[4] Mama Deva Berulah

2.7K 214 53
                                    

Ibu adalah cinta pertama bagi anak lelakinya maka dari itu tidak ada anak lelaki yang tega menolak keinginan wanita hebat yang telah melahirkannya itu.

[ [4] Mama Deva Berulah ]

*****

Tiga setengah tahun lalu ....

Kala itu tanggal dua bulan Juni yang bertepatan dengan hari ulang tahun Devon yang ke tujuh belas tahun atau orang menyebutnya dengan sweet seventeen.

Devon yang kala itu menunggu sang kekasih, Anya datang ke acara sweet seventeennya mendapatkan sebuah pesan yang menampilkan foto Anya bersama dengan pria lain di sebuah taman yang Devon kenali taman kompleks dirinya tinggal dan itu artinya Anya menuju ke rumahnya, acara sweet seventeen itu diadakan.

Tak ingin lagi menunggu lebih lama akhirnya Devon memilih berlari menuju taman kompleksnya memastikan jika apa yang dia lihat di ponsel itu memang benar adanya.

Selang lima menit akhirnya Devon sampai dan benar dia mendapati Anya bersama seorang pria yang entah siapa, Devon tidak mengenal pria itu—tengah berpelukan. Hah, pelukan. Mereka saja jarang melakukan hal itu. Sakit hatinya, sangat sakit. Mengapa bisa dia dikhianati di acara spesialnya ini.

Mungkin Devon ingin sekali menghampiri Anya dan menarik gadis itu menjauh dari pelukan pria itu, tapi dia memilih pergi dan mengirim pesan kepada Anya.

Devon: Selamat menempuh hidup baru, Nya. Makasih buat kado di sweet seventeen aku.

Setelah pesan itu terkirim tak pernah Anya baca sampai dua hari terhitung lamanya bahkan Anya tak datang di acara sweet seventeennya membuat Devon semakin menguatkan tekadnya untuk menghampiri Anya ke sekolahnya yang memang agak jauh dari SMA Putih Abu—sekolah Devon.

Saat sampai di depan Anya, Devon lantas langsung mengucap kata putus seraya memberikan sebuah foto yang tak lain adalah foto Anya berpelukan dengan pria itu.

Belum sempat Anya buka suara, Devon langsung pergi begitu saja membawa luka yang entah kapan sembuhnya.

"Makasih udah jadi cinta sekaligus luka pertamaku, Nya."

***

"APA KURANG ANYA, DEV?! APA?!" tanya Deva berteriak pada sang anak yang kini hanya bisa menunduk lesu.

Ternyata Anya tak main-main dengan ucapannya, Anya memang benar mengatakan pada kedua orang tuanya bahwa dirinya ingin membatalkan perjodohan ini yang membuat Devon tak berkutik di depan sang Mama yang murka padanya.

"Harusnya kamu bersyukur dapat dia, Dev! Dia cantik, dia baik, dia pintar mau masak ataupun akademik, dia bisa! Asal kamu tahu juga, dia lagi sibuk skripsi karena waktu SMA dia masuk kelas akselerasi! Dia juga rela luangkan waktu buat belajar masak karena dia sadar diri kalau kelak dia akan bersuami. Dia juga tahu kalau kamu dulu suka mainin hati perempuan, Dev, tapi dia menerima kamu apa adanya bahkan dia sendiri yang minta dijodohin sama kamu! Mama nerima dia karena Mama yakin, dia memang yang terbaik buat kamu!"

Devon tertegun mendengar fakta yang baru saja dia tahu terlebih perihal perjodohan ini yang ternyata adalah keinginan Anya sendiri.

Pasutri Player [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang