[10] Sakitnya Hati Seorang Istri

3.3K 216 57
                                    

Ku kira kau sudah menerima semuanya, tapi nyatanya itu hanya sekedar haluku saja.

[ [10] Sakitnya Hati Seorang Istri ]

*****

"Dev, aku seneng banget!"

Sejak Anya masuk ke mobil, Devon memang menyadari bahwa istrinya itu tengah berbahagia, tetapi apa alasannya itu yang tidak Devon ketahui karena Anya belum menceritakan apapun selain mengatakan bahwa dirinya bahagia.

"Kenapa?" tanya Devon akhirnya, dia sudah berjanji akan memperbaiki semuanya, dia akan perlahan belajar menghapuskan rasa bencinya pada Anya, perlahan bukan berarti dia sudah tak membenci Anya.

"Skripsi aku lulus ke bab tiga dong tanpa revisi!" jawab Anya antusias. "Seneng gak sih, Dev? Sumpah aku seneng banget. Rasanya pengen teriak."

Devon tersenyum tipis, sangat tipis. "Gue ikut seneng."

Anya mengembangkan senyumnya kemudian dia mengubah posisi duduknya agak menyamping agar leluasa menatap wajah sang suami.

"Beneran kamu ikut seneng?"

Devon mengangguk.

"Kalau aku ... minta hadiah boleh?" Anya tampak ragu-ragu, tapi dia pengin.

"Hadiah? Apaan?" tanya Devon yang masih enggan menoleh pada Anya karena dia fokus pada jalanan.

"Pengen peluk," jawab Anya pelan, amat pelan.

Devon terdiam sejenak. Peluk ya? Devon kira Anya akan meminta diajak jalan-jalan atau makan malam, tetapi nyatanya tidak.

"Boleh ya?" Anya mengatupkan kedua tangannya.

Devon menoleh ke arah Anya, dia bisa melihat betapa berharap Anya akan pelukan dirinya. Matanya menatap Devon penuh harap. Devon pernah melihat ekspresi ini saat dirinya dan Anya masih berpacaran dan kala itu Anya meminta agar Devon mengizinkan Anya untuk ikut camping, padahal Devon tahu Anya tidak terbiasa dengan kegiatan itu.

"Gak boleh ya?" Kini raut wajah Anya berubah muram. "Gak papa deh," ujarnya lagi pasrah.

Devon menghembuskan napasnya. "Yaudah iya, tapi nanti di rumah."

Sontak jawaban itu membuat Anya senang bukan main. Sungguh, baru kali ini dia merasakan kebahagian yang sebahagia ini.

"Devon manis juga ya?" batinnya terkekeh geli melihat wajah Devon yang terlihat pasrah, tetapi tidak ada unsur terpaksa.

***

Devon baru saja keluar kamar mandi. Dia baru selesai mandi sore dan Anya sedang sibuk di dapur. Katanya gadis itu ingin membuat brownies untuk rasa syukurnya atas keberhasilan skripsinya dan nanti brownies itu akan dibagikan pada sahabat Devon dan juga Anya. Devon setuju perihal itu karena bagi Devon untuk saat ini asal Anya bahagia karena dia tidak ingin merusak kebahagiaan Anya atas keberhasilan skripsinya.

Pasutri Player [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang