[12] First Kiss

3.6K 207 45
                                    


Terkadang hal yang paling kita hindari, justru hal itu juga yang akan menjadi hal terindah yang pernah kita miliki.

[ [12] First Kiss ]

*****


Plak!!!

"Anya!"

"Apa? Mau protes, hah?! Picik banget lo! Gue kira lo yang paling baik dan ngerti gue dibandingkan Tiara sama Yura, tapi nyatanya? Enggak! Lo munafik!"

Anya sudah mengetahui semuanya. Dia tahu jika Safina mengirim foto pada Devon empat tahun lalu dan itu adalah penyebab berakhirnya hubungan Anya dan Devon dan satu hal lagi Anya baru mengetahui ini semua.

"Gue ngelakuin itu karena lo, Nya!" sentak Safina tak kalah keras dari Anya, "lo harusnya mikir kalau Devon pantas dapat yang lebih dari lo!"

"Dia cintanya sama gue, Fin! Asal lo tahu. Dia patah hati sama gue dan itu karena lo yang udah ngirim foto gue sama kak Angga, 'kan?! Gue baru tahu ini, Fin. Munafik ya lo! Kalau aja gue gak ngintip ponselnya Devon mana mungkin gue tahu ini semua!"

Safina menghela napasnya. "Oke, gue salah. Gue minta maaf, tapi asal lo tahu lo juga salah kar—"

"Stop! Gue gak mau bahas itu dan gue harap lo jangan deket-deket sama gue, Fin. Gue kecewa sama lo."

Setelah itu, Anya berlalu dengan berlinang air mata. Antara sedih dan kecewa. Semua terasa menyesakkan jiwa. Sungguh, dia kira Safina adalah yang terbaik, tetapi nyatanya? Tidak, dia adalah orang jahat yang pernah Anya kenal dan sialnya orang jahat itu adalah sahabatnya.

"Kenapa sesakit ini? Hiks...."

***

"Udah gak usah nangis."

Devon sudah melarang Anya untuk menemui Safina karena Devon tahu pasti Anya akan berakhir seperti ini—menangis.

"Ta-tapi dia jahat hiks...."

"Iya gue tahu, Nya. Udah lupain lah. Gue janji sama lo bakalan ajak lo ke caffe yang nyokap gue kasih ke gue. Itu bakalan jadi sumber pencarian kita, Nya. Kita sama-sama anak bisnis, kita berjuang ya? Lupain semua masalah ini dan kita mulai dari awal."

Perlahan Anya menatap mata Devon, tidak ada keraguan atau kebohongan di sana dan Anya tahu jika kali ini Devon serius dan juga tulus.

Devon meletakkan kedua tangannya di kedua sisi pundak Anya dan matanya ia arahkan pada manik coklat miliknya. "Hidup dengan dendam itu, capek. Gue mau damai aja, Nya dan gue mau kita mulai dari awal lagi. Kita perbaiki semuanya. Lo mau?"

Perlahan Anya menyunggingkan bibirnya hingga akhirnya senyum sempurna terpahat di wajah cantik miliknya. "Aku mau, Dev. Aku mau!" ucapnya antuasias.

Devon tersenyum sebelum akhirnya menarik Anya ke depannya, memeluk erat tubuh yang selama ini sangat dia rindukan mulai dari rengekan pemilik tubuh ini, manjanya, merajuknya dan semuanya. Ya, Devon merindukan Anya.

Pasutri Player [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang