Bab 53 : H-1 Wedding Day

60.2K 2.7K 67
                                    

Resya menatap kosong dirinya di pantulan cermin, dengan tangan yang ia jadikan sebagai penopang tubuhnya diatas meja rias. Begitu banyak kejadian demi kejadian yang ia hadapi. Yang tidak ia duga sebelumnya.

Bertemu Andrew, tertembak, terjebak dalam rasa yang kosong, dan kini ia akan menikah. Ya, menikah dengan bosnya sendiri. Bukan. Bukan bosnya, tapi lebih tepatnya mantan bos.

Semua kepingan memori mulai menyatu dan berpendar dikepalanya. Ia tidak mengira jika pertemuannya dengan Andrew akan sampai pada hal seserius ini. Bahkan, menikah dengan Andrew pun tidak pernah terlintas di kepalanya.

Resya tersenyum, mengingat betapa gugupnya saat ia pertama kali menatap Andrew. Jujur saja, meski setelah dekat pun, terkadang Andrew masih tidak berubah dengan sorot mata dan caranya memandang Resya. Ya, seakan dirinya adalah makanan.

Pikiran Resya tidak terkendali hingga ia sampai membayangkan menikah dengan bosnya itu. Jantungnya kini mulai tidak stabil. Resya memegang dadanya dan berharap agar mereda.

Apa aku yakin jika aku mulai mencintainya? Tuhan, jika dia adalah pria yang engkau pilihkan, maka semoga saja aku dapat menerimanya serta mencintainya.

Disatu sisi, ia begitu amat bahagia mendapatkan Andrew. Ia sangat berharap jika Andrew memang bersungguh-sungguh dengan ikatan sakral itu. Tidak luput, Resya juga bingung mengenai apa yang akan ia katakan kepada kedua orang tuanya. Ia sangat tidak enak hati. Apakah pantas ia membawa seorang pria ke rumahnya dan langsung ingin menikah dengan secepat ini? lantas, apa yang akan dipikirkan orang tuanya, kerabat, sahabat, juga teman-temannya disana.

Resya semakin ragu. Apa ia siap dengan berbagai pertanyaan yang akan ia dapatkan dari temannya? Tidak menutup kemungkinan jika mereka akan menilai Resya dengan buruk. Bagaimana tidak? Ia baru saja putus dengan Aldo dan sekarang? Ia membawa pria lain untuk menikah.

Sekejap Resya memejamkan matanya untuk menghadapi semua yang akan terjadi. Ditariknya napas dalam-dalam sehingga kembali menetralkan degup jantungnya.

Suara pintu dibuka membuat gadis itu menoleh dan mendapati Andrew disana dengan wajah tampamnya yang berbalut pakaian rapi. Resya tersenyum membalasnya, baru kali ini ia melihat Andrew berpakaian kasual dengan memakai jeans serta kaos polos berwarna putih yang tertutupi oleh jaket kulit berwarna coklat.

"Hai." Sapa Resya yang kemudian kembali beralih menatap dirinya dicermin.

Suara ketukan sepatu terdengar nyaring di pagi yang cerah dan penuh kebahagiaan ini. Andrew menghampiri Resya dan berdiri dibelakang gadis itu.

"Sudah siap?" Andrew menatap gadis itu lewat cermin.

Resya menarik napas dan memantapkan hatinya. "Hm, ya, aku rasa begitu."

"Kau jangan khawatir mengenai orang tuamu. Aku yang akan menjelaskannya. " tatapan keduanya bertemu didalam cermin. Andrew menampilkan wajah yang begitu sungguh-sungguh seakan mengerti dengan segala keraguan yang Resya rasakan.

Resya tersenyum sembari menggigit bibir dalamnya dan menggelengkan kepala. Membuat Andrew menaikkan sebelah alisnya.

"Apa perkataanku lucu?"

"No. Bukan itu. Ya, kau yang akan menjelaskannya. But, apa kau begitu yakin dengan kemampuan bahasa Indonesia mu?" Resya membalikkan tubuhnya agar ia menghadap Andrew sambil memasang gaya nya seperti biasa. Melipat kedua tangannya.

Andrew terkekeh, "Ya, aku rasa aku harus berguru kepada Finnick. Atau mungkin mengajaknya kesana."

"Ide yang bagus. Sebagai penerjemah?"

"Kurang lebih."

Sontak Resya tertawa mendengar jawaban Andrew yang berniat menjadikan Finnick sebagai penerjemah. Ia membayangkan, jika sampai pria itu masuk, maka, ya, kurang lebihnya akan menjadi kambing tuli diantara mereka.

My Psychopath Boss ✔Where stories live. Discover now