Extra Part

3.3K 140 3
                                    


"Ini punya Adik."

"Punya Abang."

"Punya Adik."

"Abang."

"Adik."

"Abang."

Feisya, gadis berusia 11 tahun itu menghela napasnya kala melihat kedua adiknya, Cassy dan Baskara bertengkar berebut mainan. Hal ini sudah lumrah terjadi dan Feisya sebagai kakak tertua mereka selalu jadi penengah.

"Adik-adiknya Kak Fei, coba sini duduk samping Kakak," ujar Feisya mengintruksikan agar kedua adiknya itu duduk di sampingnya. 

Baskara dan Cassy menurut, meksipun keduanya sama-sama berjalan dengan kaki dihentakkan dan wajah cemberut.

"Kakak Fei, ini punya Abang," adu Baskara setelah dirinya mendaratkan bokongnya di sofa samping kakaknya.

"Tapi Adik mau minjam, Kak," ujar Cassy, si bungsu yang tidak mau kalah.

"Tapi kan Abang lagi mainin, Kak."

"Tapi Adik mau, Kak."

"Tapi Abang enggak."

"Tap—"

"Stop ya, Sayang," ujar Feisya melerai, sebisa mungkin suaranya tidak membentak, Feisya tidak mau jika kedua adiknya tersinggung atas bentakannya, "Kakak selalu bilang sama kalian kalau kalian harus apa?"

"Kompak dan harus saling minjemin barangnya kalau adik atau kakaknya mau minjem," jawab keduanya kompak, seakan-akan itu memang sudah di luar kepala mereka.

Feisya tersenyum kemudian mengelus rambut kedua adiknya. "Jadi, sekarang Abang harus apa?"

"Abang pinjemin mainan Abang buat Adik," jawab Baskara seraya menyodorkan Lego miliknya pada sang adik, Cassy. Cassy yang senang itu lantas berdiri kemudian menghampiri Baskara dan memeluknya erat.

"Makasih Abang," ujarnya.

"Sama-sama."

"Yaudah main lagi ya, Kakak mau ke dapur."

"Aye-aye captain."

"Kak."

Baru saja ingin bangkit dari duduknya, tetapi hal itu dia urungkan dan menoleh pada kedua adiknya yang kini tengah membentuk love finger ke arahnya.

"Abang sama Adik sayang Kakak, maafin ya kalau kita ngerepotin," ujar keduanya kompak.

Feisya mengangguk dan menghampiri kedua adiknya lalu memeluk adiknya itu. "Kakak maafin, Sayang. Kakak juga sayang sama kalian jangan berantem ya."

"Iya, Kak. Abang sama Adik janji enggak rebutan lagi."

"Oke, anak pintar, Kakak ke dapur dulu ya."

"Kakak hati-hati, jangan sampai kena minyak kayak ayah."

Feisya tersenyum kecil mengingat kejadian ayahnya, Devon yang menggoreng ikan dan berakhir terciprat minyak panas karena ikannya dilemparkan saat dimasukkan ke wajahnya.

Sesaat kemudian Feisya sadar jika bundanya ada di dapur sendirian karena art mereka sedang pergi ke warung, Feisya lantas bergegas menuju dapur. Dia ingin membantu bundanya memasak, dia tidak tega jika bundanya memasak sendirian, padahal bundanya baru pulang dari salon peninggalan kakek dan nenek Feisya alias mommy dan daddy Anya.

"Lho, Kakak," ujar Anya saat melihat keberadaan sang anak pertamanya.

Feisya tersenyum tipis, meskipun wajahnya nampak lelah. "Kakak bantuin ya, Bun?"

Pasutri Player [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang