"Iya tuan?." Bastian mengangkat wajahnya.

"Cari tau siapa yang ditemui resya malam itu."

Sebastian mengangkat alisnya sebelah, tanda ia tak percaya dengan kata-kata daffa. Bagaimana bisa seorang daffa yang terlihat dingin dengan wanita kini berubah menjadi posesif .

"Cari tahu saja aku hanya ingin mengetahui asal usul pria itu." Seolah tau apa yang dipikirkan oleh sebastian

"Kau mencintainya?."tanya sebastian kini sebagai seorang teman bukan lagi atasan dan bawahan.

"Tidak sama sekali." Dengan cuek nya ia lalu menatap kertas-kertas didepannya.

"Ohhh ayo lah ,seorang daffa tidak pandai berbohong bukan?." Bastian mulai menggoda daffa.

"Kerjakam saja apa yang ku perintahkan bas." Mulai enggan berdebat.

"Jawab iya atau tidak ,maka aku akan langsung menelepon detektif terhandal dan kau akan mendapatkan informasinya hanya dalam lima menit." Tawar bastian.

"Aku hanya sedikit tertarik bas. Puas?." Sambil menatap bastian

"Dengan istrimu sendiri?hanya sedikit tertarik?kau pikir aku percaya?."

"Aku sudah menjawabnya." Ia mulai berkutat kembali dengan kertas dihadapannya.

"Aku mengenalmu dengan baik daf ,bukan hanya sebagai asistenmu aku juga temanmu." Ia mulai jengah dengan sikap daffa.

"Utarakan perasanmu." Ujarnya sambil menatap laptop yang berada dipangkuannya.

"Tak semudah itu bas."

"Apa susahnya?dia istrimu."

"Lakukan perintahku saja dengan baik bas." Bastian menggeleng pelan mendengar daffa mengelak.

"Baik tuan." Bastian pun membereskan pekerjaannya dan membawa keluar dari ruangan daffa.

Daffa yang melihat bastian pun menghela napas panjang sambil memijat pelipisnya.

####

Resya tak fokus dengan laptop dihadapannya ia masih marah dengan daffa bahkan pria itu tak kunjung memberinya permintaan maaf lewat pesan. Ia lalu menepuk keningnya pelan,lupa jika ia tak pernah memberi daffa nomer ponselnya.

Resya menghela napas panjang.

Berkutat dengan pekerjaan meluapkan emosi melupakan jam untuk beristirahat. Resya juga masih menerka-nerka apa sebab daffa menurunkannya tadi, apa karna ia menelpon saat sedang berada dimobil?apa mobil mempunyai aircar (mode mobil) sepertinya tidak mungkin reaya menggeleng pelan.

Ponsel nya bergetar bertanda pesan masuk.

Aku jemput untuk makan siang ini.

Begitu pesan yang ditinggalkan revan untuk resya.

Resya mengerutkan kening. "Tau alamat perusahaan ini?."

Pesan revan kembali muncul dilayar ponselnya.

Aku udah diloby bisa turun?bos besar memang susah ditemui ya haha.

"Astaga." Ia kemudian bergegas berdiri dan keluar ruangan.

Sampai diloby ia menemui sosok pria berpakaian rapi dengan hem berwarna hitam lengan panjangnya ia tekuk sampai siku dipadupadankan dengan jeans putih tulang dan sepatu cats membuat resya sedikit terpana.

Tapi sedetik kemudian ia melihat bayangan daffa melintas dipikirannya ia menggeleng pelan ,revan pun mengangkat alismya sebelah sambil tersenyum melihat tingkah resya.

"Kenapa?." Kekeh nya

"Kok bisa tau?." Tanya resya tanpa menjawab pertanyaan revan.

"Perusahaanmu bukan perusahan kecil resya semua orang tau itu ,dan nama mu juga sedikit familiar dikalangam pembisnis, well itu tidak susah." Resya mengangguk setuju.

"Jadi makan siang?."

"Ummm, okey." Ia sedikit menimang kemudian menyetujui.

Saat revan hendak meraih pinggang ramping resya terdengar panggilan sesorang yang tengah memanggil resya dari jauh.

"Resyaa!!." Resya dan revan seketika menoleh kearah samping .

"Papa." Hans berhenti dihadapan resya dan revan, sambil mengangkat alis sebelahnya.

"Siapa dia ?."

"Ah,, papa kenalin ini revan ,dan revan ini papa aku." Jelasnya kepada sang papa dan revan.

Revan pun menjabat tangan hans dan sebaliknya juga.

"Kalian sepertinya akan pergi? Benar itu resya?." Suara hans mulai mendingin.

"Kita hanya ingin makan siang om." Jawab revan menyela resya yang hendak memberikan jawaban.

"Saya juga ingin makan siang dengan putri saya."

Shitt. Batin resya ,ia tahu papanya ini akan memarahinya

"Kalau begitu kita bisa makan siang bersama." Revan terlihat ingin melunakkan hati hans.

"Maaf. tapi ada sesuatu yang ingin saya sampaikan dengan putri saya."

"Papa tunggu diruangan papa." Hans berlalu menuju lift

Senyum revan pudar ,resya menatap revan dengan permintaan maaf.

"It's okay." Revan menangkap sinyal mata resya.

"Aku pergi dulu." Resya buru-buru menyusul sang papa.

Saat sampai didepan pintu ruangan hans ,jantungnya berdetak kencang ia mengira kali ini hans akan marah padanya pasalnya hans tak pernah sedingin itu ketika berbicara kepada orang lain.

"Tarik nafas ,buang." Sambil menarik nafas nya dalam-dalam.

Ia pun kemudian membuka pintu besar tersebut.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy monday semuaa🌷

Haha baru selesai 1 bab doang "aku butuh refresing gaes😐"

Fyi isi novel author ini bersifat no real dan atas kehendak author 😎.
jadi jika ada yang mengganjal atau tidak menyukainya dengan senang hati thor menerima kritik atau readers bisa berpindah lapak😉.

Dan thor mau berterimakasih buat yang udah setia nunggu💜

Aku sayang kalian semua
Borahe💜

See you next part🌟

REAl_Merriage (End)Where stories live. Discover now