[36] Anda Salah Memilih Lawan

1.7K 128 4
                                    

Terkadang orang yang kita anggap lemah, justru orang itulah yang paling tahu segalanya.

[ [36] Anda Salah Memilih Lawan ]

*****


Seorang pria yang terbaring lemah di kasur rumah sakit itu mengerjakan matanya, berusaha menyesuaikan penglihatannya yang terasa sangat silau seperti baru kali ini merasakan silaunya lampu, maklum dirinya baru sadar.

Sesaat setelah matanya terbuka sempurna, pria itu berusaha menggerakkan badannya dan rasanya sangat sakit terlebih di bagian tangan. Bersamaan dengan itu, pria itu ingat jika dirinya baru saja mengalami kecelakaan dan itu dia lakukan saat dia tahu jika istrinya sedang dalam bahaya.

"Anya!" jeritnya kala dia ingat jika Anyalah istrinya dan dia adalah Devon. Dia ingat semuanya, mulai dari dia yang terburu-buru memakai motor padahal dia tahu dirinya sedang emosi dan motor yang dia bawa sudah lama tidak dia gunakan. Akan tetapi, dia ingat jika yang menabrak adalah sebuah mobil, bukan dirinya yang menabrak.

"Anya, kamu dimana?!"

Devon terus menjerit memanggil nama sang istri yang tak kunjung menampakkan diri. Sampai akhirnya Tyas lah yang muncul dari balik pintu bersama seorang pria berjas putih khas dokter.

"Tyas, Anya dimana?" tanya Devon lirih. Dia takut jika dia tidak bisa menyelamatkan Anya dan anaknya pasti Anya akan kecewa padanya dan dia akan merasa gagal menjadi seorang suami.

"Anya aman sama gue, Dev. Lo jangan khawatir ya."

"Gue mau ketemu dia!"

"Tapi lo baru aja sadar, Dev. Tangan lo digips. Lo istirahat aja ya."

"Enggak, Yas!" bantah Devon, "gue harus ketemu Anya, dia butuh gue, gue butuh dia. Gue gak peduli keadaan gue sekarang karena gue mau sama Anya. Yang sakit tangan gue bukan kaki, jadi gue bisa jalan."

Sebenarnya Tyas tidak melarang Devon bertemu Anya, tetapi mengingat kondisi Anya yang belum sadar sampai sekarang bahkan katanya janin Anya melemah. Tyas, tidak siap melihat Devon yang bersedih karena itu terlebih kondisi Devon belum pulih total.

"Kenapa lo diem? Anya dimana? Gu...gue gak telat kan selamatin dia? Anya enggak kenapa-napa, kan?"

Tyas semakin terpaku di tempatnya, dia merasakan lidahnya sulit untuk digerakkan bahkan rasanya dia sulit untuk bernapas. Sedangkan, pria kemarin yang menolongnya yang ternyata bernama Rayhan itu hanya bisa diam menyaksikan hal ini. Rayhan paham apa yang Tyas rasakan, ini sangat sulit.

"JAWAB GUE TYAS!"

"Anya pingsan karena obat tidur. Kondisinya enggak baik-baik aja, Dev. Dia masih enggak sadarkan diri terlebih janinnya melemah, dia banyak pikiran."

Menyerah, Tyas menyerah, dia tidak bisa menyembunyikan hal ini, dia tahu resikonya, tetapi itu lebih baik daripada Devon terus terpikirkan tentang kondisi Anya.

***

Di sinilah Devon, duduk di sebuah kursi yang berada di samping ranjang sang istri. Tangannya yang terbebas dari gips, dia gunakan untuk menggenggam tangan Anya yang terasa kurusan bahkan sejak pertama kali Devon melihat Anya, dia merasa jika Anya kurusan dan dia yakin ini semua pasti karena Anya yang merasa tersiksa terpisahkan dengannya.

Pasutri Player [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang