[39] Keguguran

2.5K 149 7
                                    

Semua yang datang pasti akan pergi. Begitupun dengan kamu, Nak.
Ayah minta kamu bahagia di sana.
Maafkan ayah yang belum bisa jadi ayah yang baik buat kamu.

Dan untuk-Mu Ya Rabb, hamba mohon jaga anakku, tempatkan dia di sisi terbaik-Mu.

Hamba ikhlas.

Karena pada dasarnya yang datang akan pergi dan yang pergi tidak akan bisa kembali.

[ [39] Keguguran ]

***

Pukul setengah tujuh malam, Devon, Anya dan juga yang lainnya tiba di Jakarta, lebih tepatnya kediaman Devon dan Anya.

Devon memang memilih pulang ke sini karena dia ingin Anya nyaman. Dia ingin Anya bahagia karena keinginan Anya hanya ingin tinggal bersamanya di sini, di rumah yang tampak sederhana.

"Buat kalian semua gue mau bilang makasih. Sorry juga kalau gue ngerepotin."

Zemi menggelengkan kepalanya, dia tidak setuju dengan apa yang Devon katakan barusan. "Lo enggak ngerepotin kita kok. Iya, enggak?"

Semuanya mengangguk setuju. Mereka—Naka, Bianca dan Tyas tidak merasa direpotkan malahan mereka senang karena mereka bisa membantu Devon. Terlebih Tyas, rasanya ada beban di pundaknya yang hilang.

"Sekarang lo jangan mikirin apa-apa selain kesembuhan Anya. Jangan lupa kasih Anya makan, suruh minum obat sama jangan sampai stres. Ingat kata dokter."

"Iya, Yas. Thanks."

"Kalau gitu, gue duluan ya?"

"Lo bareng gue aja," ujar Naka. Bukannya dia ingin modus atau apa, dia tidak ingin Tyas kenapa-napa terlebih ini sudah malam.

"Iya sama Naka aja, Kak," ujar Bianca setuju.

"Emang enggak ngerepotin?" tanya Tyas.

Naka menggeleng. "Santai aja."

"Sana sama Naka aja, Yas."

"Yaudah gue duluan ya."

"Gue juga," ujar Naka diangguki Devon, Zemi dan Bianca.

Setelah Naka dan Tyas pergi, Bianca dan Zemi pun lantas pamit. Zemi tidak enak jika harus membawa Bianca keluar rumah lama-lama pada malam hari.

Sesaat setelah semuanya pulang, Devon lantas bergegas menuju kamarnya dan saat dia sampai dia melihat Anya sudah bangun.

"Kamu jahat."

Devon tahu kalimat itu tertuju padanya.

Anya yang mengucapkan dan dia tujuannya.

Jahat yang Anya maksud adalah membawanya ke psikiater.

"Aku lakuin itu demi kamu," ujar Devon seraya menempatkan dirinya untuk duduk di samping sang istri.

"Aku enggak gila, Devon." Anya masih enggan menatap sang suami, dia masih kecewa.

"Aku enggak bilang kamu gila, Anya."

"Tapi kamu bawa aku ke psikiater."

"Pergi ke psikiater bukan berarti kita gila, Nya, tapi...."

"Tapi, apa, hah?!"

Pasutri Player [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang