Bab 11 : I wanna meet her

112K 6.7K 44
                                    

Andrew POV

Flashback

"Lucas, masuk ke ruanganku sekarang!"

Aku berbicara padanya lewat interkom. Tak lama, dia masuk ke ruanganku.

"Yes, Sir? Ada yang bisa saya bantu?"

"Panggilkan Resya, suruh dia ke ruanganku saat ini juga."

Mendengar aku menyebut nama gadis itu. Lucas nampak nya agak terkejut, namun di kesekian detiknya lagi, dia kembali menetralkan ekspresinya.

"Cepatlah, tunggu apa lagi?"

"Baik Mr, segera saya panggilkan"

Entah kenapa aku ingin bertemu dengan gadis itu. Rasanya ada sesuatu tersendiri yang aku rasakan jika melihat ekspresi gugup dan takutnya terhadapku, seperti sebuah kesenangan tersendiri dibandingkan dengan perempuan lain yang melihatku dengan tampang yang memuja.

Gadis ini berbeda, tidak seperti kebanyakan gadis-gadis lain yang terus mencoba mendekati dan menggodaku.

Resya itu terlihat begitu lugu. Bukannya menyukaiku, dia malah takut kepadaku.

......

Lucas tampak masuk kembali ke ruanganku dengan tampang takut yang di sembunyikannya.

Ya, aku tahu mengenai ekspresi yang ditampilkannya, bahkan sebelum dia mengucapkannya sekalipun, aku bisa membacanya dengan sangat jelas. Ekspresi yang akan membuatku kecewa dengan membawakanku kabar yang tidak menyenangkan.

"Katakan! Aku ingin mendengarnya sendiri dari mulutmu itu."

Terlepas dari semua yang aku tahu mengenai ekspresi dan pikirannya, tetap saja aku ingin mendengar dari mulutnya sendiri.

"Begini Tuan, Nona Resya tampaknya sedang istirahat siang. Dia tidak ada di meja kerjanya."

"Lalu,"

"Salah satu teman divisi nya bilang, Non Resya sedang istirahat makan siang bersama manager divisi nya."

"Baiklah, kau boleh keluar sekarang."

"Permisi, Sir."

Arrgghh, sial! Dia pergi bersama pria lain. Rupanya kau lebih menyukai pria itu 'huh? Baiklah, kau yang memaksaku untuk melakukan hal ini, lihat saja yang akan aku lakukan kepada pria itu, jika kau terus bersamanya.

Aku mencoba menghubungi gadis itu dengan mengirimnya pesan. Dia tidak membalas pesanku, tapi tak lama setelah 20 menit gadis itu muncul. Terlihat banyak ke khawatiran diwajahnya.

Setelah mengajaknya mengobrol dan bertanya, apa yang sudah dilakukannya seharian ini bersama manager nya itu, alhasil obrolan itu berantakan saat aku mendengar bunyi ponselnya.

Dia tampak kaget, ketika aku membentaknya. Iya, lagi pula siapa suruh hp nya tidak ia silent. Aku cukup geram padanya dan kehilangan mood untuk mengobrol lebih lama.

......

Aku melihat mereka tampak sedang asik mengobrol. Baiklah, kita mulai. Sudah lama aku tidak membunuh seseorang, ini akan terasa menyenangkan bagiku.

Tanpa menunggu lama aku menghampiri mereka.

"Ehem."

Melihat kedatanganku, sangat terlihat jelas dimata mereka yang menunjukkan rasa kaget sekaligus heran.

Aku akui, aku memang jarang menghampiri pegawaiku. Apalagi ikut terlibat dengan obrolan mereka. Yang memang menurutku tidak penting.

Tapi entah kenapa, rasanya kali ini sangat penting untuk melakukan hal yang tidak pernah kulakukan sebelumnya.

"Mmm, selamat sore, sir."

Bukan. Bukan gadis itu yang menyapaku. Tapi pria sialan ini. Pria yang membuatku merasa tidak ada apa-apanya dimata Resya. Dengan membuat gadis ini lebih menyukai dirinya daripada aku.

Aku mencoba tersenyum dengan susah payah kepada Gale. Jika bukan karena untuk menjauhkan gadis ini darimu, mungkin aku tidak akan sudi memberikanmu walau hanya sebuah senyumanku ini.

Tanpa menggubris sapaannya, aku mengalihkan pandanganku pada gadis manis didepan ku ini.

Sekarang aku mengakuinya. Resya adalah gadis yang sangat manis. Dan lagi, yang membuatku semakin tertarik padanya adalah kelakuannya saat didepanku. Gadis ini begitu takut saat dihadapan ku, ketakutan yang belum pernah aku lihat dari semua perempuan yang pernah aku temui.

Tak bisa dipungkiri, jelas hal itu lah yang membuatku semakin merasa penasaran kepadanya. Dan satu hal yang masih mengganjal di pikiranku, meneruskan niatku untuk membunuhnya atau sebaliknya?

"Mrs. Resya, kamu berhutang janji padaku untuk pulang bersama. Jadi, apakah kamu akan menepatinya?"

Aku melihat ekspresi shock di wajahnya yang manis. Dia nampak terheran-heran dengan yang baru saja ku katakan.

"Janji?" tanya nya, dengan gugup. Dia nampak melirik Gale. Gale, yang mengerti dengan isyarat itu hanya mengangguk pelan.

"Iya, janji. Jadi bagaimana?" kali ini aku berbicara dengan menatapnya tajam serta mengancam. Padahal tak ada janji apapun yang kita buat. Tentu saja aku sengaja melakukan ini dengan tujuan semata-mata agar Resya menjauhi pria ini.

"Baiklah." Dia tersenyum, ya, senyuman itu, senyuman yang selalu aku lihat. Senyum yang dipaksakan.

....

"Mmm, terima kasih sir, anda sudah mau repot-repot mengantarkan saya"

"Tidak masalah," Aku meliriknya sambil memberikannya sebuah senyuman. Senyuman yang belum pernah aku berikan kepada siapapun. Senyuman tulus.

"Kalau begitu, saya pamit,sir"
Aku hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Melihat senyuman yang belum pernah aku tunjukan itu membuat dia semakin heran denganku.

Tentu, bukan dia yang hanya heran dengan sikapku ini bahkan aku sendiri pun merasa aneh.

Dengan cepat gadis itu keluar dari mobilku dengan meninggalkan sebuah senyuman. Namun buka senyuman yang aku mau, berbeda dengan senyum yang selalu dia tunjukan kepada Gale. Senyum kali ini, menyimpan ketakutan lebih dari sebelumnya.

My Psychopath Boss ✔Where stories live. Discover now