[41] Anya Harus Bangkit

2.2K 135 1
                                    

Tanpa kita sadari, kala kita terpuruk banyak orang yang mengkhawatirkan kita. Itu sebabnya, kita harus bangkit karena keterpukanmu hari ini bukan akhir dari segalanya.

[ [41] Anya Harus Bangkit ]

*****

"Pelan-pelan."

"Jangan diem aja, gerakin dikit-dikit."

"Sakit."

"Namanya juga pertama kalinya."

"Gips sialan!"

"Enggak usah ngeluh, ini ulah lo sendiri."

"Tapi sakit, Bianca!"

"Gue tahu, tapi lo harus tetep sabar daripada harus terus-terusan bergantung sama gips."

"Iyalah terserah."

Agasa, Diana, Evano, Naka dan Zemi menjadi penonton atas perdebatan antara Devon dan Bianca.

Saat ini, Devon sedang diterapi oleh Bianca. Tentunya terapi ini Bianca lakukan atas arahan dokter. Mana mungkin Bianca tega melakukan terapi abal-abal, meskipun Devon memang menyebalkan, tetapi tetap saja Devon temannya dan Bianca menyayangi pria mantan playboy itu. Bianca sudah menganggap Devon seperti kakaknya.

"Dari dulu, kalian emang gitu ya."

"Gitu gimana?" Bianca menyahut, meksipun dirinya sibuk menggerakkan tangan Devon yang sudah tak lagi memakai gips.

"Hobinya debat mulu, tapi sekalinya Devon terluka pasti Bianca yang ngobatin," jawab Diana.

"Sampai gue sendiri sebagai pacarnya kadang iri," sambung Zemi.

"Harusnya gue nikahnya sama Bianca, ya, Zem." Devon menyahut berniat menggoda Zemi.

"Enggak!" bantah Zemi tegas bahkan kini pria itu berdiri di samping Bianca yang masih saja sibuk dengan tangan Devon, "Bianca mah jodoh gue," sambungnya lagi seraya merangkul Bianca posesif.

"Zem jangan ngeganggu." Alih-alih membela sang pacar justru Bianca lebih mementingkan terapi Devon.

Zemi yang mendapatkan perlakuan itu lantas memasang raut kesalnya bahkan kini pria itu menarik paksa tangan Bianca yang sedari tadi sibuk membantu Devon untuk melakukan terapi.

"Aku pacar kamu, Bi," ujar Zemi tepat di hadapan yang pacar yang kini menghadapnya.

Bianca tersenyum tipis. "Siapa juga yang bilang Devon pacar aku, Zem, tapi untuk saat ini aku lagi bantu Devon biar dia cepet sembuh."

"Aku sewain dokter ajalah, jangan kamu."

Devon, Naka dan Diana terkekeh geli mendengar Zemi yang kini dilanda cemburu sedangkan Agasa hanya memasang raut wajah datarnya persis seperti Evano, sang anak yang tidak mengerti apa-apa dan memilih anteng duduk di pangkuannya.

"Kalau enggak boleh enggak papa, Bi. Lagian gue udah bisa sendiri kok. Takut gue kalau sultan marah, apapun bisa dilakuin."

"Lo jangan ngeledek ya, Dev."

"Kagak, Zem. Sensi banget."

"Lagian gue gak suka pacar gue perhatian sama lo," ujar Zemi seraya memeluk Bianca erat bahkan Zemi tidak membiarkan Bianca untuk lepas dari dekapannya.

Pasutri Player [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang