[45] Assalammualikum Adik Bayi

Start from the beginning
                                    

Rumah yang menurut Anya adalah gua hantu yang tak berpenghuni.

Sejak kecil Anya memang merasa kesepian, meskipun sewaktu-waktu dirinya merasa beruntung bisa lahir di keluarga Prasetya itu.

"Aku pengen adopsi Evan."

Baru saja Devon akan keluar mobil untuk membukakan pintu untuk Anya, tetapi ucapan Anya mampu mengurungkan niatnya.

"Mana mungkin Diana mau."

"Katanya Diana mau ke Prancis."

"Terus?"

"Kalau beneran nanti kita urus anaknya."

"Masih banyak keluarganya, Agasa juga."

Anya cemberut, padahal dia senang kala mendengar jika Diana akan pergi ke Prancis satu tahun lagi.

Devon mengacak rambut Anya. "Enggak usah sedih, nanti kita bisa main sama Evano kapan pun."

Anya terpaksa mengangguk, dia tidak boleh egois. Diana dan Agasa, orang tuanya. Evano pasti lebih nyaman bersama mereka.

Setelah perdebatan itu akhirnya Anya dan Devon masuk ke rumah Prasetya itu.

Keduanya disambut oleh Rosetta, Hans dan Lylyana. Semuanya menatap Anya penuh rindu dan haru. Anya paham dan Anya tahu jika keluarga ini merindukannya dan juga merasa bersalah atas apa yang mereka lakukan padanya.

"Anya baik-baik aja, enggak perlu minta maaf. Anya yang harusnya minta maaf karena Anya udah mengabaikan keluarga Anya sendiri."

Ketiganya menitikkan air mata. Mereka tidak bisa menahan rindu penuh haru. Mereka merasa jika kesalahannya sangat fatal, tetapi Anya masih mau memaafkannya.

"Sini," ujar Anya seraya merentangkan tangannya memberi kode kepada ketiganya untuk memeluknya. Hans, Rosetta dan Lylyana langsung menghamburkan pelukannya pada Anya. Keempatnya lantas saling memeluk satu sama lain. Menumpahkan rindu yang telah mereka pendam selama berhari-hari.

"Maafin Mommy, Nya. Mommy salah dan suka ngatur kamu."

"Daddy juga, Sayang. Daddy egois dan merasa paling benar serta tahu, padahal itu salah."

"Oma juga, Nya. Enggak seharusnya Oma ninggalin kamu sama Angga, padahal Oma tahu kalau kamu istrinya Devon."

Anya mengangguk-angguk lemah dengan mata yang menitikkan kristal putih yang membasahi pipinya. "Anya maafin kalian. Anya sayang sama kalian."

Semuanya lantas mengurai pelukannya. Kemudian Rosetta mengkode Devon yang sedari tadi berdiri satu meter di depannya untuk mendekat.

Kini Devon berdiri di samping Anya.

Rosetta lantas meraih tangan kanan Devon dan Anya, lalu menyatukannya. "Sekarang Mommy tahu kalau bahagia Anya sama Devon dan buat Devon Mommy titip Anya, ya, Nak?"

Devon mengangguk mantap. "Tanpa diminta pun Devon akan menjaga Anya."

"Bahagiakan dia, sampaikan maaf saya yang sebesar-besarnya untuk mama kamu. Sekarang saya tahu jika uang bukan faktor kebahagian. Maafkan saya."

Pasutri Player [ Complete ]Where stories live. Discover now