³⁵. tigapuluh lima

Start from the beginning
                                    

Hana mengambil ponselnya, membuka aplikasi KakaoTalk, membuka roomchat Jay yang tertera paling atas. Dia membaca ulang pesan-pesan yang Jay kirim sebelumnya. Sesekali dia tertawa. Merasa sangat lucu.

"Jadi bener lo pacaran sama Jay?" Suara berat seseorang yang berdiri berhadapan di mejanya mengalihkan perhatian Hana.

Minhee menaikkan kacamatanya yang sedikit melorot, menghunus Hana dengan sorot datarnya.

"Maksud lo?" tanya Hana.

"Lo dateng ke pesta Jay semalem, kan?"

"Iya. Kenapa?" Hana mengingat semalam, dia tidak melihat keberadaan Minhee yang katanya saudara jauh Jay.

"Udah gue bilang, dia itu pembawa sial. Dia punya banyak kekurangan. Lo masih mau berhubungan sama dia?"

Alis Hana berkerut.

"Gue bukan musuh lo. Gue bermaksud baik ngejelasin ini ke lo." Cowok tulen itu melirik kanan-kiri yang sepi karena jam istirahat masih berlangsung. "Gue udah pernah bilang. Dia penyebab Mama gue meninggal. Mungkin lo belum tahu kebenarannya, dia gak normal. Dia gak bisa makan kayak kita."

"Gue tahu," kilah Hana cepat.

"Lo tahu?" Pupil matanya membesar. "Terus lo masih mau ngejalin hubungan? Sadar, dia gak bisa hidup tanpa asi. Emangnya siapa yang mau ngasih asi ke dia seumur hidupnya? Dia gak bisa bertahan lama, mungkin sebentar lagi mati."

"Jaga omongan lo."

"Gue bilang yang sebenarnya karena kasihan ke lo. Dia nggak bisa hidup kayak orang biasa, pemikirannya kolot, lo harus menjauh dari dia sebelum kena getah, dia—"

"Stop!" Hana bangkit berdiri, membalas tatapan Minhee. "Jangan pernah ngejelekin Jay lagi. Apapun kekurangannya, gue bisa nerima dia apa adanya. Gue gak pernah ngerasa keberatan. Dan satu lagi, dari sekian banyak orang yang pernah gue jumpa, cuma Jay yang paling sempurna. Lo gak berhak nyuruh gue kayak tadi." Dengan cepat Hana beranjak pergi menyusul teman-temannya di kantor guru.


°°°


"Hai," sapa Heeseung tersenyum manis pada Hana yang baru memasuki ruang rapat.

Hana yang disapa sempat terkejut, memendarkan pandangan melirik semua anggota pengurusan. Bagaimana bisa ada Heeseung?

"Silakan duduk, Hana," persila ketua pengurus. Buru-buru Hana duduk di salah satu kursi yang bersebelahan dengan Heeseung.

Kegiatan rapat dimulai. Membicarakan tentang kemah dan sejenisnya. Sebenarnya Hana sudah tahu dia ditunjuk sebagai penanggung-jawab di kemah nanti, dia juga sudah tahu kelasnya akan pergi dengan kelas Jay. Rona saja yang terlalu heboh.

Hampir satu jam, kegiatan rapat diakhiri dengan pembagian tugas masing-masing.

"Nih." Tiba-tiba susu kotak terjulur di hadapan Hana. "Muka lo pucet banget. Pasti belum istirahat dari semalem."

"Lo sendiri?" Hana balas menatap Heeseung yang pancaran wajahnya tidak jauh serupa dengannya.

"Ya ... seenggaknya gue udah istirahat walau sebentar."

"Jieun, dia adik lo?" Hana malah bertanya. Pertanyaan yang tersimpan sejak semalam di benaknya.

Senyum kecut Heeseung terbit. "Adik angkat."

"Kenapa lo gak pernah cerita kalau punya saudara perempuan?"

"Waktu itu mau gue kenalin, cuma ... waktunya udah nggak keburu." Dia melebarkan senyum. "Ya udah deh, lupain aja. Udah berlalu juga."

"Jadi lo kenal Jay sejak kapan?" Tak tanggung-tanggung Hana menanyakan semua hal ganjal dalam hatinya.

Heeseung mengemas alat tulisnya. "Sebelum kenal lo."

"Selama itu?"

"Iya. Kita juga pernah satu SMP, tapi gue pindah ke sekolah lo."

"Terus hubungan kalian gimana? Berteman?"

"Netral aja. Gak temenan dan gak musuhan."

"Tapi—"

"Gue balik duluan, ya." Sebelum Hana bertanya hal lain, Heeseung pamit duluan seraya mengumbar senyum manis.

Menyisakan Hana seorang diri di ruang rapat, termenung memikirkan kata-kata Jay semalam.

°°°

"Jangan diminum." Hana menginterupsi Riki yang lagi-lagi tergiur meneguk yoghurt yang sedang dia aduk.

"Ngapain Riki ngaduk kalau gak boleh diminum?" Cowok tinggi itu mencebikkan bibir kesal. Tadi dia sedang bermain video game bersama Yeonjun, tiba-tiba sepulang sekolah Hana, dirinya ditarik paksa ke dapur.

"Kakak minta tolong. Emangnya gak boleh?"

"Boleh. Cuma ini dari tadi mau Riki cicipi, dimarahi terus."

"Belum bisa dicicipi, Ki. Yoghurtnya belum selesai."

"Pasti ini buat maling yang kemarin nyusup, kan?"

"Maling yang kemarin nyusup?"

"Itu, yang kemarin malem dateng."

Yeonjun menyelonong datang tanpa mengatakan apapun dan langsung menuang bubuk susu—yang Hana beli tadi di supermarket—ke sebuah gelas.

"Kak Ojun, susu kotak di kulkas masih ada."

"Bagi dikit, Dek. Udah lama gak minum susu bubuk."

"Dikit apanya? Itu banyak banget." Hana merampas bungkus susu di genggaman Yeonjun. Dia tidak membual, bubuk susu yang Yeonjun tuang sangat banyak, bahkan hampir separuh.

"Astaga pelit banget, ke Abang sendiri padahal."

"Terus kenapa Riki yang disuruh ngaduk kalau ujungnya buat orang lain?" Riki menghentikan gerakan mengaduk susu. "Mending orang lain aja suruh."

Mendengar semua keluhan mereka membuat Hana berdesis. Dia mengambil alih pekerjaan Riki. "Ya udah, kalian keluar dari sini. Hana sendiri yang ngerjain."

"Ngambek." Yeonjun membuka kulkas, menuang air dingin ke gelas berisi susu bubuknya.

"Ck, Riki cuma bercandaan. Baperan amat." Riki merebut pekerjaannya tadi. "Iya tahu, maling kemarin lebih penting buat Kak Hana."

Tanpa menggubris mereka lagi, Hana melanjutkan pekerjaannya yaitu memindahkan susu yang sudah tercampur yogurt plain ke dalam stoples bersih. Menutup rapat sehingga tidak menyediakan ruang udara masuk agar proses inkubasinya berjalan dengan sempurna.

Saat proses inkubasi terjadi, Hana hanya perlu mendiamkannya selama 7 jam, agar bakteri tumbuh dan berkembang. Dia pun menyimpan toples-toples itu di tempat bersuhu panas. Semakin lama didiamkan maka tingkat keasaman akan semakin tinggi dan tekstur akan menjadi lebih kental. Setelah yoghurt itu selesai, dia akan memberikan pada Jay.

"Dek, badan lo panas." Yeonjun berujar ketika tak sengaja menyentuh lengan Hana saat hendak mengambil lemon.

Sontak Riki meletakan punggung tangannya ke kening Hana. Namun Hana melepasnya dan tersenyum tipis.

"Lo belum istirahat dari semalem. Malah ngebuat yoghurt," kata Yeonjun.

"Hana baik-baik aja. Paling setelah istirahat pulih lagi."

"Tapi istirahat dulu—"

"Sebentar lagi selesai. Abis ini Hana istirahat." Dia menata toples-toples itu dengan benar. Bertepatan dengan pesan yang baru masuk ke ponselnya.

Jay♥
Gimana kabar lo hari ini?

Baru sekarang cowok itu mengabarinya. Dan Hana begitu senang.

°°°


Kalau ada typo tandain ya, ini udah ngantuk-ngantuk nulisnya hikd<3

Makasi buat yang uda nunggu💛 tunggu terus kelanjutannya ya❤️

Breastfeeding Prince✓Where stories live. Discover now