49 - Keadaan Aster

50.4K 5.7K 987
                                    

Absen dulu yuk, kalian kelas berapa?

Absen dulu yuk, kalian kelas berapa?

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

***

Di luar ruang IGD sudah ada Fadli, Utara, Rora, dan Ciko, mereka terus menatap ruangan itu yang lampunya masih menyala.

"Aster.. Hiksss lo harus baik-baik aja." Rora berjongkok bersandar di tembok, tangannya memeluk lututnya sendiri.

"Nanti gimana kalo bunda tau, dia pasti sedih banget hikss.... Belum lagi nanti daddy tau.. Gue takut...."

Keadaan Rora kacau, dia harus bersandar ke siapa? Tanzil sedang tidak berada disini sekarang. Cowok itu sedang memanggil Altas dan juga Acha, semoga saja Altas tidak kehilangan kendali disini.

Tap

Tap

Tap

Altas dan Tanzil berlari ke arah mereka. Rora mendongakkan kepalanya, melihat Altas ia segera berdiri. Menghambur ke pelukan pria itu, tangisnya semakin pecah. Mengingat keadaan Aster, darah, sungguh Rora tidak mau mengingatnya.

"Daddy..., Aster dad. Aster hikss..." Altas membalas pelukan putrinya itu, sebisa mungkin dia harus terlihat tenang.

Acha sengaja tidak Altas ajak, karna dia tidak mau istrinya itu akan semakin sedih ketika melihat keadaan putranya. Shasa menemani Acha di rumah, atas perintah Altas tentunya.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Altas dengan nafas tercekat, sebisa mungkin dia menahan amarahnya.

Dia tidak mungkin menunjukkan sifat aslinya pada Rora, selama ini dia tau jika Altas kejam. Tapi kekejaman Altas lebih dari apa yang dia pikirkan.

"Kita juga kaget uncle, kita lagi dihukum tiba-tiba ada cowok dateng." jelas Utara.

"Dad, Aster  nggak papa kan?" Altas menengok, tersenyum ke arah putrinya itu.

Altas melepaskan pelukannya, "Tanzil, bawa Rora menjauh dulu." titahnya.

Tanzil mengangukkan kepalanya, ia menarik tangan Rora lembut. Perempuan itu hanya menurut, matanya masih terus mengeluarkan air mata.

Altas menjauh sebentar, menelpon seseorang guna menyelidiki kasus ini.

"Hallo, saya tidak mau tau kamu harus membawa orang yang telah menusuk anak saya ke tempat biasa!"

"Maaf Tuan, tapi orang itu sudah berada di kantor polisi."

Wajah Altas memerah menahan amarah, "Saya tidak mau tau, pikirkan caranya sendiri bodoh!" makinya kemudian mematikan panggilan itu secara sepihak.

ASTERLIO [SELESAI]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora