"Weh, ini nomer siap-----"

Belum sempat aku bertanya sambungan telefon diputus sepihak oleh El. Kurang ngajar memang, untung sayang. Ash sudahlah mau sampai kapanpun tidak akan bisa. Sadar diri kamu ini sepupunya bukan temannya yang bisa jadi saingan dapetin dia.

Fokus pada nomor ini saja. Setidaknya El memberiku orang yang sekiranya dapat dijadikan teman hidup.

***


Sudah 3 hari Kevin menginap di apartemenku gue. Semakin hari semakin dekat. Bahkan, yang katanya hanya semalam kini ia benar-benar tidur setiap malam disamping gue terkadang pula tanpa pembatas.

"Vin, nggak bosen apa dirumah gue mulu?" Tanya gue padanya yang sedang duduk di sofa

"Nggak, kenapa? Lu bosen ya gue disini?" Tanyanya beranjak dari duduknya

Dengan sigap gue berlari " Nggak kok, cuma tanya aja please jangan pergi" ngapain harus ngomong gitu sih Rain? Nanti dia kegeeran lagi.

"Hehe, takut amat sih gue bakal pergi. Ya kali, nggak lah lagian gue nyaman disini" tangannya membelai kepalaku lalu menatapku lekat

"Hmm Vin, mau maskeran nggak?" Tanyaku

"Maskeran? Boleh deh. Muka gue udah kaya nggak keurus" katanya kembali duduk.

Gue bawain 2 sheetmask yang gue simpa di kulkas. Setelah itu gue duduk diantara kaki Kevin jadi posisinya deket banget. Gue agak majuin posisi gue karena dia nyender di tangan sofa jadi susah dong ya. Ni anak bener bener dah. Dua tangannya memegang pinggangku. Jujur, deg dengannya beda. Kali ini kayanya kalau di speedometer udah  kaya kecepatan 200km/jam.

Matanya itu lho natal tajam banget. Mana gue kudu maju buat pasang maskernya biar nggak mencong mencong lagi. Akhirnya selesai

"Sini giliran gue yang pasangin masker nya" akhirnya posisi kita dibalik. Dia yang berada di antara kaki gue. Gue tutup mata karena tadi gue juga ambil timun. Akhir-akhir ini mata gue cepet capek jadi butuh di kompres. Dia malah pasang timunnya dulu mau nggak mau gue tutup mata.

Gue dari tadi nunggu kok nggak dipasang pasang sih maskernya.

"Vin, lu masih disinikan?" Tanyaku sambil meraba yang ada di depanku dan aku merasakan pahanya. Berarti ia masih disana

" Iya, masih. Sabar aja kenapa sih?" Ucapnya dengan kata hatiku yang masih percaya kalau dia belum mau memasang maskernya

"Buruan ih pasang" jawabku kesal

Perlahan ia membuka maskernya dari bungkusannya. Lalu dengan gerakan sangat perlahan ia menaruh dari dahiku, menuju pelipisku, dan berhenti di hidung.

"Vin, cepetan ih. Lama banget sih" kesalku dengan perlakuannya yang lamban

"Sabar ih, bawel gue cium ni" ancamnya

Lalu ia  melanjutkan menjatuhkan pelan permukaan masker ke pipi kananku dan merayakannya lebih dahulu lalu dilanjutkan sisi kiri dan diratakan duku olehnya. Lalu dilanjutkan di dagu lalu diratakannya.

"Udah, terus apalagi?"

"Tolong pake in gue lip balmnya Vin" kata Gue

"Vin?"

"Vin?"

"Ish, Vin" aku mulai kesal karena ia tidak merespon. Secara tiba tiba ditengah kesalku aku merasakan ada yang menempel dibibirku bukan lip balm. Tapi bibirnya, bibirnya membungkamku. Bertahan sebentar disana.

"Udah gue bilang, kalau bawel gue cium. Itu juga udah gue pake in balm, langsung dari lip" katanya dengan bercanda

Gue bingung dengan kondisi wajah dan mata gue. Gue hanya bisa diam kaku. Mungkin kalian nganggep gue seneng karena di cium sama orang yang gue idolain dan gue suka. Kenyataannya? Nggak. Mau tau kenapa? Kayanya gue nggak bisa cerita sekarang.

 Mau tau kenapa? Kayanya gue nggak bisa cerita sekarang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Wah ada apa nih gengs?????
Jangan lupa follow, vote, dan komen ☺️

Rev: 04/08/2021

[END] The ColdestWhere stories live. Discover now