[37] Masalah Kembali Menghampiri

1.7K 130 1
                                    

Katanya, saat masalah tiba, saat itu juga keimanan kita sedang diuji oleh pemilik alam semesta.

Jika kita bisa melewatinya, maka kita termasuk hamba-nya yang beruntung.

Jika sebaliknya, maka kita adalah hamba-Nya yang merugi.

[ [37] Masalah Kemabli Menghampiri ]

*****


Ma, Pa, De, Devon pulang ya.
Dev bawa motor Dev yang hitam, si Jalu. Dev kangen aja bawa dia jalan-jalan.
Maaf gak pamit langsung ya, Dev buru-buru. Dev harus ke kampus pagi banget dan ada sesuatu yang perlu Dev bawa dan sesuatu itu ada di rumah Dev sama Anya.

With love,

Devon Mahesa Si Cakep Tiada Tara.

Begitulah note yang Devon tinggalkan di kediaman kedua orangtuanya malam tadi. Devon tidak jujur perihal tujuannya karena dia yakin sang mama pasti akan melarangnya. Setelah kejadian Rosetta yang menghina keluarganya, Deva memang mewanti-wanti Devon agar tidak mengejar lagi Anya. Biarkan mau mereka apa.

Akan tetapi, nyatanya Devon tidak bisa.

Pikirannya selalu terpenuhi oleh Anya, terlebih saat tadi dia melihat betapa kacaunya Anya dan dokter mengatakan jika Anya memiliki rasa cemas berlebihan, dan itu merupakan salah satu penyakit psikis yang tidak bisa kita sepelekan.

"Dev."

Suara Tyas yang memanggil namanya membuat Devon lantas menghentikan lamunannya dan berbalik badan menatap gadis yang pernah menjadi mantan kekasihnya dulu.

"Kenapa?" tanya Devon.

"Waktunya sarapan, lo harus makan."

Devon sampai lupa sarapan karena sangking gembiranya kala tadi dia bisa menyuapi Anya sarapan sampai akhirnya sekarang Anya tertidur karena kelelahan dan mungkin efek obat.

"Gue enggak nafsu."

Selain lupa, tetapi nafsu makannya hilang.

"Lo lagi sakit. Lo belum sembuh. Kalau lo sakit, terus siapa yang bakalan urus Anya? Terus emang lo sanggup lihat si Anya sedih gara-gara lihat lo yang kayak gini, kacau, enggak sehat dan tangan digips."

"Hidup gue berat, Yas. Kacau. Rasanya pengen balik ke masa SMA. Gue happy bisa gandeng cewek yang beda dalam satu hari tanpa harus mikirin perasaan siapapun. Gue juga bebas nongkrong sama sahabat-sahabat gue tanpa harus mikirin apa-apa. Gue beb—"

"Dev," sela Tyas, "gue tahu ini berat dan ini juga salah gue. Gue minta maaf, tapi yang pasti sebanyak apapun lo berandai untuk mengulang masa indah lo itu, bakalan percuma, Dev. Waktu gak bisa diulang. Tugas kita sekarang bersyukur. Baik atau enggaknya takdir kita sekarang menurut kita, tapi yang pasti ini terbaik buat kita dari Allah."

"Sejak kapan lo bijak?"

Tyas menggelengkan kepalanya. Memang tidak ada pertanyaan lain, ya? Memang tidak ada tanggapan lain, ya? Mau sakit, mau sehat, Devon sama saja, menyebalkan.

"Bercanda," sambung Devon saat dia peka akan perubahan raut wajah Tyas kemudian pria itu merebut jatah sarapannya dari tangan Tyas, "gue mau sarapan, biar sembuh. Biar gue bisa jagain Anya."

Pasutri Player [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang