aku kira aku perempuan pertama yang menembak lelaki. Hahaha.

"Lo kenapa akhirnya mutusin buat nembak gue? Gue gak nyangka bakal secepat ini," ucap Nathan lalu berdiri dan mengambil kunci motor.

Aku mengernyitkan keningku, mencerna kalimatnya yang terdengar berbeda.

"Emang lo tau gue mau nembak lo?" tanyaku akhirnya.

"Yaiyalah, lo kan suka sama gue."

Aku melongo.

"KELIHATAN BANGET, TOH?!" seruku panik. Jangan-jangan yang lain juga tahu aku suka dengannya?!

Nathan tertawa puas.

"Nggak, guenya aja yang terlalu peka," jawabnya pede lalu berjalan keluar. "Ayo, gue anter pulang."

💨💨💨

WiFi [End]Where stories live. Discover now