[45] Assalammualikum Adik Bayi

2.1K 132 1
                                    

Menangisi mereka yang sudah tenang di sana memang wajar, tapi ingatlah lebih baik ikhlaskan saja dan berikan mereka doa terbaik yang kita punya karena kini yang mereka butuhkan adalah doa bukan sekedar rasa bersalah dan maaf saja.

[ [45] Assalammualaikum Adik Bayi ]

*****


Devon bersyukur karena ternyata Anya tidak memerintahkan dirinya untuk tidur di luar karena kejadian di penjual nasi goreng sore tadi. Bahkan rasanya Anya semakin tidak bisa jauh darinya.

Lihatlah betapa eratnya Anya menggenggam tangannya dan tangan yang satu mengelus kepala Evano yang tertidur di tengah-tengah Devon dan Anya.

"Dev."

"Iya, Nya?"

"Besok ke rumah mommy ya."

Devon mengangguk, dia senang jika Anya mau memaafkan keluarganya.

"A-aku rindu adik bayi."

Lenyap sudah senyum bahagia Devon.

Bukannya Devon tidak suka jika dirinya harus mengingat adik bayi, tetapi jujur jauh di lubuk hatinya yang paling dalam Devon terluka jika mengingat anaknya.

"Besok kita ziarah, ya?"

"Kamu yakin?" Bukannya apa-apa, tetapi Devon takut jika mental Anya belum siap.

Anya mengangguk. "Aku mungkin bunda yang buruk saat dia masih di perut aku, tapi aku enggak mau jadi bunda yang buruk juga saat dia udah pergi, Dev."

"No," Devon menggeleng, "kamu bunda yang baik."

"Baik, ya?" Anya tersenyum miris, "kalau aku baik enggak mungkin dia pergi."

"Pergi enggaknya seseorang itu bukan karena kita, melainkan takdirnya, Nya. Allah lebih sayang sama adik bayi. Kita masih labil dan belum cukup dewasa, masalah kita aja kita banyak melibatkan orang lain, mungkin itu sebabnya Allah ambil adik bayi karena Allah enggak mau adik bayi lahir di tengah-tengah masalah yang sedang orang tuanya alami. Ambil hikmahnya, ya? Aku yakin ini yang terbaik."

"Maaf dan makasih juga udah mau bertahan sama aku," lirih Anya.

Devon mengelus surai Anya dan berkata, "Harusnya aku yang bilang itu."

"Aku juga harus."

"Iya-iya."

Anya tersenyum tipis kemudian menatap Evano yang kini terlelap di tengah-tengah mereka.

"Nanti kalau kita dikasih kesempatan lagi buat punya anak, aku mau kita jaga sama-sama ya? Jangan ada rasa enggak percaya sama pasangan dan jangan saling meninggalkan."

"Iya, aku janji."

"Tapi aku belum siap buat sekarang-sekarang. Bagi aku adik bayi belum bisa tergantikan."

Devon paham dan Devon mengerti. "Sekarang kita fokus sama diri kita dan hubungan kita, ya?"

Anya mengangguk.

"Tidur ya, good night my loves."

Anya tersenyum kecil. "Night too my hubby."

***

Keesokkan harinya, Anya dan Devon mengantarkan Evano pulang sebelum akhirnya kini mereka menuju rumah Rosetta dan Hans.

Pasutri Player [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang