[19] Masalah Baru

Start from the beginning
                                    

"Diem gak!" bentaknya, "sadar woy!"

Devon tersenyum miris. Zemi tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya menjadi dirinya. Di umurnya yang baru dua puluh satu tahun, dia sudah harus berhadapan dengan permasalahan rumah tangga terlebih ini dengan Anya dan masalahnya dia yang jahat, dia tidak menginginkan anak sedangkan Anya menginginkannya, bukannya diskusi, tetapi Devon kekeh tidak menginginkannya lalu berakhir dengan memberikan obat pencegah kehamilan pada minuman Anya kala itu.

Sungguh, sekarang dia merasa bersalah.

"Anya marah sama gue, Zem." Kini suara Devon melemah bahkan terdengar seperti lirihan pilu.

Zemi pernah melihat Devon seperti ini dan itu saat di mana Devon masih menjadi kekasih Anya dan saat itu Devon lupa menjemput Anya membuat Anya terpaksa naik angkutan umum hingga tersesat, tetapi untung bertemu dengan papa Devon, itu sebabnya Anya sedikit parno akan angkutan umum.

Melihat hal ini pun, Zemi semakin yakin jika Devon memang sudah kembali mencintai Anya, tetapi Zemi merasa ada yang tidak beres. 

"Gue sayang sama dia, Zem. Sayang banget, tapi gue belum siap."

"Belum siap? Belum siap apa anjir?" Zemi menggaruk tengkuknya tak gatal.

***

Aura mencengkam mengalahkan aura menonton film horror itu nampak jelas diantara keempat sahabat yang tak lain adalah Anya, Safina, Tiara dan Yura.

Anya duduk di samping Tiara yang langsung berhadapan dengan Yura yang berada di depannya dan tak lupa juga ada Safina di sana. Formasi seperti ini tidak seperti biasanya dan itu disebabkan oleh masalah antara Anya dan Safina.

"Ekhem." Tiara berdehem sebagai tanda akan dimulainya sebuah forum diantara mereka.

"Mulai aja, Ra," ujar Yura yang mulai jengah dengan Anya dan Safina yang sedari tadi hanya saling mendiamkan saja.

"Iya mau."

"Makanya buruan," ujar Yura greget. Masalahnya dia tidak suka situasi seperti ini. Dia sangat membencinya.

"Langsung aja ya, intinya gue mau kalian baikan." Tiara langsung mengatakan tujuannya, dia tidak suka bertele-tele.

"Gue kecewa sama dia," ujar Anya, "dia keterlaluan sama gue."

"Lo belum tahu kan alasan dia kenapa ngelakuin hal itu?"

Anya mengangguk. "Gue gak tahu dan gak mau tahu."

"Gak bisa gitu, lo harus mau tahu. Asal lo tahu ya, Nya, alasan dibalik kejadian itu yang paling penting."

Yura dan Safina memilih bungkam. Dua gadis itu hanya jadi penonton setia Anya dan Tiara saja. 

"Gu—"

"—nurut aja, Nya lagian kita sahabatan udah lama banget, Nya." Akhirnya Yura buka suara.

"Tet—"

"Dengerin dulu!" 

"Oke, fine. Gue nyerah," ujar Anya pasrah.

"Gitu dong. Yaudah Safina lo diem di sana aja terus jelasin semuanya."

Safina sudah siap, dia sudah siap menerima semua hal yang mungkin terjadi. "Gue ngelakuin itu semua karena gue mau Devon tahu kalau Anya bermain di belakang dia."

"Itu bukan urusan lo, Saf. Harusnya kalau emang lo maunya kayak gitu. Kenapa gak bilang ke gue? Kenapa gak nasehatin gue tentang hal ini? Kenapa malah milih jalan ngadu domba? Gue emang brengsek dengan main di belakang Devon, tapi gak bisa dipungkiri kalau gue sayang sama dia. Gue sadar kalau hanya dia yang tulus sama gue," ujar Anya menggebu. Anya tentu kecewa. Kenapa Safina harus memilih jalan seperti itu daripada menasehati Anya.

"Sorry, tanpa berniat buat membela siapa, gue cuman mau bilang kalau gue setuju sama Anya. Kenapa gak lo nasehatin aja? Gue sama Tiara emang kan gak tahu. Kenapa lo gak diskusi sama kita? Kita bisa kok cari jalan keluarnya bareng-bareng," ujar Yura menyetujui jalan pikir Anya.

Safina memalingkan wajahnya, sepertinya ada yang gadis itu tutupi. "Gue gak bisa, gue terlanjur kecewa sama Anya. Gue yang paling tahu seberapa besar perjuangan Devon sampai bisa dapetin Anya."

Semua tahu jika Safinalah yang tahu perihal perjuangan Devon dalam mendapatkan cinta Anya karena Safinalah yang selalu Devon jadikan perantara atau sumber untuk mengetahui tentang Anya.

Tiara menghela napasnya, dia lelah, dia jengah dan agak sedikit pusing. "Kalau menurut gue nih ya, ini masalah udah lama, jadi mending baikan aja deh, gak enak lho kita sahabatan terus putus kayak gini cuman karena masalah cowok. Emang sih bukan soal cuman aja, tapi ya gitulah, kalian paham kan?"

"Gue yakin Safina ngelakuin hal ini bukan hanya karena kecewa sama gue atau pengen Devon tahu soal perselingkuhan gue," ujar Anya.

Tiara dan Yura sama-sama menoleh ke arah Anya dan menatap wanita itu dengan tatapan bertanya. "Maksudnya?"

Anya tersenyum penuh arti kemudian menatap Safina sengit. "Lo suka kan sama Devon?"

Saat itu juga jawaban Safina membuat semuanya terkejut, terutama Anya, dia tidak pernah menyangka jika Safina memang menyukai bahkan mencintai Devon.

"Iya gue suka sama dia, cinta bahkan," jawab Safina lantang, "selama ini gue yang selalu ada buat dia selama tiga tahun dia ngejar lo, Nya."

—Tbc.

A/n: dah kelar lah kelar :") banyak masalah ya? Haha, tenang masih permulaan🤔

Semoga suka, dan terimakasih sudah mampir  😍💜

Jangan lupa vote and comment 😉

Pasutri Player [ Complete ]Where stories live. Discover now