[26] Jadi Cewek Gue!

2.4K 147 13
                                    

Lo sepuluh, gue sebelas.
Lo selingkuh, gue balas.

[ [26] Jadi Cewek Gue! ]

*****

+62967844560001: Gue Tyas, nomor baru gue, sorry baru ngubungin lo karena gue baru ada ponsel lagi.

+62967844560001: Thanks buat kemarin. Kalau gak ada lo, gue gak tahu bakalan gimana. Untuk itu, gue ada penawaran buat lo, mantan paling cakep gue 😉

+62967844560001: Penawarannya simple, sebagai tanda terima kasih gue, gue turutin apa mau lo, berapapun dan apapun.

+62967844560001: Ya meskipun lo gak jadi nginep, tapi setidaknya lo nemenin gue sampai tidur.

Devon hanya membaca pesan dari Tyas dan itu pun hanya di layar notifikasi tidak membukanya di room chat, alasannya satu, dia malas.

Semalam dia memang menolong Tyas, tapi semua itu dia lakukan murni tanpa ada niatan apapun, dia ikhlas.

Satu hal lagi, semalam dia tidak menginap karena entah kenapa dia hanya ingin menghargai Anya.

Bicara soal Anya, jujur Devon kecewa. Untuk kedua kalinya dia tersakiti dan inilah yang yang paling Devon takutkan sejak awal, kembali dikhianati.

Devon mengacak rambutnya frustasi kemudian pria dengan wajah tampan yang banyak diidolakan itu lantas berdiri dan bersiap untuk segera membersihkan diri.

Soal tempat, sekarang dia berada di restoran miliknya. Restoran ini memilki ruangan yang khusus, jika dulu ini adalah ruangan mamanya, maka sekarang ini adalah ruangannya.

"Untung semalem gue kepikiran tempat ini. Kalau engga, gue bakalan bisa ngelakuin hal kelewat batas."

***

"Kak, gue mau jujur."

Angga menatap Anya yang kini berdiri di depannya. Wajah perempuan itu tidak baik-baik saja. Matanya sembab bahkan hidungnya merah. Angga yakin, pasti Anya menangis.

"Jujur? Jujur soal apa?" Angga balik bertanya, dia bingung.

"Sebenernya gu...."

"ANYA DIPANGGIL SAMA PAK HERU!"

Anya mendesah kecewa. Dia sudah menyiapkan mentalnya sedari kemarin untuk mengatakan ini pada Angga, tetapi baru saja dia ingin mengatakan semuanya Via, teman sekampusnya datang, memotong ucapannya.

"Ngomong sama gue mah bisa nanti aja. Mending sekarang lo samperin pak Heru. Skripsi lo lebih penting sekarang. Satu hal lagi, apapun yang buat lo sedih sampai nangis kayak gini, gue harap lo lupain sejenak. Waktu lo terlalu berharga buat mikirin hal itu, Nya. Pikirin bayi lo, dia ikutan sedih kalau lo sedih."

"Andai semudah itu, Kak."

Anya tersenyum tipis. "Gue duluan," ujar Anya dan tanpa menunggu jawaban Angga, Anya langsung bergegas menuju ruangan pak Heru, dosen pembimbingnya selama dia menyusun skripsinya.

"Lo kenapa sih? Lo abis nangis, ya?"

Anya menoleh ke samping dan mendapati Via yang kini sudah berjalan di sampingnya.

Pasutri Player [ Complete ]Where stories live. Discover now