0 1 - Imagination

364 139 77
                                    

"Gue mau nonton sama Tora," ucap Vera saat kami sedang mengemasi barang-barang setelah bel pulang sekolah berbunyi. "Mau gue pesenin ojek?"

Aku berdecak.

"Lo tuh, pergi sama Tora mulu. Mentang-mentang pacaran," sungutku yang dibalas kekehan Vera.

"Ya, gimana? Masa lo ikut sama kita?" Vera menaikkan alisnya menggoda.

"Sepengen-pengennya gue nonton di bioskop, gak akan mau kalo jadi setan di antara kalian."

"Tapi kan, kalo di bioskop fokusnya ke layar."

"Gak. Gue buta sekalipun tetep risih kalo harus nemenin kalian berduaan."

Vera tertawa, bersamaan dengan Tora yang muncul di depan pintu kelas kami.

"Vera," panggilnya lalu berjalan masuk. Aku meliriknya sinis, dan dia juga balas menatapku sengit.

"Hai." Vera tersenyum manis yang dibalas dengan tepukan sayang Tora di ubun-ubunnya. Aku memutar bola mata.

"Gue masih hidup, woi!"

"Bukan urusan gue! Cari pacar sono, biar gak ngiri mulu!" Tora berujar malas. Sedangkan Vera tampaknya sangat bahagia melihatku tersiksa.

"Setuju. Lagian nanti kita bisa double date!" Vera berseru girang. Aku berdecih.

"Heleh, lo tau apa soal double date? Pacaran juga baru empat hari yang lalu."

"Lah, lo tau apa soal pacaran? Terakhir pacaran juga empat tahun yang lalu."

Skakmat.

Jika sudah begini, aku hanya bisa tersenyum masam disertai tawa puas Vera dan senyuman kemenangan Tora.

Kisah cinta terakhirku berakhir tragis. Kekasihku memutuskanku hanya karena aku jarang membalas pesannya saat masa liburan.

Harusnya dia tahu bahwa aku sedang dalam masa menghemat kuota. Di mana tidak ada orang yang bisa dimintai hotspot, dan di mana orang tuaku tidak pernah setuju untuk memasang WiFi. Mungkin karena mereka tahu kebiasaan burukku.

Eh, tunggu. Kebiasaan buruk?

Hellooo, itu bakat! Aku bahkan bisa menghabiskan dua belas giga dalam waktu satu jam. Bukankah itu mengesankan?

Yah, mungkin bagi Ayah tidak.

Ibu apalagi.

"Gue pesenin ojek gak?" Pertanyaan Vera membuyarkan lamunanku.

"Gak usah. Gue dijemput, mau bantu Ibu ngajar di les," jawabku sambil memakai sweater. "Have fun, ya!"

Tora mengangguk saja sedangkan Vera menepuk pipiku lembut.

"Tapi serius, Ren. Lo kudu cari pacar. Masa lo mau masa SMA lo flat-flat aja? Ayo, lo harus cari sensasi!"

"Cari sensasi gak melulu soal pacaran," gumamku malas.

"Dan kalo lo punya pacar, kemungkinan besar dia bakal setia hotspot-in lo." Tora tiba-tiba menyahut. "Secara, kebahagiaan lo kan tanggung jawabnya dia."

"Aduh, jantung!" Vera memegang dadanya dramatis. Sedangkan Tora terkekeh sambil merangkul Vera mesra.

"Dan lo bakal dapet keuntungan lebih," Vera menimpali lagi. "Lo bakal disayang, diperhatiin, diprioritasin, banyak pokoknya."

"Gini ya, Ver." Aku menyela. "Lo percuma promosi pacaran kalo calonnya aja gak ada. Seakan lo promosi barang padahal lo sama sekali gak buat produknya."

"Ya, makanya kita cari!" Vera meremas tanganku antusias. "Pasti ada yang nyantol."

Aku tersenyum miris melihat semangat Vera yang menggebu-gebu. "Buka mata lo lebar-lebar, Ver. Mana ada yang mau sama cewek buluk kayak gue?"

"Pesimis banget lo," ejek Tora. "Gue punya banyak temen. Lo boleh kok, ambil satu. Gue kasih setengah harga, deh."

"Betul! Lagian lo itu cantik, cuma kadang pikiran lo sendiri yang terus meyakinkan kalo lo itu jelek." Vera menimpali.

Aku menatap keduanya aneh.

"Gue bisa laporin Tora karena perdagangan manusia dan gue bisa laporin Vera karena memalsukan data dan fakta. Udah, berbahagialah kalian di penjara."

Tora terbahak sedangkan Vera menghela nafas karena aku tidak menanggapi dengan serius.

"Ya, pokoknya pasti ada. Gue jamin!"

Aku menunduk melihat handphone-ku yang bergetar menandakan panggilan masuk. Kulihat ikon Ibu tertera jelas.

"Gue udah di jemput. Bubye!" Aku menepuk pipi Vera lalu menepuk bahu Tora sebelum berjalan ke luar kelas.

"Inget ya, lo kudu cari pacar! Pasti ada!"

Well, imagination.

💨💨💨

jam up nya random yaw bcs aku suka ketiduran tanpa liat waktu jd ga brani menjanjikan ಥ‿ಥ

*up setiap sen, rab, jum

WiFi [End]Место, где живут истории. Откройте их для себя