61 - She Woke Up

59K 6.4K 1.3K
                                    

SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA BAGI YANG MENJALANKAN🙏

SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA BAGI YANG MENJALANKAN🙏

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Terkadang hanya dengan sikap, kita bisa bercerita tentang  yang tengah kita rasakan. Sama halnya dengan Aster, yang sedaritadi hanya diam menatap kosong depannya. Matanya sembab, memerah karna lelah menangis.

Entah sudah berapa jam ia menangis tanpa bersuara, rasanya ia tidak akan bisa tenang sebelum Zhiva dinyatakan baik-baik saja.

"Pulang, biar bunda sama daddy yang jaga Zhiva di sini." Acha menepuk pundak Aster lembut, ia tidak tega melihatnya anaknya yang sama sekali tak tersenyum.

Kepala Aster menggeleng lemah, bagaimana mungkin ia akan meninggalkan Zhiva sendirian disini? Sedangkan sampai sekarang perempuan itu masih terbaring lemah tanpa mau membuka matanya.

Aster berkata lirih, "Nggak mau bunda."

"Pulang, bersihkan dirimu. Besok kamu harus sekolah, percaya kan sama bunda? Zhiva pasti baik-baik aja." hancur sudah pertahanan Aster, ia menghambur ke pelukan sang bunda.

Altas mendekat, mengelus punggung sang anak menyalurkan kekuatan. Ia sendiri juga pernah berada di posisi Aster, melihat sang kekasih berjuang antara hidup dan mati. Bisa ia dengar, isak tangis Aster meski tak keras.

"Pulanglah, ajak Rora pulang juga." bisiknya. "Tap—"

"Jangan khawatir tentang Zhiva, daddy akan pastikan dia baik-baik saja. Besok saat kamu pulang sekolah, Zhiva pasti sudah bangun." potong Altas bermaksud membuat Aster tidak semakin terpuruk.

Semoga saja dugaannya benar, ketidaksadaran Zhiva hanyalah efek samping kemoterapi. Bukan karna hal serius, yang akan semakin mempersingkat masa hidupnya. Tolong katakan, itu tidak akan terjadi.

"Rora biar sama gue aja." Tanzil ikut bersuara, ia tidak bisa membiarkan Aster membawa Rora dalam keadaan kacau. Bisa bahaya, lelaki itu bisa saja tidak fokus dalam menyetir.

Altas setuju, "Lebih baik kalian pulang menggunakan mobil saya, bertiga. Dan Tanzil menginaplah temani Aster."

Tidak ada bantahan,  semuanya setuju. Kini tinggalah Acha dan Altas. Berdua menunggu hasil pemeriksaan Zhiva, Acha tak berhenti berdoa dalam hati. Sembuhkanlah malaikat tanpa sayap itu, jika tidak Acha tidak bisa membayangkan akan sehancur apa Aster.

"Al, apa gak sebaiknya kita bawa Zhiva ke Singapore? Bukannya di sana bagus dalam pengobatan kanker?" tanya wanita itu penuh harap. "Kita bicarakan pada Zhiva nanti, semoga saja gadis itu cepat sembuh."

Tak berselang lama pintu terbuka, menampilkan seorang pria paruh baya dengan baju khas dokternya. Sang dokter pribadi yang sudah Aster patenkan untuk menangani Zhiva, Dr. Wibowo.

ASTERLIO [SELESAI]Where stories live. Discover now