[23] List Keinginan Anya

2.5K 160 27
                                    


Bagaimanapun kondisi istri mu, dia tetaplah istri mu yang akan menjadi tempatmu pulang dan satu-satunya orang yang rela meninggalkan segalanya demi kamu, maka dari itu hargai dan sayangi dia karena kamu tak akan pernah tahu sampai kapan kalian akan bersama.

[ [23] List Keinginan Anya ]

*****

"Cieee yang bikin snap sama doi."

Devon yang merasa tersindir pun lantas melempar bantal ke arah Zemi yang baru saja mengeluarkan kata-kata sindirannya dan soal snap Devon akui dirinya memang memposting fotonya dan Anya di bianglala waktu itu dan itu pun hanya iseng saja karena bagi Devon fotonya sangat bagus, dirinya dan Anya hanya terlihat siluetnya saja karena mereka membelakangi matahari.

"Bagus, Dev, seneng gue liatnya, akhirnya akur." Meskipun sudah kena lemparan bantal, tetap saja Zemi tidak mau berhenti menggoda Devon.

"Terserah, terserah," ujar Devon acuh kemudian sibuk membaca buku catatannya selama dia kuliah.

Mereka—Devon, Zemi, Agasa—sedang berkumpul di apartemen Zemi, mereka berkumpul untuk belajar bersama, mempersiapkan diri untuk UAS yang tinggal dua hari lagi sedangkan Naka belajar bersama dengan Bianca karena memang mereka satu jurusan dan Diana, mama muda satu ini belajar mandiri karena diantara mereka hanya Diana yang mengambil jurusan desainer.

"Lagian apa salahnya pamer foto istri," ucap Agasa akhirnya buka suara setelah tadi pria itu sibuk memikirkan masalah lain dan juga berusaha fokus pada buku catatannya.

"Mampus!" semprot Devon puas, "halalin tuh si Bianca bukannya pacaran mulu."

"Ya gimana gue lah, gue sama Bianca gak mau nikah muda, fokus karir."

"Enakan nikah muda, bisa fokus karir sekalian menikmati masa nikah muda."

"Cieee enak cieee," ledek Zemi membuat Devon tersadar atas apa yang dia ucapkan padahal dia hanya asal ucap saja, tidak ada niatan dan kaitannya dengan pernikahannya yang terasa flat. 

"Ya gak gitu, maksudnya ya gitulah bangga aja udah punya status sah di mata hukum juga agama," ralat Devon.

Alih-alih berhenti menggoda justru Zemi tersenyum jahil dan berkata, "Secara gak langsung lo bilang bangga punya Anya."

"Enggak tuh," bantah Devon cepat.

"Alah alasan, lo mah lain di hati, lain di mulut. Iya gak, Gas?"

Baik Zemi maupun Devon refleks menoleh pada Agasa yang seharusnya menjawab atau menatap mereka berdua karena pembicaraan ini, tetapi justru Agasa menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.

Melihat hal itu sontak baik Devon maupun Zemi lantas mendekati papa muda yang satu ini.

"Lo kenapa?" tanya Zemi seraya menepuk pundak Agasa membuat pria itu lantas tersentak dari lamunannya.

Agasa melirik kedua sahabatnya yang memperlihatkan raut khawatirnya. "Diana mau ke Paris."

"Apa?!" pekik keduanya kompak.

"Lo gak salah ngomong kan?" tanya Devon memastikan.

"Paris? Perancis? Mau ngapain?" Zemi melayangkan pertanyaan bertubi-tubi.

"Dia mau sekolah fashion di sana, dia nyoba-nyoba daftar beasiswa dan alhamdulillahnya diterima," jawab Agasa seadanya.

"Terus lo sama Evan?"

Pasutri Player [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang