Extra Part

46K 2.2K 107
                                    

Damon Daniel Miller
===================
.
.
.

Andrew melangkahkan kakinya dengan gusar memasuki halaman rumahnya. Apalagi jika bukan istrinya yang ia khawatirkan?

Setelah lima puluh lima menit yang lalu menerima telepon dari rumahnya ketika di kantor, ia langsung bergegas tiga puluh menit kemudian dikarenakan ada meeting bersama klien yang tidak bisa ia tunda atau lebih parahnya ia batalkan.

"Dimana Sam dan Resya?" tanya Andrew dengan risau kepada Marcia yang baru saja selesai menuruni tangga dari lantai dua.

"Tuan kecil sedang bermain di halaman belakang, sedangkan Nyonya ada di atas. Sepertinya dia--- "

"Simpan ini," tukas Andrew seraya menyodorkan tas kerjanya kepada pelayan wanita itu.

Tanpa menunggu reaksi Marcia yang hampir kewalahan menerima tas yang disodorkannya, Andrew langsung menaiki satu persatu anak tangga yang menghubungkannya dengan lantai dua.

Tidak butuh waktu lama untuk pria itu sampai, lalu Andrew membuka pintu kamar di mana istrinya berada.

"Are you okay, eh?" tanyanya kepada sang istri yang kebetulan baru saja keluar dari kamar mandi.

"Tentu tidak, aku sudah mulai merasa mulas," jawab sang istri yang setia memegang perutnya dan satu lagi ia gunakan untuk berpegangan kepada pundak suaminya.

"Kita ke rumah sakit sekarang, okay?" Tanpa aba-aba, Andrew membopong istrinya membuat sang empu kaget bukan main.

"Andrew! Kau gila?!"

Andrew tentu saja tidak mengindahkan kekagetan Resya yang mungkin saja bisa berakibat fatal. Jantungan misalnya. "Tidak. Aku tidak ingin ke rumah sakit."

"Kau bercanda? Kau mau melahirkan di sini? Pokoknya kita harus ke rumah sakit."

"Aku mau di sini. Titik!"

Andrew yang mulai geram kepada Resya yang bahkan masih keras kepala di situasi darurat seperti ini.

"Kali ini menurutlah pada suamimu," tukas Andrew seraya berjalan menghampiri pintu. "Karena kau tahu? Selain aku tidak berani untuk melihatnya secara langsung, aku juga tidak berbakat untuk membantumu melahirkan anak kita ini."

Resya tertawa dalam hati meski masih belum kehilangan rasa sakitnya. Sebenarnya ia tidak bermaksud membantah Andrew sebagai seorang suami, apalagi ketika melihat ekspresi sang suami yang terlihat begitu benar-benar menunjukkan rasa khawatir. Hanya saja ini adalah rencananya - sejak mengandung calon anak keduanya saat usia dua bulan - untuk melahirkan di rumah  agar Andrew melihat dengan mata kepalanya sendiri melihat sang bayi lahir.

Ya, keinginan sederhana Resya karena ia tidak mau sampai kelahiran anak keduanya pun Andrew tidak melihatnya secara langsung seperti saat Sam lahir.

Resya mengaduh diceruk leher Andrew dan semakin mencengkeram kerah jas suaminya dengan kuat.

Sejujurnya, perbuatan Resya sedikit membuat napas Andrew tercekat.

"Bisa tolong buka kan pintunya?" Andrew memohon kepada istrinya tersebut karena tangannya tidak memungkinkan untuk membuka pintu dalam keadaan menggendong Resya sendiri.

"Tidak, Drew! Turunkan aku ke atas kasur! Kau mau aku melahirkan di atas gendonganmu?"

"Jangan bercanda sayang."


Resya mempererat pegangannya dan bahkan bisa dikatakan mencengkram Andrew. Usahanya ternyata tidak sia-sia ketika Resya melihat wajah Andrew yang tampak memerah menahan sesam lalu langsung berbalik berjalan menuju kasur.

"Oke, baiklah kau menang sekarang," tukas Andrew dengan nada suara yang terdengar lega lepas dari cengkraman istrinya ketika memilih menyerah lalu membaringkan Resya di atas kasur dengan perlahan.

Tak ayal, rasa bersalah pun berkeliling di perasaan Resya ketika melihat Andrew yang tampak mengeluarkan peluh.

"Tunggu disitu, aku akan menelepon dokter." Andrew merogoh saku jasnya dan mengambil ponsel. Setelah menekan tombol dial, ia berbalik membelakangi Resya.

Setelah bercakap sepatah dua patah kata dengan seseorang yang dihubunginya, Andrew berbalik ketika mendengar pintu kamar dibuka dan menampilkan sosok anak kecil berusia 2 tahun berlari padanya.

"Papa!" Girang anak itu seraya berlari dengan gemas menghampiri sang ayah untuk memeluknya.

Andrew memasukkan kembali ponsel miliknya ke dalam saku jas dan langsung berjongkok menyambut pelukan si jagoan kecilnya.

Melepas pelukan itu, Andrew mencubit pipi putranya dengan gemas lalu memegang kedua pundaknya, lembut. "Sam sedang apa di sini? Keluar dulu, okay? Mama-nya lagi sakit. 'Kan, Sam mau punya adik baru, jadi Sam sama bibi Marcia dulu."

Samuel kecil yang mendengar ayahnya berbicara panjang lebar dan tentu sedikit yang ia mengerti hanya memandang wajah ayahnya dengan polos.

"Kalau dede kecilnya udah lahir, nanti papa liatin ke kamu. Untuk sekarang kamu main dulu sama bibi Marcia. Yuk?!"

"Yuk," jawab Sam seraya mengangguk-anggukan kepalanya  berantusias.

Andrew tertawa mendengarnya. Mencium sekilas putra yang tampak sekali mirip dengannya sekaligus calon pewaris perusahaan, ia lalu menggendong sang anak ke dalam pangkuannya dan membawanya keluar kamar.





🔫❤🔫

Sama kayak ending yang udah lama tamat tapi baru diup lagi, extra part ini juga sama, udah lama tamat.

Sebelumnya diunpub karena kepentingan penerbitan. Tetapi karena sudah tidak terkait lagi dengan penerbitnya, akhirnya saya up lagi yang mana diperuntukkan bagi yang baru baca dan protes kenapa gantung dll')

Btw, kalau masih ada yang minat buat extra part 2 dikomen di sini ya sebanyak-banyaknya.


Ok! Sekian! Iluvyu^^









My Psychopath Boss ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang