67- A Thousand Years

51.1K 6.2K 2K
                                    

Kasih emot:❤

Absen jam berapa kalian baca ini

Minta kerjasamanya ya buat ramein, biar akunya semangat terus.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Malam harinya, suasana begitu ramai. Api unggun sudah dinyalakan sejak tadi, semua orang tengah duduk melingkar disana. Sama halnya dengan Aster dan kawan-kawannya, ikut membaur dengan siswa lain juga.

Malam ini ada acara unjuk bakat, setiap kelas akan menampilkan persembahan terbaik mereka. Entah itu berkelompok ataupun solo, mau dance, nyanyi, puisi, atau apapun itu terserah mereka.

Dan itu sedang berlalu, kini sudah ada beberapa kelas yang menampilkan persembahan mereka masing-masing.

Zhiva menikmati itu. "Eh Ter, jadi nyanyi nggak sih? Jadi kan? Kan?" tanya perempuan itu entah untuk yang ke berapa kali. Aster saja sampai pusing, harus menjawab seperti apa.

"Nggak."

"Ih kok gitu sih? Kan udah janji, mau nyanyi." ucap Zhiva cemberut, memalingkan wajahnya dari pasangan Aster.

Aster menghela nafasnya panjang, ngambek lagi? Iyalah. Tapi ini posisinya Aster itu lagi bingung, mau nyanyi atau enggak. Jujur saja ia masih terngiang-ngiang dengan ucapan Zhiva beberapa waktu lalu.

"Sayang..." rayu Aster dengan suara lembut, menolehkan wajah Zhiva ke hadapannya.

Tentu saja tindakan itu berefek untuk Zhiva, yang mana malah membuat jantungnya berdegub lebih kencang dari biasanya. "Jangan pegang-pegang." ketusnya menepis tangan Aster dari dagunya.

Sialnya tindakannya itu malah membuat Aster terkekeh, berakibat membuat cewek-cewek histeris melihat tawa cowok itu.

Zhiva memelototkan matanya pada cewek-cewek itu, Aster pun mengikuti arah pandang sang gadis. Ia segera menarik Zhiva ke dalam pelukannya, tumben sekali Zhiva seperti ini.

"Awas matanya nanti copot, udah biarin sih. Lagian mereka cuma liat doang." bisiknya lembut. "Gak bisa, lagian kamu ngapain ketawa segala?" sewot Zhiva seraya mencubit lengan Aster keras.

Aster semakin dibuat gemas, jarang-jarang Zhiva seperti ini. Biasanya juga selalu dirinya yang uring-uringan saat Zhiva tertawa dan menjadi pusat perhatian orang lain.

Cup

"Dah diem, pacarnya Aster harus nurut." Aster mengusak puncak kepala Zhiva membuat perempuan itu mematung.

Sedetik Zhiva tersenyum seraya memegang pipinya yang mendapat kecupan singkat, -ah tolong dong Ter jangan bikin anak orang salah tingkah.

ASTERLIO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang