28 - Tontonan Seru

66.7K 6.9K 172
                                    

Harus vote dan coment!

Pokoknya harus!

***

Aster menundukkan kepalanya, membuat wajahnya hanya berjarak kisaran lima centi dengan wajah Zhiva, "Doain."

Zhiva terseyum tulus ke arah Aster, mata mereka bertemu. Saling melayangkan pandangan satu sama lain, telapak tangan Aster mengelus pelan pipi Zhiva.

"Aku pasti doain." ucap Zhiva tulus.

"Yakin? Gak akan ada cowok lain?"

"Gak ada sayang."

Aster kembali menunduk, membuat tubuh Zhiva menegang kala bibir Aster berjarak sangat dekat dengan bibirnya. Tangan Zhiva mencegah bibir Aster saat hendak menyentuh bibirnya, membuat bibir Aster terukir membentuk senyuman.

"Aku suka."

"Suka apa?" tanya Zhiva bingung.

"Karna kamu nolak, itu tandanya kamu nggak akan kasih sembarang first kiss kamu. Dan artinya itu akan aku ambil setelah kita terikat janji suci."

"Apaan si." ucap Zhiva malu.

Pipi Zhiva memerah, sungguh perkataan Aster itu sangat berefek untuknya. Apalagi senyum Aster belum pudar sedaritadi, selalu memesona untuknya.

Zhiva ingin sekali menanyakan sesuatu pada Aster, dan ya mungkin inilah waktu yang paling tepat. Tidak ada orang selain mereka, Aster juga sepertinya sudah tidak emosi lagi.

"Aster."

"Hm."

"Aku pengen pindah ke rumah mamah."

Dahi Aster mengernyit, "Kenapa?"

Zhiva bangkit, menyandarkan tubuhnya di sofa. "Gapapa, rumah itu nggak ada yang nempatin."

"Secepat ini?"

Kepala Zhiva mengagguk, sebenarnya bukan itu alasannya. Melainkan karna supaya dia lebih bebas pergi dengan Razi, ya karna ia akan terus bersama laki-laki itu. Untuk ke rumah sakit mengecek kesehatannya, ya dia harus berjuang melawan penyakitnya.

Jika ia di apartemen lebih lama, pasti Aster akan curiga karna kesehatan tubuhnya yang semakin bertambah hari semakin menurun.

"Gimana? Boleh kan?"

"Boleh, nanti aku bantu kamu beres-beres. Ziter mau dibawa? Atau mau ditaruh di rumahku?" tanya Aster beruntun.

"Ziter sama akulah,"

💨💨💨

Pulang sekolah Aster sudah berjalan nerdamoingan dengan Zhiva, mereka hendak pulang dan bersiap untuk pindahan Zhiva ke rumahnya.

Sebenarnya ada perasaan khawatir, tapi Aster tidak bisa melarang keputusan Zhiva. Yang terpenting setiap hari harus dia yang mengantar jemput perempuan itu sekolah.

"Kita ke rumah aku dulu ya?"

"Boleh."

"Nanti kamu ngomong sendiri sama daddy, kalo aku yang bilang nanti dia nggak percaya."

ASTERLIO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang