Bab 48 : Trip to New York

51.3K 2.9K 26
                                    


"Andrew, apa kau yakin akan meninggalkan rumah ini?"

Resya memperhatikan Andrew yang masih sibuk memasukkan koper ke dalam bagasi mobilnya, sementara, ia hanya berdiri dibelakang pria itu.

"Ya," jawab Andrew dengan singkat. Terlihat tinggal dua koper lagi yang belum di bereskannya.

"Kau akan menjual rumah mu?" tanya Resya lagi. Tampaknya, gadis itu belum ingin berhenti untuk bertanya.

"Tidak."

"Atau, kau akan mengontrakkan-nya?"

"Tidak juga." Jawab Andrew yang masih dengan wajah datar.

Resya mendengkus kesal, ia sangat ingin meninju wajah Andrew yang tampak mulus itu. Rasanya, ingin sekali bagi Resya untuk memberi Andrew pelajaran dengan sikapnya yang masih dingin dan irit ngomong. Tapi, nyatanya, ia hanya bisa membatin di dalam hati, Tidak bisakah pria itu menjawabnya dengan panjang lebar? Selalu saja aku yang harus memulai duluan untuk berbicara.

"Baiklah, aku tidak akan bertanya lagi, dan kau Tuan Miller yang terhormat, silahkan lanjutkan aktifitasnya. Aku tidak akan mengganggumu lagi."

Andrew menutup bagasinya setelah dua koper hitam tadi berhasil dimasukkan, ia langsung beranjak menuju pintu mobil depan kemudi, untuk segera berangkat ke Bandara. Tangannya baru saja menyentuh pintu mobil, tapi tampaknya ia menyadari jika Resya belum bergeming dari tempatnya berdiri. Ia menarik napas panjang dan kembali menghampiri Resya.

"Masuklah, sebentar lagi pesawat akan menjemput kita di Bandara."

Resya melipat tangannya di depan dada—menatap Andrew dengan sinis dan menarik napasnya dalam-dalam sebelum ia berbicara panjang lebar. "Tuan Andrew-Daniel-Miller, bisakah kau batalkan keberangkatan kita? Wajahmu itu sangat tidak meyakinkan jika kau serius akan membawaku ke New York. Sikapmu yang dingin itu, jujur saja membuatku—"

"Tidak meyakinkan? Apa kau mengira jika aku akan membuangmu dan meninggalkanmu dijalan?" sanggahnya sambil menatap Resya yang tidak mau kalah berdebat.

"Ya, mungkin itu salah satunya. Bisa saja kau juga menjualku, meninggalkanku, dan mungkin..."

Andrew mengikuti gaya Resya dengan melipat kedua tangannya. "Mungkin?"

Tatapan Andrew yang semakin menantang Resya untuk terus memancingnya agar berbicara membuat gadis itu gugup. Tapi, ia tidak akan menyerah begitu saja, hanya karena tatapan Andrew yang mematikan dan mampu membuat lawannya luluh.

"Y-y-ya..ya, mungkin membunuhku, lalu bisa juga menyiksaku." Jawab Resya tergagap—berusaha menatap balas Andrew dengan tidak kalah menantang.

"Hm, kau pikir aku akan setega itu?" tanya Andrew dengan ekspresi kalemnya. Dan, terus saja menatap Resya tanpa celah membuat Resya sangat kelabakan. Tapi, ia sangat senang melihat gadis itu salah tingkah di buatnya.

Tidak mau membuat Resya semakin jengkel padanya, Andrew hanya bisa menahan tawanya dalam-dalam.

"Bisa saja. Jika kau orang yang simpatik, seharusnya kau menanggapi pertanyaan ku dengan serius menjawabnya dengan benar dan tanpa harus pelit bicara. Apa itu sangat sulit?"

Andrew semakin menajamkan tatapannya. Resya langsung terbungkam.

"Aku peringatkan kau, Mrs. Miller yang terhormat, sebagai calon suamimu yang bertanggung jawab. Bisakah kau menutup mulutmu yang cerewet itu?"

Ya, sebuah tusukan telak bagi Resya ketika mendengar Andrew menyebutnya cerewet. Apalagi, merubah nama belakangnya dengan nama belakang Andrew sendiri, terlebih tanpa izin darinya. Mulut Resya menganga mencoba memastikan kesalahan dalam ucapan Andrew—yang barangkali salah di dengar telinganya. Resya menurunkan tangannya dan beralih berkacak pinggang. Menatap Andrew lurus-lurus.

My Psychopath Boss ✔Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin