BAB 63 - Pertaruhan Terakhir

Start from the beginning
                                    

"Jika aku mati, apa kau akan tahu di mana mereka?" Ivan menyeringai.

Dean menurunkan senapannya.

"Sudah kubilang, tidak ada gunanya pandai di mata pelajaran saja. Hal seperti ini, sebenarnya kau juga harus pandai." Ivan menghela nafas. Dia bangkit dari posisinya. Perhatiannya tidak lagi terpaku pada Eliza. Tapi, pada Dean. Dia berjalan pelan ke arah Dean.

Dean hanya mengernyit. Eliza mundur perlahan menatap keduanya. Sesekali, dia juga berfikir; Ivan dan Dean merupakan sepupu. Sangat aneh memang.

"Antara aku dan kamu, siapa yang paling hebat?" Ivan memegangi janggutnya.

"Jangan ada basa-basi saat ini, Ivan!" Dean kembali mengangkat senapannya.

Ivan tertawa halus. Dia mengeluarkan pistol lain dari balik jasnya. Dean hanya melongo---tidak habis pikir, berapa banyak senjata api yang dimiliki Ivan?

Ivan juga mengarahkan pistol itu ke arah Dean. Begitu juga Dean, dia mengarahkan senapannya ke arah Ivan. Tidak ada sepatah kata-pun yang terucap dari bibir mereka. Hanya ada seringai dari Ivan, dan ekspresi cemas Dean. Dia juga tidak ingin mati.

Dor

Ivan menarik pelatuknya. Tapi, dia sengaja memelesetkannya. Meski begitu, peluru itu melewati sedikit daun telinga Dean. Meski hanya sedikit robekan, tapi tetap darahnya mengalir dengan cukup banyak. Dan entah berapa banyak darah yang Dean keluarkan hari itu.

Dean meringis dan secara otomatis dia terjerembab dan tidak sengaja menarik pelatuk senapan laras panjang yang dia bawa. Dua tembakan melesat secara bersamaan. Tapi, tembakan dari Dean berhasil di hindari Ivan.

Eliza menjerit di posisinya. Dia terpaku pada Dean yang saat ini benar-benar buruk. Entah sampai kapan Dean akan bertahan. Ivan sangat gila. Dia benar-benar ingin menghabisi Dean perlahan-lahan.

"Hentikan, Ivan!" seru Eliza. "Ini sudah cukup!"

"Aku tidak bisa menuruti semuanya. Tapi, dia hidup atau tidak akan tergantung bagaimana caranya bertahan... dariku." Ivan menyeringai.

Eliza bangkit dan maju. Kedua bola matanya menatap Ivan dengan dua perasaan yang berbeda; cinta dan amarah. Dalam sekejap, tamparan Eliza mendarat di pipi kiri Ivan.

Plak!

Ivan hanya memalingkan wajah sembari mengusap pelan pipinya sendiri.

Eliza berlari ke arah Dean. Dia mengusap satu-persatu darah yang menetes dari daun telinga Dean. Dean hanya meringis.

Setelah beberapa detik, Dean menepis tangan Eliza dari lukanya. Dia kembali bangkit dan bergerak cepat mencengkeram Ivan---sekali lagi. "Aku menganggapmu saudara, tapi begini balasanmu? Aku beri kesempatan untuk kabur dan bebas, tapi kau--"

"Sejak kapan kesempatan itu kau yang memberikan? Kau hanya anak tidak berguna!" Ivan terkekeh.

"Sudah, Ivan. Cukup! Pergi sekarang, atau tidak pernah! Katakan di mana anak-anak itu dan--"

"Aku membunuhnya." Ivan menyahut dengan cepat. "Mereka sudah tidak ada."

Dean membeku. Dia melepas cengkeraman itu dan mundur perlahan. Dia menutup mulutnya dengan telapak tangan. Kedua bola matanya sudah basah dan itu tidak bisa membendung air mata lagi. Eliza juga membeku di tempat. Dia menahan air matanya karena pernyataan Ivan itu belum bisa dipastikan.

Ivan membuka jasnya. Dia memperlihatkan bercak darah yang melekat di kemeja putihnya. Tidak banyak. Tapi, bentuknya seperti percikan.

Setelah hening selama beberapa saat, Ivan mulai beraksi lagi. Dia menendang Dean sehingga keluar dari teras gubuk.

Dark Angel [END]Where stories live. Discover now