Bab 56 : Revenge

80K 2.6K 129
                                    

Andrew mendekap Resya dengan begitu posesif seakan tidak ingin kehilangannya barang sedikit pun. Ia bisa merasakan hembusan napas istrinya itu diatas dada bidang miliknya. Sesekali, mereka berbincang dan mengobrol mengenai betapa lucu dan konyolnya pertemuan mereka saat pertama kali. Andrew melepaskan dekapan itu dengan berat hati saat ia merasakan sesuatu yang bergetar di saku celananya. Pria itu berdecak kesal lalu berdiri dan menjauhi Resya yang ikut terduduk dengan tampang heran diatas ranjang—untuk menjawab telepon yang masuk ke ponselnya.

Andrew membelakangi Resya dan menempelkan benda itu ditelinga kirinya, dan satu tangan yang lain, ia gunakan untuk memijit pelipisnya yang terasa berdenyut, menahan amarah. Andrew merasa sangat tidak sabar, bukan untuk menunggu si penelepon berbicara, melainkan untuk segera mengakhirinya agar cepat-cepat kembali bersama Resya.

"Ya?" sergah Andrew dengan nada sedingin es. Ia bahkan menjawab telepon itu tanpa melirik nama pemanggil. Terdengar jelas dari nada bicaranya yang seolah menunjukkan jika ia sedang tidak ingin diganggu.

"Sial, rupanya kau sudah pergi tanpa sepengetahuan ku, huh?" suara pria terdengar diseberang, dengan begitu keras dan seolah menuntut penjelasan.

Andrew mendelik, ia sangat kenal dengan pemilik suara itu. Andrew sangat tahu jelas, jika ia memasang wajah marah seperti apapun, tentu orang itu tidak akan melihatnya.

"Finnick! Lagi-lagi kau membuatku diambang batas kesabaran. Bisakah sekali saja untuk malam ini kau tidak menggangguku?" desis Andrew dengan nada yang diusahakan sepelan mungkin. Ia menyadari jika mungkin saja, Resya akan mendengar pembicaraannya.

Andrew hanya bisa mengumpat dalam hati. Baginya, Finnick seperti serangga yang mengganggu kesenangannya.

"...Bersiaplah untuk mati berdiri jika saja kau menghubungiku—diwaktu yang tidak tepat ini—hanya menginformasikan masalah yang tidak berguna." Lanjutnya.

Terdengar tarikan napas Finnick, disana. "Baiklah, kali ini aku benar-benar minta maaf." Ucap Finnick dengan bersungguh-sungguh. Hening sejenak, kemudian Finnick kembali melanjutkan perkataannya seolah menyiapkan terlebih dahulu akan informasi yang akan disampaikan."Tadi siang dipernikahanmu, Jimmy datang."

Andrew terdiam. Perasaannya mulai khawatir, apalagi, jika berbicara tentang apapun yang bersangkut-paut dengan Jimmy—membuatnya cemas akan istrinya. Resya. Andrew langsung berbalik untuk melihat gadis itu. Rupanya, Resya sudah tertidur. Andrew tersenyum melihatnya, ia sangat mengerti jika istrinya itu pasti sangat lelah setelah acara mereka selesai tadi sore. Hingga ia baru menyadari kalau mereka belum makan malam dan mandi sama sekali.

"Kau masih disana?" Suara Finnick menyadarkannya. Andrew kembali memfokuskan pusat perhatiannya kepada sahabatnya itu.

"Ya."

"Bagus. Um, dengarkan aku. Mungkin ini agak sedikit gila, tapi aku harap kau mau memaafkanku lagi. Aku merasa jika Paul sedang berada dibawah ancaman dan tekanan Jimmy, hingga pria itu membocorkan soal pernikahan dan keberadaamu—"

"Brengsek! Maksudmu, dia tahu keberadaanku sekarang?" sanggah Andrew dengan cepat dan sangat jelas terdengar siap meledak. Beruntung, istrinya sudah tertidur lelap. Dalam setiap nada bicaranya yang tinggi, Andrew sesekali melihat Resya hanya untuk sekedar memastikan jika ia tidak terbangun dan terganggu dengan obrolan Andrew.

Finnick tahu, jika ini akan menjadi kesalahpahaman. Tapi, ia mencoba untuk menekankan Andrew dan meyakinkannya.

"Kumohon tenang dulu, Drew. Maksudku bukan saat ini, melainkan tadi siang. Jangan dulu menyimpulkan masalah karena emosi. Ini masalah yang sangat serius, aku dan Reynard sudah mencoba memikirkannya."

My Psychopath Boss ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang