2 3 - Gossip

175 76 34
                                    

Tiba di rumah Peter yang ternyata sedikit lebih besar dari rumah Nathan. Peter keluar dengan seragam yang sudah berganti dengan baju rumahnya dan membukakan pintu, mempersilakan teman-temannya masuk. Aku segera mengamati atap-atap rumah.

"Peter!" panggilku dengan nada riang lalu menunjuk benda putih yang tertempel di atap. Peter mendengus membuat yang lain tertawa.

"Iya, ntar. Gue ini gak sepelit Nathan walaupun gue tau lo borosnya minta ampun," ucap Peter.

"Ah, Peter. Gue baper."

"Jijik." Nathan menyentil kepalaku dari belakang, membuatku meringis.

"Apa sih, orang Peter-nya biasa aja."

"Nathan cemburu, cie." Tora menyolek bahu Nathan dengan gaya banci membuat Vera menggeplaknya.

"Heh! Jangan belok lo!"

"Ampun, Nyai."

Kami tertawa bersama dengan suara cukup pelan karena sedang di rumah orang sampai seorang ibu paruh baya ke luar dari dapur.

"Tante," sapa Nathan, Tora, dan Rega langsung. Aku dan Vera lantas mengikuti menyadari itu adalah Ibunya Peter.

"Wah, tumben bawa cewek. Siapa ini?" tanya Tante Piona ramah.

"Ini Vera, pacarnya Tora. Sama ini Rena, gak tau siapa," jelas Peter santai.

"Heh," tegurku lalu kami tertawa.

"Rena pacarnya Rega, ya?" goda Tante Piona membuatku malu sendiri.

Aduh, Tante ini. Baru aja gue bertekad move on, tapi malah diginiin.

"Kok saya, Tante?" tanya Rega angkat suara.

"Namanya cocok aja. Rega dan Rena. Iya, kan?" jelas Ibu dari Peter itu membuat kami akhirnya tertawa mendengar cocoklogi tersebut.

"Rega sudah punya pacar," ucap Tora tiba-tiba membuatku seakan ditampar realita.

Makasih ya, Tora.

"Oh, begitu? Ya, berarti pacarnya Nathan." Tante Piona menyimpulkan sepihak membuat mau tak mau kami tertawa lagi.

"Kenapa nggak Peter aja, Tan?" tanya Nathan tampak tidak terima membuatku sedih.

"Kamu terlalu manis buat Peter. Nanti kalo dia diabetes, Tante yang repot."

"Hah?" Aku mengatupkan kedua telapak tanganku ke kedua pipiku yang rasanya memanas. "Tante, aku baper."

Bisa-bisanya gue baper sama gombalan tante-tante.

"Apa sih, Ma?" Peter mengernyitkan keningnya walaupun bibirnya tertawa. Yang lain juga ikut tertawa melihatku meleleh digombali seorang ibu-ibu.

Akhirnya Peter mengajak kami ke kamarnya karena ruang tamu sedang dipakai Ayahnya dengan teman kerjanya.

Kamar Peter cukup luas untuk kami berenam masuk. Dan seperti biasa, selalu ada kaset game dan stick PS.

"Rega, main sama gue." Komando sang tuan rumah membuat Rega memberi gaya hormat dan langsung menyambar satu stick PS.

Aku hendak meminta password WiFi-nya sekarang, namun mereka sudah asyik bermain. Melihat Rega yang tampak lebih bersemangat saat ini membuatku tidak ingin mengganggu.

Selepas percakapan di perjalanan tadi, aku merasa sedikit canggung.

Bukankah memang sulit untuk berbincang dengan orang yang sedang berusaha untuk dilepaskan?

Entahlah. Bagiku terasa berbahaya karena bisa jadi semakin tidak rela.

Aku melirik ke kiri. Tora dan Vera yang tengah membahas sesuatu sambil menatap ke layar handphone Tora. Mungkin rencana kencan.

WiFi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang