BAB 49 - Terlambat

Mulai dari awal
                                    

Sialnya, karena si kembar tidak memiliki uang saat ini, mereka harus membayarnya dengan membersihkan toko pria tua itu. Hal itu membuat mereka tidak bisa pergi mengawasi gadis-gadis lainnya.

"Baumu kayak bangkai." Andre terkekeh. Dia memperhatikan cipratan-cipratan telur yang ada di baju saudaranya itu.

"Shttt! Nanti dia dengar." Andri menaruh jari telunjuknya di bibir.

"Heh! Gue denger ya, bocil! Kerja kerja aja! Ngapain gosip segala?! Dasar bocah kebanyakan polah! Inget, kalian harus bantu beberes di sini selama seminggu kalau nggak mau ganti rugi!" Pria tua dengan tatapan garang itu mulai bergumam lagi.

Si kembar hanya memutar kedua bola matanya.

Setelah bekerja beberapa saat. Andri menyadari bahwa toko pria itu tidak jauh dari gang perumahan Elly. Mungkin, dia bisa membicarakan kasus pembunuhan itu pada pria garang ini supaya otaknya kembali menyadari sesuatu yang dia lewatkan sebelumnya.

"Oh ya, Pak, di dekat sini katanya ada pembunuhan ya?" tanya Andri.

"Udah tahu nanya. Kayak nggak ada kerjaan kamu!" Pria itu menjawab dengan sinis. Tapi sama sekali tidak mempengaruhi Andri untuk membicarakan hal itu lagi.

"Ngeri ya, Pak. Apalagi kasus-kasus pembunuhan lainnya belum terselesaikan. Bisa jadi ini pembunuhan berantai, Pak." Andri menatap Andre dan terkikik pelan.

"Ya. Pelakunya juga pasti nggak jauh dari sini." Pria itu mulai terbuka dengan pembicaraan. "Tapi, gue denger dulu juga ada yang kayak gini."

"Maksud Bapak?" tanya Andri.

"Udah dulu---tapi nggak dulu-dulu amat sih. Dulu juga ada yang mati ketembak, terus yang badannya di sayat kayak Si Elly itu. Gue pikir pelakunya udah mati atau ketangkep, eh sekarang ngulah lagi."

"Oh, Bapak yakin kalau pelakunya sama? Kan bisa aja dia cuma copy paste doang."

"Hedeh... tapi juga bisa jadi deh." Pria itu masih menikmati sebatang rokoknya.

"Menurut Bapak, pelakunya itu orang yang seperti apa?" Kini Andri yang bertanya.

Kini Bapak itu menatap si kembar dengan sebuah keheranan. Harusnya, bocah-bocah seperti mereka tidak membicarakan kasus seperti ini. Tapi, rasa ingin tahu mereka cukup besar. Jadi, Bapak itu bersedia mengungkap pendapatnya. "Dia masih muda."

"Kenapa Bapak berfikiran seperti itu?"

"Kasus yang dulu---sekitar tahun 2010 sampai 2015-an---si pelaku banyak melakukan kesalahan. Dia banyak meninggalkan beberapa petunjuk di TKP dan beberapa surat kabar memuat berita pembunuhan itu. Yah, meski pada akhirnya dia nggak berhasil ditangkap, tapi tetap saja itu adalah sebuah kesalahan. Sedangkan kasus belakangan ini agak sempurna. Tidak ada petunjuk atau apa-pun. Jadi, bisa dipastikan kalau dia sudah berkembang. Mustahil jika dia saat ini sudah tua. Saat ini pasti adalah saat kejayaannya di mana dia bisa melakukan segalanya. Rencananya pun terlihat sangat sempurna, lebih sempurna dari dulu."

"Diam-diam, Bapak tahu banyak hal, ya?" Andri bertanya.

"Manusia memang tahu banyak hal. Hanya saja, tidak banyak dari mereka yang ingin bicara. Mereka sadar diri bahwa mereka bukanlah siapa-siapa dan takkan membuat perubahan apa-apa. Kebanyakan bicara malah membuat mereka merasa terancam. Jadi, banyak dari kami yang hanya cukup tahu. Biarlah polisi yang mengungkap semuanya karena pembicaraan kami yang tidak bermanfaat akan membuat simpang-siur yang meresahkan masyarakat."

Andri dan Andre tertegun. Ternyata, banyak juga yang tahu tentang kasus-kasus sebelumnya. Yah, sebenarnya wajar. Kota mereka adalah kota kecil yang luasnya hanya secuil dari ibu kota. Agak tidak masuk akal kalau kasus semacam itu bisa disembunyikan dalam waktu yang sangat lama. Tapi, pertanyaan mereka adalah mengapa beberapa pihak membuat asumsi bahwa kasus itu tidak diketahui oleh banyak orang? Atau mereka hanya ingin menyembunyikannya dari anak-anak dengan yang kelebihan kadar penasaran seperti mereka?

Dark Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang