Bab 61 : END [ Samuel Daniel Miller]

65.9K 2.8K 138
                                    

4 BULAN KEMUDIAN...

Setelah kejadian yang menimpa ibunya empat bulan yang lalu, akhirnya Resya kembali memutuskan untuk memberi Andrew kesempatan dan mempertahankan rumah tangganya.

Keputusan yang awalnya sudah ia pertimbangkan baik-baik agar pisah dengan Andrew, nyatanya semua itu tidak akan pernah terwujud dengan beberapa alasan.

Lagipula, keputusannya untuk menikah dengan Andrew pun adalah jalan yang ia pilih untuk memulai hidup baru. Bukan. Bukan ia menyesal menikah dengan Andrew, namun Resya hanya belum bisa menerima jika suaminya dulu adalah seorang pembunuh. Bagaimanapun, Resya harus bisa menerima semua ini tanpa harus menyalahkan takdir.

"Nyonya, seharusnya anda istirahat. Saya antar anda ke kamar, oke?" ucap Marcia yang tampak kewalahan menasihati Resya yang kukuh dengan apa yang sedang dikerjakannya.

Resya melirik Marcia yang sedang memasang wajah khawatir karena melihatnya. Tapi, Resya malah terkekeh geli. Pasti saja Andrew yang menyuruhnya untuk melarang Resya melakukan pekerjaan rumah tangga dengan kondisi kehamilannya yang sudah menginjak tujuh bulan.

"Jangan berlebihan Marcia. Lagipula Andrew sedang diluar rumah, kan? Jadi tenanglah, karena sedikit lagi akan selesai." Resya menyimpan satu persatu piring yang sudah dicuci bersih ke dalam rak piring yang berada disamping kirinya.

Marcia mendesah khawatir. "Ayolah Nyonya, Tuan Andrew akan marah jika melihat anda seperti ini. Anda harus istirahat agar bayi anda-"

"Andrew itu terlalu berlebihan. Lihat," Resya menunjukkan satu piring kepada Marcia, "Aku hanya mencuci piring bukannya membajak sawah. Jadi, berhentilah mengekori ku dan lakukan pekerjaan lain."

Saat Resya sibuk menyimpan satu persatu piring yang sudah bersih itu, ia merasakan kontraksi pada perutnya. Tanpa sengaja, ia menjatuhkan satu piring ke lantai hingga pecah menjadi berkeping-keping.

"Nyonya, anda baik-baik saja?" Marcia kelabakan seraya memegangi bahu Resya.

Resya mencengkeram pinggiran bak wastafel cuci piring itu dengan kuat seraya memegang perutnya yang terasa nyeri. "Aku tidak apa-apa, Marcia."

"Tapi, Nyonya-" Marcia menutup mulutnya dengan satu tangan ketika melihat cairan yang mengucur dikaki Resya.

Resya yang melihat ekspresi kaget Marcia langsung mengarahkan pandangannya kepada objek yang sama. Resya ikut menganga dengan raut khawatir yang mulai merayapinya.

"Ma-marcia, apa bayiku a-akan baik-baik saja?"

"Nyonya tunggu disini, jangan kemana-mana dan jangan bergerak. Saya akan menelepon Tuan Andrew agar menyuruhnya segera pulang."

Marcia melangkahkan kakinya, tapi tangannya ditahan oleh Resya membuatnya kembali menoleh kepada majikannya itu. "Bayi anda akan baik-baik saja. Percayalah." Ucap Marcia yang seolah mengerti apa yang di khawatirkan oleh Resya.

Resya menggeleng membuat Marcia semakin heran. "Tidak perlu menghubungi Andrew. Ini sudah sore, sebentar lagi ia akan pulang."

"Tidak Nyonya, saya mohon jangan keras kepala seperti ini. Setidaknya biarkan saya memberikan Tuan Andrew kabar dengan kondisi anda."

Resya mengerang sakit ketika kembali terjadi kontraksi. Ia baru tahu jika sakitnya akan seperti ini. Ya, lebih sakit dari yang pernah ia bayangkan sebelumnya. Resya semakin memerosotkan tubuhnya ke lantai dengan perlahan. Ia tidak kuat untuk berdiri lagi.

"Ya ampun, Nyonya. Saya harus bagaimana ini? Anda tunggu disini sebentar dan saya akan menelepon pihak rumah sakit."

Marcia langsung berdiri dan melangkahkan kakinya dengan tergesa keluar dari dapur. Ia menyambar telepon rumah dan langsung menekan setiap nomer dengan kuat-kuat ditambah tangannya yang bergetar membuat ia salah menekan angka hingga harus mengulanginya lagi.

My Psychopath Boss ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang