[22] Hari Bahagia Bersama

2.9K 174 28
                                    


Semua akan terasa istimewa saat kita menjalaninya dengan orang tercinta.

[ [22] Hari Bahagia Mereka ]

*****

"Jujur sama Abang, kamu tahu kan kalau mama sama papa pergi bukan urusan kantor?"

Dea menghela napasnya lelah. Sudah puluhan kali Devon bertanya. Lagipula mana bisa Devon percaya jika kedua orang tuanya pergi karena urusan kantor karena Devon melihat betapa mewah dan indahnya insta story mamanya yang sedang berada di Sumba itu.

"Dea kalau Abang nanya itu jawab."

Dea merenggut kesal kemudian menatap sang Abang malas. "Lagian kenapa sih, Bang? Abang gak suka Dea di sini? Abang enggak ikhlas ya?"

"Bukan itu," bantah Devon cepat, "masalahnya kenapa mama gak jujur terus perihal kamu penilaian akhir tahun aja mama bohongin Abang."

Dea memang sudah menyelesaikan PAT-nya dan tinggal dua hari lagi dia pembagian rapot, tetapi sang mama memberi tahu Devon jika Dea belum menyelesaikan PAT-nya. Sebenernya Dea tidak tahu tujuan sang mama mengirim dirinya ke kediaman sang Abang, tetapi satu yang pasti, Dea suka di sini, Dea suka berada di dekat Anya karena yakinlah impian Dea sedari dulu adalah memiliki sodara perempuan.

"Udahlah, Bang. Lagian kenapa juga sih ngomel? Abang iri liat mereka di Sumba?"

Devon menggeleng. "Bosen Abang ke sana."

Keluarga mereka memang sering berlibur ke Sumba karena sang mama sangat mencintai pulau elok itu. Jadi, untuk apa dia iri? Bahkan setiap sudut Sumba saja Devon sudah hapal.

"Yaudah," jawab Dea acuh, "terus jangan lupa tanggal empat bawa rapot Dea dan sekarang Abang ke kamar Abang, Dea pengin tidur tahu."

Devon tersenyum sebelum akhirnya mengacak gemas surai Dea dan berlalu meninggalkan Dea yang menggerutu kesal karena tingkah Abangnya.

Sesaat setelah sampai kamar, Devon bisa melihat Anya yang sudah terbaring di kasur mereka.

Tanpa mengucapkan sepatah kata, Devon lantas naik ke kasur dan ikut berbaring di samping Anya dengan posisi agak menyamping agar leluasa menatap Anya.

"Kenapa?" tanya Anya saat dia menyadari tatapan Devon yang tertuju padanya.

"Dua hari lagi Dea pembagian rapor. Dia mau kita yang ambil. Lo kosongin jadwal buat hari itu, bisa?"

Anya mengangguk. "Jam berapa?"

"Sembilan pagi, nanti kita berangkat bareng sama Dea juga."

"Okay."

Devon tersenyum kecil sebelum akhirnya memunggungi Anya karena pria itu sudah siap untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sudah sangat lelah karena seharian ini dia disibukkan urusan kampus.

Lima belas menit berlalu, tetapi Anya belum bisa menutup matanya terlebih kini wajah Devon tepat di hadapannya. Beberapa menit lalu Devon memang tiba-tiba bergerak dalam tidurnya sebelum akhirnya kini mereka berhadapan.

Anya tersenyum lebar saat menyadari betapa tampannya Devon. Dia tidak menampik jika dulu dia menerima Devon salah satu alasannya karena pria itu sangat tampan. Pantas saja dia berhasil menjadi playboy terlebih bukan hanya karena tampangnya saja, tetapi sikap Devon yang menyenangkan pasti membuat wanita takluk padanya.

Pasutri Player [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang