[3] Batal Nikah

3.2K 255 47
                                    

Kita ini terlalu rumit untuk dijelaskan,
Digenggam sakit, dilepas sulit.

[ [3] Batal Nikah ]

*****

"Gimana bagus gak?"

Devon tertegun melihat Anya yang kini mengenakan kebaya putih lengkap dengan bawahannya. Entah kenapa Devon lebih menyukai Anya yang mengenakan kebaya daripada gaun yang sebelumnya telah Anya kenakan. Tubuh ideal Anya dan juga wajah cantik milik gadis itu terlihat sangat cocok dengan apa yang kini gadis itu kenakan.

"Dev...." ujar Anya membuat lamunan Devon buyar. "Gue nanya. Gak suka bukan?"

Sontak Devon menggeleng. "Bagus, cocok." Lo cantik banget, Nya. Andaikan rasa benci itu tiada mungkin Devon dengan senang hati mengakui kebenaran itu.

Anya mengangguk seraya tersenyum tipis. "Makasih ya, Dev. Gue tahu lo benci sama gue, tapi lo masih aja mau luangkan waktu buat gue. Itu hal yang gak pernah gue sangka sebelumnya, tapi nyatanya itu emang benar adanya."

"Gue kepaksa," ketus Devon, dia tak mau jika Anya salah paham akan sikapnya, nanti kepedean lagi.

Anya mengangguk paham. "Gue paham kok."

"Yaudah sana ganti!" titah Devon, dia sudah tak tahan melihat Anya mengenakan kebaya ini karena tak henti-hentinya sisi lain Devon memuji kecantikan gadis itu.

"Sebelum pulang nanti cari masjid buat salat ya? Terus nanti makan malam baru pulang biar tenang di perjalanan dan gak masuk angin."

Sial. Kenapa harus mengatakan kalimat itu? Kalimat yang selalu Anya ucapkan saat mereka masih bersama.

"Ternyata dia masih sama, tapi kenapa dulu dia mendua? Gue salah apa? Gue kurang apa? Tiga tahun ngejar dia dan satu tahun selalu berusaha jadi yang terbaik buat dia. Apa itu gak cukup? Masih kurang?" batin Devon bertanya.

***

"Lho, itu Agasa sama siapa?"

Devon menyipitkan matanya kala mata hitam miliknya menatap sesuai arahan telunjuk Anya yang mengarah ke salah satu pengunjung restoran ini dan benar sekali ada Agasa, Diana dan juga Evano di sana.

"Iya itu Agasa sama anak dan istrinya. Jangan diganggu mereka jarang banget bisa menghabiskan waktu bertiga kayak gitu," ujar Devon.

"Kenapa kayak gitu?" tanya Anya bingung. "Mereka kan satu rumah, Dev."

"Agasa sama Diana sama-sama sibuk kuliah. Mereka ketemu pas di rumah dan jarang banget buat keluar kayak gini."

Anya tersenyum tipis seraya menatap Devon yang masih sibuk menatap sahabatnya beserta istri dan anaknya itu. "Kamu tahu banget soal mereka, Dev."

Devon menghela napasnya kemudian berbalik menatap Anya yang kini sedang menatapnya. "Mereka sahabat gue terlebih Agasa. Kita masih punya grup berempat dan di grup itu kita suka saling cerita soal keseharian kita."

"Kalian makin kompak aja, gue kira setelah beres SMA kalian bakalan pisah."

Devon memutar bola matanya. "Udahlah, ngapain juga sih lo kepo. Katanya mau makan."

Pasutri Player [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang