[38] Aku Enggak Gila

1.9K 142 0
                                    

Terkadang orang yang paling bisa menyakiti kita adalah mereka yang paling dekat dengan kita.

[ [38] Aku Enggak Gila ]

*****

"Dev, dokter bilang apa?"

"Dokter bilang kamu boleh pulang sore ini."

Devon tidak berbohong mengenai kepulangan Anya karena dokter memang mengatakan seperti itu, tetapi hanya saja Devon tidak mengatakan perihal keguguran. Devon tidak tega melihat Anya semakin menderita. Dia ingin Anya bahagia. Terlebih perihal sidang skripsi, Anya harus lulus, dia tidak ingin hanya karena masalah ini impian Anya hancur.

"Bener?" Wajah Anya berseri.

Devon mengangguk. "Karena itu aku harus keluar sebentar."

Baru saja mengatakan akan keluar sebentar, wajah Anya kembali muram. Ternyata kecemasan yang Anya rasakan kala ini sangat tidak bisa diabaikan begitu saja.

Devon berjalan mendekati Anya kemudian pria itu mengusap kepala sang istri dengan lembut, berusaha menenangkan sang istri. "Anya, listen to me! Aku ninggalin kamu cuman sebentar. Cuman mau beli baju buat kita sekalian beli ponsel baru. Ponsel aku rusak waktu kecelakaan itu sebabnya aku susah ngehubungin siapa-siapa."

"Aku ikut."

"Enggak bisa, kondisi kamu gak memungkinkan."

"Tapi aku mau ikut. Aku takut sendiri. Aku takut dibawa sama mommy, daddy sama oma. Mereka jahat. Mereka paksa aku. Mereka bohongin aku."

"Aku jamin mereka enggak akan ke sini."

"Kamu bohong. Lusa kamu enggak jemput aku pulang, kamu ninggalin aku. Kamu biarin aku dibawa ke Bogor buat ketemu oma yang katanya sakit, padahal enggak."

Jika tidak ingat kondisi Anya kala ini, mungkin Devon akan dengan emosinya mengatakan pada Anya jika dia datang dan Anya yang meninggalkannya.

Akan tetapi, dia tidak tega dan akhirnya dia mengalah. "Iya, aku minta maaf ya? Untuk sekarang aku janji, Nya. Di sini kita cuman berdua. Kalau bukan aku yang gerak, siapa lagi."

"Tapi tangan kamu sakit, Devon."

Bahkan rasa sakit tangannya sangat Devon abaikan karena yang terpenting saat ini kondisi Anya dan janinnya. Devon sebagai suami akan selalu berusaha yang terbaik dan semampunya.

"Aku bisa, tangan kanan ku masih bisa gerak," ujar Devon seraya menggerakkan tangannya di puncak kepala Anya.

"Tapi jangan lama."

"Iya."

"Janji?"

"Iya, janji."

***

Plak!!!

Sebuah tamparan maut Lylyana melayang tepat di pipi kanan Angga. Membuat Angga meringis kesakitan dan memegangi pipinya yang tertampar. Panas dan perih. Dua kata yang sangat cocok untuk mendeskripsikan kondisi pipinya saat ini.

"Pria berengsek!" maki Lylyana, "saya memerintahkan kamu untuk menjaga cucu kesayangan saya bukan menodainya!"

Deg.

Pasutri Player [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang