[31] Adik Bayi Mau Batagor

2.6K 160 2
                                    


Ujian ada pada kita hanya karena dua alasan, pertama kita pantas menerimanya dan kedua Tuhan percaya jika kita mampu melewatinya karena pada dasarnya Tuhan tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hamba-Nya.

[ [31] Adik Bayi Mau Batagor ]

*****


Sudah satu Minggu berlalu Anya dipisahkan dengan suaminya, Devon. Sudah satu Minggu pula dirinya merasa terkekang dan banyak diatur. Contohnya saat ini, dia harus selalu ditemani bodyguard untuk pergi ke salah satu salon milik orangtuanya. Kata Rosetta, wajah Anya itu menjadi kusam, rambutnya lepek dan kuku-kukunya sudah tak seindah dulu lagi. Tentu Rosetta menyalahkan Devon dengan dalih bahwa pria itu tidak bisa membiayai perawatan Anya padahal jika dipikir-pikir uang restoran cukup untuk perawatan, tetapi justru Anya yang malas untuk perawatan. Entah kenapa, tetapi dia berpikir bahwa lebih baik uangnya ditabung saja.

"Pokoknya kamu harus rajin perawatan. Enggak bagus cewek gak pandai menjaga penampilan, Anya, meskipun kamu lagi hamil, tapi kamu tetap harus perawatan. Sebentar lagi kamu sidang skripsi terus wisuda, masa wajahnya kusam."

Anya hanya diam seraya memejamkan matanya, menikmatinya pijatan Rosetta di kepalanya.

"Anya, denger Mommy kan?"

"Denger, Momm. Akhir-akhir ini aku emang malas rawat diri. Sekedar mandi sama bedakan aja males," ujar Anya jujur. Belakangan ini dia memang merasakan hawa-hawa aneh, misalnya malas mandi, malas bedakan. Biasanya dia memang malas, tetapi malas perawat di salon, jika urusan mandi dan bedakan di rumah Anya selalu rutin dia lakukan saat dia bersama Devon.

Rosetta tersenyum penuh arti. "Kayaknya anak kamu cowok deh."

"Kok bisa?"

"Kata orangtua dulu kalau ibu hamil kayak kamu, males merias dan merawat diri nanti anaknya bakal cowok dan begitupun sebaliknya."

"Oh ya?"

"Heem."

Anya tidak terlalu berharap lelaki atau perempuan yang dia harapkan ayah dari anak-anaknya adalah Devon dan tentu hal itu sudah tercapai.

"Mommy mau ngingetin kalau kamu jangan berani ketemu Devon diam-diam."

Sejenak Anya terdiam, baru saja dirinya dan sang Mommy berbicara santai tanpa melibatkan nama Devon, tetapi kini Rosetta kembali mengungkit nama itu.

"Listen to me okay!" sambung Rosetta.

"Iya, Mommy," tapi gak janji, lanjutnya dalam hati.

"Berani kamu ketemu dia, Mommy yang akan urus perceraian kalian dan maksa kamu yang jadi penggugatnya tanpa harus nungguin digugat Devon," ujar Rosetta sebelum akhirnya wanita paruh baya itu melenggang pergi entah kemana, mungkin mencari sesuatu untuk perawatan Anya kali ini.

Melihat Rosetta pergi, Anya lantas mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada Devon.

Anya: Aku mohon kamu segera selesaikan masalah ini ya, Dev? Aku capek di sini. Aku mau sama kamu :(

Bohong jika Anya katakan dia tidak tertekan, tetapi Anya selalu berusaha sabar dan tidak emosi karena bagaimanapun Rosetta dan Hans adalah orangtuanya.

Suami💛: Gue lagi nyari Tyas buat bukti kalau gue dijebak. Sabar ya, Sayang.

Sayang? Anya tidak salah lihat kan?

Pasutri Player [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang