52 - Tanzil marah?

56.1K 5.9K 792
                                    

Gengs, vote comentnya jangan lupa 😭😭

Gengs, vote comentnya jangan lupa 😭😭

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Bang Aster, Kak Zhiva sa—"

Ucapan Ciko terhenti, mulutnya berhasil di bungkam oleh Fadli. Laki-laki itu menampakkan deretan giginya, kemudian menarik bocah bernama Ciko itu keluar ruangan.

"Bang Fadli,  apaan sih?!" ketus Ciko dengan wajah cemberutnya.

"Mau ngomong apa lo tadi?!" todong Fadli seraya mendorong bahu Ciko ke tembok.

Ciko meneguk ludahnya sendiri, "Cik—"

"Jangan Cik, gue mohon jangan."

Ciko terdiam mematung, dia hanya ingin mengatakan kebenaran ini pada Aster. Tapi nyalinya menciut, tidak pernah Fadli se-serius ini marah pada dirinya. "Kenapa Bang?"

"Lo gak mau keadaan Aster semakin bertambah parahkan?" kepala Ciko menggeleng lemah, "Yaudah diem aja, ada waktunya Aster tau tapi bukan sekarang."

"I—iya bang, maaf. Tapi jangan melotot kayak gitu." lirih Ciko.

Fadli berdehem, "Kenapa? Lo takut?" ledeknya.

"Bukan bang, tapi Ciko takut nanti mata Bang Fadli keluar dari tempatnya. Kan serem."

Wah ini anak pengen Fadli mutilasi ya? Kenapa kalo ngomong suka banget bikin orang emosi sih. Tanpa bicara lagi Fadli menarik kepala Ciko, menaruhnya dibawah ketiak. Memasuki ruangan Aster bersama, menyunggingkan senyum termanisnya.

"Kalian kenapa?" tanya Zhiva bingung.

"Gak papa Va, ini bocah satu pengen gue mutilasi." jawab Fadli disertai dengan tawa palsunya.

Zhiva tertawa kaku, berbeda dengan Aster yang hanya diam tanpa ekspresi. Bukannya dia tidak suka dijenguk, hanya saja dia masih ingin berduaan dengan Zhiva. Apalagi hari ini harus sudah kembali ke luar negri, nyesek hati abang neng harus ldr lagi.

"Gue lepasin lo kali ini." ucap Fadli melepaskan Ciko.

Ciko berjalan mendekat ke arah Zhiva, langsung menangkup wajah perempuan itu dengan kedua tangannya. Aster yang melihat itu segera menepis kasar tangan Ciko, tolong kondisikan tangannya.

"Hehe maaf Bang," cicit Ciko menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Pulang lo berdua!" usir Aster dingin.

***

"Tanzil, sini bentar." Rora melambaikan tangannya dengan senyum.

Tanzil menghela napas panjang, sudah berjam-jam dia dan Rora berada di dalam mall. Tanzil tidak berbohong, dia berada disini benar-benar sudah berjam-jam.

ASTERLIO [SELESAI]Where stories live. Discover now