#9 in teenfiction
#3 in fiksi
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA.]
Semua tentang Asterlio Galaksi Derandra, iblis pencabut nyawa berwujud dewa dalam mitologi Yunani. Tentang bagaimana kisahnya dengan para sahabatnya.
Tentunya juga kisah dengan sang pemili...
ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।
***
Zhiva bangkit dari duduknya, berjalan dengan sangat anggun ke arah orang yang menjadi korban. Tangannya meraih pisau yang tengah dipegang oleh Utara, perlahan namun pasti Zhiva menancapkan pisau itu tepat dijantung korban.
Aster yang sedang menontonnya mengeluarkan senyum devil-nya, gadisnya ini memang berbeda.
"Oke, gue udah selesai. Bye gue pulang." ucap Zhiva enteng kemudian berjalan ke arah Aster.
"Urusin dia." perintah Aster pada anak buahnya.
Dirangkulnya Zhiva, mereka berjalan keluar dari gedung dengan senyum mengembang. Ciko melebarkan mulutnya, bisa-bisanya ketawa setelah menghilangkan nyawa orang lain.
Zhiva menaiki motor Aster, melingkarkan tangannya diperut cowok itu. Motor itu mulai melaju, ke arah rumah Aster yang sudah beberapa lama tidak Zhiva kujungi.
Sampainya didepan rumah itu, dengan semangat Zhiva mengetuk pintunya. Setelah beberapa saat keluarlah Acha dengan senyuman manisnya.
"Sayang..."
Seperti biasa jika sesama perempuan bertemu, mereka cipika cikipi satu sama lain. "Kangen." rengek Zhiva manja dengan wajah cemeberutnya.
"Hahaha, tante juga kangen sama kamu cantik." jawab Acha gemas mencubit pelan hidung Acha.
Mereka berdampingan memasuki rumah, sepertinya lupa dengan keberadaan Aster sejak tadi.
"Anggap aja gue patung pancuran."
***
Aster membaringkan tubuhnya di king size miliknya, hari ini cukup melelahkan. Bermain dengan pisaunya, lalu dilanjut membantu Zhiva beres-beres pindah ke rumahnya.
Tadi Altas sempat menolak, namun Zhiva berhasil membujuk pria itu. Entah sihir apa yang telah Zhiva keluarkan, sampai membuat Altas selalu menuruti keinginan perempuan itu.
Tok
Tok
Tok
"Siapa?"
"Ini gue, kakak lo yang udah cantik sejak masih jadi embrio."
"Buka aja"
Ceklek
Batang hidung Rora mulai terlihat, namun wajahnya benar-benar ditekuk. Ditutupnya pintu kamar Aster, lalu menatap Aster dengan sendu.