69 - Permintaan Kedua

54.8K 6.1K 2.3K
                                    

Makasih banyak loh udah ditembusin ke 2k coment😭 aku terhura. Btw, kalian mau aku kasih hadiahnya kapan nih? Aku beneran loh ini.

Absen dulu sesuai angka yang kalian suka:

Siap ramein? Gak mau nunggu lama kan? Bisa nggak setiap paragraf di coment? Bisa dong pasti. 😊

Minta kerjasamanya, supaya aku makin semangat.

Tunjukin emot 🐻:

🎵 Play song Perfect - Ed Sheeran 🎵

***

Senyum itu tak hilang sejak tadi, tatapan matanya tak sedetikpun teralih darinya. Aster, betapa senangnya cowok itu saat datang ke rumah sakit dan melihat Zhiva sudah bangun dan tersenyum riang ke arahnya.

"Ih kok ngeliatin akunya kek gitu banget? Malu tau." Zhiva cemberut, manakala Aster terus-terusan menatapnya secara terang-terangan. "Gapapa." jawab cowok itu santai.

Zhiva mencubit lengan Aster keras. "Ishhh, kamu tuh nyebelin." ucapnya seraya menarik selimut hingga menutupi kepalanya.

Bukannya marah, Aster justru tertawa. Ya, hanya dengan Zhiva ia bisa tertawa lepas seperti ini. Bukankah sudah pernah ia katakan jika Zhiva membuatnya bahagia lewat cara yang orang lain tak bisa.

"Va, semakin kesini aku jadi semakin yakin."

"Yakin apa?" sial, Zhiva penasaran dan langsung membuka selimutnya.

Aster menahan tawanya. "Aku rasa dulu kita pernah ketemu, tapi aku lupa.".ucapnya.

Zhiva memutar bola matanya. "A—apaan sih, orang nggak pernah. Kan kita ketemu waktu kamu nolongin aku lagi berantem sama Panca." elaknya. "Nah, kamu kenapa berantem sama Panca hm?" Aster bertanya, ya karna penasaran.

"Ka— ah udahlah jangan bahas itu."

Bukannya apa,  tapi Zhiva benar-benar tidak tau harus menjelaskan seperti apa. Mau bilang kalau  Aster amnesia? No! Belum waktunya.

"Aku mau gunain 3 permintaan kemarin, pertama aku mau dinner sama kamu." sambung cewek itu.

Mendengar permintaan Zhiva itu, raut wajah Aster menjadi berubah. "Kapan?" tanyanya setelah beberapa saat.

"Malam ini, gak nerima penolakan dan gak nerima bantahan dalam bentuk apapun. Malam ini jemput aku disini, aku udah cantik memesona."

Aster menghela nafasnya panjang, kemudian mengangguk pasrah. Namun jujur, sebenarnya ia tidak setuju.

Ia bangkit dari duduknya, mengusak puncak kepala Zhiva lalu mencium keningnya. Aster tersenyum, yang dibalas senyuman juga oleh sang pacar.

"Aku pulang dulu ya, siap-siap. Nanti malem aku kesini lagi jemput kamu." Zhiva mengangguk setuju, ia melambaikan tangannya pada Aster yang mulai keluar dari ruang rawat inapnya.

Justin yang melihat Aster, segera menghampiri cowok itu. Ia menepuk bahu Aster, membisikkan sesuatu yang membuat Aster mendongak menuntut penjelasan.

"Buat dia senang setiap detik terakhirnya."

Ucapan Justin itu tentu saja terdengar aneh di telinga Aster. "Maksud om?"

ASTERLIO [SELESAI]Where stories live. Discover now