62 - Ngapain Takut?

58.4K 6.3K 929
                                    

Pengen basa-basi tapi ga bisa basa-basi.

Tunjukin emot : 🐻 dong!

Suka heran aja gitu, kenapa giliran aku excited buat nulis tapi kalian gak excited buat ramein:) kan gak simbiosis mutualisme jadinya, gak like ah aku.

Dahlah

Dahlah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aster melangkah di koridor rumah sakit dengan sebuket bunga mawar di tangannya, ia meminta kepada temannya untuk datang nanti satu jam setelah Aster datang. Alasannya karna Aster ingin berdua dulu sama Zhiva, ya begitulah.

Ia membuka pintu, memberi akses padanya sendiri untuk masuk ke dalam ruangan. Matanya membola kaget melihat pemandangan di depannya, tak dipungkiri jika senyumnya terbit.

Zhiva tengah duduk di brankar seraya tersenyum ke arahnya, dan kedua orang tuanya yang juga ikut tersenyum seolah menanti kedatangannya.

"Zhiva?" ucapnya dengan wajah berbinar.

Ia mendekatkan tubuhnya, masih dengan raut sumringah. "Daddy sama bunda keluar dulu." pamit Altas kemudian berlalu keluar dari ruangan itu.

Tinggalah mereka berdua, "Hug me." pinta Zhiva manja. Tak mau gadisnya menunggu, Aster segera merengkuh tubuh itu. Membawanya ke dalam pelukan hangatnya, berkali-kali puncak kepala gadis itu dihadiahi kecupan olehnya.

"Jangan bikin khawatir Va, jangan bikin aku takut."

Zhiva menyembunyikan wajahnya di dada bidang cowok itu, "Maaf," cicitnya. Aster melepas pelukannya. "Sadar dari kapan hm?"

Wajah itu sangat dengan wajahnya, Membuat Zhiva gugup seketika. Apalagi saat Aster menyelipkan surai rambutnya ke belakang telinga. "Pa—pagi."

"Kenapa gak hubungi aku?"

"Nanti kamu bolos, aku gak mau."

"Tap—"

"Ganteng, yang pentingkan aku udah sadar." potong Zhiva cepat, Aster menggelengkan kepalanya. "Kamu harus aku kasih hukuman."

Aster melepas pelukannya, menatap wajah Zhiva tulus. Telapak tangannya perlahan menyusuri wajah cantik perempuan itu, berawal dari matanya. Kemudian turun ke pipi dan kini ibu jarinya menyapu bibir Zhiva.

"Mau apa?" tanya Zhiva seraya tertawa, "Jangan ganggu gitu dong," Aster berdecak, padahal tadi dia udah dapet feel -nya loh.

Tak peduli protesan sang pacar, Zhiva lebih memilih kembali memeluk cowok itu. Menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Aster, entah kenapa matanya memanas. Dahi Aster berkerut saat merasakan lehernya basah, "Va?"

"Hm?"

"Kok nangis sih?"

Zhiva tersenyum, "Gapapa, kangen aja."

ASTERLIO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang